Islam Makin Diterima, Idul Fitri Jadi Hari Libur Nasional di Filipina

Selain menetapkan Idul Fitri sebagai Hari Libur Nasional di Filipina, Presiden Rodrigo Duterte juga pernah mengaku dirinya Islam.

oleh Henry diperbarui 19 Mei 2020, 03:03 WIB
Diterbitkan 19 Mei 2020, 03:03 WIB
Pink Mosque
Masjid Dimaukom atau Masjid Pink yang berada di Filipina (dok. Instagram @dustinginchalian/https://www.instagram.com/p/Bk-xyt2hrdX/Fairuz Fildzah)

Liputan6.com, Jakarta - Islam di Filipina memang bukan agama mayoritas. Namun, ada beberapa hal menarik dari negara sebagian besar penduduknya beragama Katolik tersebut. Salah satunya, Filipina sempat dipimpin oleh seorang perantau muslim asli Indonesia yang berdarah Minang.

Pada 1380, Islam masuk ke wilayah bagian selatan, khususnya Kepulauan Mindanao dan Sulu. Mereka yang pertama kali menyebarkan ajaran Islam di kepulauan tersebut adalah Karimul Makhdum seorang tabib dan ulama dan ulama dari Arab serta Raja Baguindah atau Raja Bagindo.

Raja Baguindah sendiri ialah seorang pangeran dari Minangkabau (Sumatra Barat). Hal itu diungkap dalam dalam acara Bincang Ramadhan bertajuk ‘Kaum Minoritas Islam di Asia Tenggara’ secara virtual pada 11 Mei 2020 oleh Cahyo Pamungkas. Menurut Peneliti P2W-LIPI yang mengangkat tema Sejarah Islam di Filipina itu, perkembangan Islam di Filipina belakangan ini sudah jauh lebih baik.

Salah satunya, berdirinya Islamic Center yang berlokasi tepat di depan Istana Malacanang, yaitu di kawasan Barangay 645, Manila. Didirikan pada 2002, di dalam Islamic Center ini berdiri perumahan yang dihuni oleh 32 ribu Muslim. Mayoritas atau sekitar 60 persennya berasal dari suku Maranao. Sisanya adalah suku Maguindanao dan Iranun dari Mindanao Barat serta suku Tau sug, Yakan, dan Sama dari wilayah Sulu.

"Sekarang ini pengaruh Timur Tengah sangat terasa, terutama di Mindanao. Banyak umat muslim Mindanao yang menuntut ilmu di Arab Saudi. Qatar dan Mesir, sebagian dari mereka ada yang mendapat beasiswa," terang Cahyo.

"Biasanya para alumnusnya menjadi guru, mendirikan sekolah dan menjadi pemuka agama yang terus menyebarkan ajaran Islam. Mereka ini biasanya jadi tokoh masyarakat yang disegani. Sedangkan di kota-kota besar seperti di Manila, umat muslim di sana cukup bisa berbaur dengan pemeluk agama lainnya," lanjutnya.

Cahyo menambahkan, masih ada pandangan bahwa umat muslim yang tinggal di daerah pedalaman atau jauh dari kota besar, masih sering dianggap berpotensi memberontak atau menganut aliran radikal tertentu. 

Namun belakangan isu itu agak mereda, terutama menyangkut sikap Presiden Filipina Rodrigo Duterte yang kerap dianggap kontroversial. Dalam sebuah pidato pada 15 Februari 2019, dia mengucap pujian dengan cara Islam, setelah sebelumnya mengecam para anggota pemuka agama Katolik.

Mengagungkan Nama Allah

Melihat Pelaksanaan Salat Idul Fitri di Sejumlah Negara
Umat Muslim melaksanakan salat Idul Fitri 1439 H di atap sebuah masjid yang belum selesai di Manila, Filipina (15/6). Umat muslim di seluruh dunia tengah merayakan Hari Raya Idul Fitri 1439 H. (AFP Photo/Noel Celis)

Berbicara di depan hadirin yang didominasi masyarakat muslom di Kota Cotabato, Duterte berseru: "Ada bagian dari diri saya yang sebenarnya adalah Islam," ucapnya dalam bahasa Tagalog, dilansir dari ABS CBN News.

Klaim menghebohkan itu disampaikan oleh Rodrigo Duterte sebagai penekanan terhadap rancangan Hukum Organik Bangsamoro (BOL), yang akan memberikan komunitas muslim di Filipina selatan, entitas dan otonomi lebih besar sehingga diharapkan berdampak pada kemajuan politik dan ekonomi setempat.

Saat memulai pidatonya, Duterte juga terdengar beberapa kali mengagungkan nama Allah, yang menurutnya, telah membawa kebaikan untuk memungkinkan tercapainya era baru masyarakat BOL.

Perkembangan lainnya, Hari raya Idul Fitri di Filipina memang tidak terlalu semarak. Namun di tahun lalu, Presiden Duterte menetapkan Idul Fitri sebagai hari Iibur nasional.

Sedangkan saat Ramadan, terutama sebelum terjadi pandemi corona, umat muslim di Metro Manila biasanya berbuka bersama di masjid dan akan melanjutkan makan malam di rumah masing-masing seusai melaksanakan salat tarawih.

Di Golden Mosque Quaipo, menu berbuka sering disediakan secara bergantian oleh pihak kedutaan negara-negara Islam dari Timur Tengah. Biasanya, sekitar setengah jam sebelum berbuka, warga sudah mengantri. Anak-anak biasanya ikut orangtua ke masjid, sehingga halaman masjid tampak ramai di bulan Ramadan.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya