Mendorong Masyarakat Bersikap Positif dan Cermat Kelola Keuangan di Era New Normal

Dampak dari resesi yang berpotensi paling dirasakan masyarakat adalah PHK dan sulitnya mendapatkan lapangan pekerjaan baru.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Jul 2020, 22:26 WIB
Diterbitkan 08 Jul 2020, 21:54 WIB
[FIMELA] Tara de Thouars
Tara de Thouars bicara self love di Fimela Fest 2019 (Adrian Putra/Fimela.com)

Liputan6.com, Jakarta - Sejak pandemi corona COVID-19 merebak awal tahun ini, perlambatan ekonomi pun menjadi tak terelakkan. Sejumlah data yang dipaparkan oleh ekonom, menteri dan juga para pengusaha di Indonesia semakin menguatkan tersebut.

Di antaranya Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati, Indonesia yang menyebutkan Indonesia mencatatkan inflasi yang sangat rendah pada bulan Mei, hanya 0,07 persen. Hal tersebut merupakan salah satu indikasi bahwa daya beli masyarakat sedang sangat jatuh.

Rendahnya daya beli masyarakat saat Lebaran bisa menjadi indikasi bahwa ekonomi pada periode April-Juni tidak tumbuh dan justru melemah, atau minus. Resesi akan terjadi jika Indonesia mencatatkan pertumbuhan minus dalam dua triwulan berturut-turut. Dampak dari resesi yang berpotensi paling dirasakan masyarakat adalah pemutusan hubungan kerja (PHK) dan sulitnya mendapatkan lapangan pekerjaan baru.

Selain itu, pada 22 Juni 2020 lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga memprediksi bahwa pertumbuhan PDB di kuartal III akan tumbuh di kisaran 1,4% atau melemah sampai minus 1,6%. Sementara dari data Kementerian Tenaga Kerja per 20 April 2020 merilis sebanyak 2,8 juta warga menjadi korban PHK sejak merebaknya pandemi COVID-19.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) bidang UMKM, Suryani Motik juga menyebutkan warga yang menjadi korban PHK akibat pandemik bisa mencapai 15 juta jiwa.  Kondisi yang dialami Indonesia, bahkan seluruh dunia akibat pandemi COVID-19 memang memprihatinkan.

Karena itu sekarang merupakan saat yang tepat bagi semua pihak untuk bahu membahu membantu meringankan kondisi dengan berbagai cara. Berangkat dari kondisi tersebut, Tokio Marine Life Insurance Indonesia mengadakan acara webinar My Turning Point, My New Normal melalui platform Zoom, pada hari ini, Kamis 9 Juli 2020.

Acara ini diisi dengan pemaparan dari Tara de Thouars seorang psikolog klinis, Agus Helly, CFP, QWP, Financial Advisor PT Tokio Marine Life Insurance Indonesia dan dipandu oleh Ellyza Hasan, News Anchor.

Head of Product Development and Marketing PT Tokio Marine Life Insurance Indonesia Alexander Mahendrawan mengungkapkan, webinar ini digelar dengan harapan agar para peserta webinar ini bisa lebih siap, lebih positif menerima dan beradaptasi dengan perubahan yang ada di era new normal ini untuk kehidupan yang lebih baik kedepannya.

“Kami sebagai brand yang selalu memberikan inspirasi, bersikap positif, dan senantiasa siap menjadi partner solusi finansial untuk berbagai kebutuhan pada setiap fase kehidupan manusia kembali memenuhi komitmennya untuk terus bertumbuh sekaligus mendampingi masyarakat Indonesia khususnya di masa-masa yang penuh tantangan saat ini,” jelas Alexander Mahendrawan, Head of Product Development and Marketing PT Tokio Marine Life Insurance Indonesia.

Alexander melanjutkan, webinar ini juga diadakan sebagai bagian dari program tanggung jawab sosial dari Tokio Marie Life Insurance Indonesia yang dikhususkan bagi masyarakat Indonesia yang terkena dampak COVID-19, seperti pengurangan penghasilan bahkan hingga kehilangan pekerjaannya.

ilustrasi tips mengatur keuangan saat lebaran/pexels
ilustrasi tips mengatur keuangan saat lebaran/pexels

Adapun Head of Marketing Communications and Corporate Branding PT Tokio Marine Life Insurance Indonesia Ferawati Gondokusumo menyampaikan, webinar ini sekaligus diselenggarakan untuk meningkatkan literasi keuangan mengenai kesiapan masyarakat umum agar tetap positif dan sukses dalam mengelola keuangan di era new normal.

“Karena itu pada akhir acara webinar ini, Tokio Marine Life Insurance Indonesia juga memaparkan mengenai peluang untuk mendapatkan penghasilan atau pekerjaan baru dan sebagai duta dalam memberikan literasi keuangan kepada khalayak umum yang lebih luas lagi,” ungkap Ferawati.

Dari sisi psikologis, Tara de Thouars seorang psikolog klinis memaparkan mengenai cara positif untuk dapat mengatasi situasi new normal khususnya dalam menghadapi ketidakpastian hidup; seperti keluar dari zona nyaman, peka dengan peluang yang ada, serta untuk selalu berpikir positif dengan menjalani masa pandemik sebagai “My Turning Point, My New Normal.”

Sedangkan dari segi literasi keuangan di masa pandemik, Agus Helly, CFP, QWP, Financial Advisor PT Tokio Marine Life Insurance Indonesia mengajak para peserta seminar untuk dapat menentukan skala prioritas dan melakukan pemetaan situasi. Seperti kutipan yang sering digunakan khususnya pada masa sekarang ini, “We are in the same storm, but not in the same boat.”

“Dengan sudah bisa memahami situasi, baru kemudian bisa menganalisa situasi keuangan, mulai dari pengeluaran, aset, utang, investasi, bahkan asuransi. Baru kemudian pada akhir acara webinar, akan ada juga pemaparan mengenai peluang untuk mendapatkan pekerjaan baru atau menambah penghasilan bagi yang mau mencoba keluar dari zona nyaman serta siap dengan peluang baru,” jelas Alexander.

Alexander pun memaparkan sejumlah inisiatif yang dilakukan oleh Tokio Marine Life Insurance Indonesia dalam menanggapi masa pandemi COVID-19 yakni sebagai berikut;

• Relaksasi proses klaim;

• Menggelar Webinar bagi Nasabah untuk memberikan informasi tentang perkembangan pasar investasi;

• Penghapusan Masa Tunggu karena COVID-19 untuk produk kesehatan;

• Tambahan Uang Pertanggungan untuk manfaat meninggal dunia karena COVID-19 pada periode terbatas;

• Relaksasi ketentuan pemeriksaan kesehatan;

• Implementasi penjualan produk asuransi menggunakan media komunikasi jarak jauh;

• Pendidikan dan pelatihan tenaga pemasar melalui media online.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya