Kisah Remaja Piatu Jualan Lukisan Pedesaan demi Wujudkan Impian Jadi Arsitek

Lukisan pedesaan karya remaja yatim itu berhasil menarik perhatian publik.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 26 Jun 2020, 14:15 WIB
Diterbitkan 26 Jun 2020, 14:04 WIB
Kisah Remaja Yatim Jualan Lukisan Pedesaan demi Wujudkan Impian Jadi Arsitek
Salah satu lukisan karya Earth. (dok. Facebook บ้านดิน บ้านฉัน บ้านเธอ/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Seorang remaja asal Thailand yang tinggal di timur laut Provinsi Kalasin tengah jadi buah bibir. Ia menjual lukisan karyanya yang mayoritas berupa pemandangan desa demi menutup biaya kuliah.

Remaja bernama Krittamet Saisaen yang akrab disapa Earth itu bercita-cita jadi seorang arsitek. Namun, biaya kuliah yang tinggi tak mampu dipenuhinya. Apalagi, ibunda Earth telah meninggal dunia dua tahun lalu dan sang ayah meninggalkannya beserta sang adik hingga diasuh kakek-nenek.

Remaja berusia 18 tahun itu mengenang kesukaannya atas melukis pertama kali. Menjaga sang ibu yang tengah dirawat di rumah sakit kala itu, Earth dan saudaranya mencari kegiatan lain yang bisa dilakukan. Minatnya jatuh pada menggambar yang merupakan hobi di masa kecil. 

Lewat lukisannya, Earth berharap bisa mendapatkan uang. Ia pun menjual hasil karyanya ke para tetangga dengan harga 20 atau 50 baht atau sekitar Rp10 ribu--Rp23 ribu saja. 

Ia tak patah semangat meski dibayar sedikit. Keterampilannya terus dipoles dengan bantuan video tutorial di YouTube, serta guru seninya di sekolah.

Masa pandemi Covid-19 memberi Earth waktu ekstra untuk meningkatkan karya lukis. Ia banyak mereproduksi lanskap pedesaan tempat tinggalnya kini. 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Tak Mau Susahkan Kakek Nenek

Ilustrasi persawahan.
Ilustrasi persawahan. (dok. Quangpraha/Pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

Melansir The Thaiger, Jumat (26/6/2020), Earth diketahui ingin mendaftarkan dirinjadi mahasiswa di Arsom Silp Institute of The Arts, Bangkok. Namun, biaya yang diperlukannya untuk kuliah mencapai 60 ribu baht atau lebih dari Rp27 juta untuk satu semester. Agar meraih gelar sarjana, ia setidaknya harus menyelesaikan 10 semester atau biayanya sekitar Rp270 juta

Biaya sebesar itu jelas tak mampu ditanggung kakek neneknya. "Aku tak bisa ke sekolah bila tak punya uang, kecuali kakek nenekku menjual sawah mereka, aset keluarga yang tersisa. Aku jelas tak mau mereka menjualnya karena aku cinta alam dan aku cinta tanah. Meski aku punya mimpi, bila aku tak bisa sekolah, aku rela," tuturnya.

Remaja tersebut juga menyebut tak bisa membayangkan bagaimana mengembalikan pinjaman bila harus berutang. Ia mengandalkan talentanya terasah dengan satu kuas yang dimilikinya. Kini, ia bisa menggambar tak hanya lanskap, tetapi juga bunga dan objek hidup lain.

Namun, cerita hidupnya membaik setelah kisahnya tersebar di berbagai media. Ia kebanjiran order membuat lukisan dengan harga antara 1.000--2.000 baht. Earth bahkan menggunakan popularitasnya kini untuk menyuarakan tantangan alam yang dihadapi Provinsi Kalasin. Ia juga berharap bisa membangun pondok ramah lingkungan untuk tempat mengajari yang lain melukis.

"Mungkin orang-orang kasihan padaku karena mereka mendengar ceritaku. Tapi, aku ingin mengangkat isu lingkungan juga, untuk menjadi fokus pada itu. Banyak masalah di wilayah ini, deforestasi, polusi sampah, membakar sampah, pupuk kimia. Isunya adalah tentang lingkungan dan seni. Aku ingin anak-anak menjaga alam dan lingkungan," ucap Earth.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya