Kala Pasien 02 Lampiaskan Stres hingga Berbuah Tas Lukis Cantik

Melukis bisa menjadi terapi yang efektif untuk meredakan stres.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 19 Mei 2020, 12:03 WIB
Diterbitkan 19 Mei 2020, 12:03 WIB
Kala Pasien 02 Lampiaskan Stres hingga Berbuah Tas Lukis Cantik
Hasil lukisan pasien 02. (dok. Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Maria Darmaningsih kembali mengenang masa penuh tekanan semasa menyandang status pasien 02 positif Covid-19. Ia merasa tak lagi ada harapan. Yang dipikirkannya hanya ia akan segera berpulang.

"Saya pikir sudah jalannya ini. Rasanya sudah melihat jalan ‘pulang’, perasaan saya begitu," ungkap Maria dalam dialog yang dipandu Kristomei Sianturi bersama Psikolog Ina. M. Surya Dewi di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Jakarta, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Minggu, 17 Mei 2020, dalam rilis yang diterima Liputan6.com.

Maria semakin gelisah. Pengetahuan soal Covid-19 yang dimilikinya nyaris nol. "Saya stres, karena saya belum percaya kalau saya sakit. Karena saya hanya merasa cuma batuk dan tidak ada nafsu makan," kata Maria.

Stres itu perlahan berubah setelah seorang rekan yang tak lain adalah Psikolog Ina, menghubungi dan mengajaknya untuk membuat kegiatan yang menyenangkan sekaligus dapat menenangkan pikiran dengan kegiatan seni.

"Coba mbak menggambar (Maria menirukan ajakan Psikolog Ina). Saya dikirimi alat-alat gambar. Ketika menggambar saya merasa mau marah atau apa. Sepertinya berekspresi aja semau saya," ujar Maria.

Sembari melukis sebagai bentuk mengekspresikan diri, Maria juga mendengarkan lagu Ave Maria hingga musik instrumental dari komposer Eric Alfred Leslie Satie atau Eric Satie. Lagu-lagu itu secara perlahan membantu memulihkan kondisi emosionalnya menjadi semakin stabil.

"Saya merasa di lingkaran ini mendapat ketenangan. Rasanya tidak terpikir (pikiran negatif) ketika menggambar," tutur Maria.

Namun, hal itu belum cukup menenangkannya. Konsentrasi terpecah ketika para wartawan mulai menyerbu meminta keterangan dan menggali segala informasi mengenai dirinya sebagai 'Pasien 02' dan kedua anaknya yang juga menyandang status 'Pasien 01 dan Pasien 03' COVID-19 di Indonesia.

"(Saat saya melukis) Ini diganggu banyak (wartawan), sampai menggambar tidak tenang," kenang Maria sambil tersenyum.

Maria kemudian kembali mendapatkan ketenangannya setelah mendengarkan lagu “Yen Ing Tawang Ono Lintang” milik maestro keroncong Waldjinah dan “Tears in Heaven” miik musisi Eric Clapton.

Cat Air

Kala Pasien 02 Lampiaskan Stres hingga Berbuah Tas Lukis Cantik
Hasil lukisan pasien 02. (dok. Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional/Dinny Mutiah)

Sebagai sahabat sekaligus Psikolog, Ina M.Surya Dewi mengungkapkan bahwa pilihan terapi yang ditawarkan kepada Maria dengan melukis dapat mengeluarkan pikiran negatif dengan mengekspresikan perasaan melalui media lukis.

"Berekspresi melalui medium cat air dan kertas gambar merupakan alat untuk berekspresi diri. Dan saya kira, dalam hal ini Ibu Maria sudah memilih terapi ini sendiri tanpa saya mengarahkan," terang Ina.

Apabila melihat hasil lukisan Maria, Psikolog Ina melihat bahwa ada harapan yang dituangkan dan ingin dicapai. "Gambarnya cukup ceria. Dalam pemilihan warnanya, saya melihatnya ada warna yang cerah ada harapan," jelas Ina.

Ina percaya bahwa media lukis menggunakan teknik cat air lebih mudah dilakukan orang awam. Siapa pun bisa melakukannya, termasuk Maria.

Selanjutnya, beberapa lukisan karya Maria itu dicetak ke dalam tas kanvas (tote bag) yang kemudian dia berikan kepada dokter, perawat dan tenaga medis RSPI Sulianti Suroso, yang telah menolong penyembuhan dan pemulihan Maria beserta keluarga.

Dalam tas tersebut juga dibubuhkan satu puisi yang khusus ditulis sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada para tenaga kesehatan dan semua yang menolong Maria menaklukkan COVID-19.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya