Liputan6.com, Jakarta - Bukan kode maupun rumus tertentu, X Æ A-12 adalah nama anak pasangan Elon Musk dan Grimes. Sejak diumumkan Musk lewat kicauan di akun Twitter-nya, beberapa waktu lalu, nama sang buah hati langsung jadi perbincangan warganet.
Saking unik, beberapa mengira Musk hanya bercanda. Namun, narasi tersebut dibantah Grimes yang dalam kicauannya menjelaskan makna pemberian nama unik tersebut.
"X adalah variabel tidak diketahui. Æ, ejaan saya untuk Ai (cinta atau Artificial intelligence), A-12= tanda untuk SR-17 (pesawat terbang favorit kami). Tidak ada senjata, bukan pertahanan, hanya kecepatan. Hebat dalam pertempuran, tapi tidak kasar. A=Archangel, lagu favorit saya," tulisnya juga menambahkan emoji tikus dan pedang.
Advertisement
Baca Juga
Terlepas dari makna yang telah dipaparkan, apa sebenarnya sebab orangtua memberi nama unik pada buah hati mereka?
Melansir laman Pshycology Today, Jumat (8/5/2020), dalam diskusi daring yang dilakukan sekitar 2016, para orangtua mengatakan mereka ingin anak mereka menonjol dan berbeda dengan cara punya nama tak biasa.
Dalam paper yang dirilis di tahun tersebut, peneliti menemukan bahwa pemberian nama unik sebagaimana yang dilakukan Elon Musk berlangsung selama resesi, terutama untuk anak laki-laki. Nama-nama tak biasa jadi lebih umum ketimbang 10 tahun lalu.
Antara 2004 dan 2006, 34 persen lelaki menerima nama dari daftar 50 nama paling populer. Sedangkan pada 2008--2010, persentasenya turun ke 30 persen dan hanya sisa 28 persen di periode 2011--2015.
Bagaimana dengan Anak Perempuan?
Sedangkan untuk anak perempuan, pemberian nama popular awalnya ada di angka 24 persen, kemudian turun ke 22 persen, dan terakhir berada di 21 persen.
Tren ini tak dilatarbelakangi pertumbuhan keberagaman etnis. Kebanyakan orangtua sekarang adalah milenial, yakni mereka yang lahir tahun 80-an sampai awal 1990. Beberapa keluhan tentang generasi ini berputar pada argumen egois.
Padahal, menurut laporan The Guardian, mereka sangat berorientasi pada keluarga dan punya kepedulian untuk menolong orang lain. Milenial cenderung melihat dunia dengan cara pandang positif dan lebih suportif terhadap keberagaman gender, kesetaraan ras, serta cenderung terbuka menerima gagasan baru ketimbang generasi sebelum mereka.
Milenial tumbuh di antara pesan kultural bahwa menonjol lebih baik daripada mencoba beradaptasi. Mereka terbiasa mendengar sanjungan bahwa mereka spesial dan tak terlalu berpikir apa kata orang.
Terlepas dari resesi komunal di sekian banyak wilayah, milenial tetap ingin menyampaikan pesan ini pada anak mereka. Salah satu yang dianggap abadi adalah lewat nama.
Advertisement