Liputan6.com, Jakarta - Indonesia boleh berbangga hati atas pencapaian seorang Nadhira Nuraini Afifa. Mewakili angkatannya, ia terpilih sebagai commencement student speaker dalam wisuda daring Harvard 2020 yang berlangsung pada 28 Mei 2020 lalu.
Nadhira Afifa telah merampungkan pendidikan Strata 2 di Departement of Global Health and Population, Harvard TH Chan School of Public Health dengan berfokus pada topik yang mengulas perihal nutrisi.
Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini sebelumnya bertolak ke Tanzania, Afrika Timur. Ia bersama para mahasiswa Harvard lainnya ambil bagian menangani masalah gizi buruk di kalangan remaja sekolah.
Advertisement
Baca Juga
Tahun ini, Nadhira terpilih sebagai perwakilan mahasiswa di wisuda Harvard School of Public Health 2020 setelah lolos seleksi. Melalui channel YouTube pribadinya, ia sempat berbagi sepenggal kisah terkait pengalaman tersebut.
"Ini merupakan satu kesempatan yang sangat berharga bagi aku, sangat membanggakan juga buat aku, sebuah kejutan yg luar biasa untuk mengakhiri journey aku di Harvard," kata Nadhira dalam video yang diunggah pada 1 Juni lalu.
Nadhira menjelaskan, Harvard mengadakan seleksi bagi semua mahasiswa, termasuk di Harvard School of Public Health. Tahap pertama adalah pengiriman teks pidato. Ia mengakui mengalami kesulitan dalam menyusun teks pidato.
"Sebenarnya membuat pidato ternyata susah banget karena aku enggak pernah lihat pidato di wisuda sebelumnya, enggak pernah nonton juga, jadi aku kurang ada acuan kayak harus apa bikin teks pidato," tambahnya.
Ia menambahkan tak ada guideline dalam pembuatan, hanya dengan kriteria 500--750 kata atau sekitar 5--6 menit ketika dibacakan. Kendati demikian, setelah menjalani serangkaian revisi, ia mengirimkan pidatonya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Cerita Nadhira
Baru dua hari kemudian, ia dinyatakan lolos ke seleksi selanjutnya yakni seleksi melalui video. Kala itu, ia menyebut mendapat keuntungan karena mendapat coaching dari seorang CEO perusahaan komunikasi yang telah biasa memberi coaching pidato formal.
Berlanjut keesokan harinya Nadhira dijadwalkan Zoom Call dengan juru kamera Harvard. Kala itu, ia diberi satu kali kesempatan untuk membacakan pidato secara utuh yang mana video itu akan diberi kepada panelis.
Tiga hari kemudian, Nadhira menerima email yang menyatakan ia berkesempatan untuk coaching kembali sebelum pidato final.
Pidato Nadhira berisi perihal kesannya pada awal masa orientasi, rasa takut dan gugup masih begitu menyelimuti dirinya. Ia juga menyebut soal kesetaraan, inklusivitas, juga persatuan.
Selain itu, Nadhira juga berkisah bagaimana sang ibunda menjadi sosok yang begitu menginspirasinya. Ia ingat betul pelajaran penting yang ibunya sampaikan. "Bermimpilah yang tinggi karena satu-satunya batasan kita adalah pikiran kita," ujarnya
Ditambahkannya, kesehatan masyarakat memberi hak istimewa untuk menyelamatkan kehidupan jutaan orang dan meningkatkan kesehatan juga umur panjang generasi kini dan mendatang.
Advertisement