Liputan6.com, Jakarta – Sebagai wilayah terpencil, Dusun Ambatunin, Desa Uren, Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, minim akses. Baik jalan, telekomunikasi hingga sarana pendidikan. Sehingga masyarakatnya hidup dalam kondisi serba terbatas. Terlebih dunia pendidikan di kawasan pedalaman ini, sulit diakses, mengingat tingginya perjuangan menuju lokasi.
Butuh waktu lama, dan energi fisik yang kuat untuk mencapainya. Karena kondisi jalan cukup ekstrim melintasi hutan belantara yang terjal dan dipenuhi jurang. Akibatnya banyak warga setempat tak kenal tulis baca, karena bertahun-tahun tak bisa menikmati pendidikan. Namun belakangan, seorang guru kunjung masuk ke dusun mereka.
Memberikan pendidikan dan wawasan, terutama tentang baca tulis. Dengan satu guru ini, belasan anak usia belajar mendapatkan pendidikan. Mereka dibuatkan satu tempat belajar tanpa bangunan. Hanya sepotong terpal melindungi mereka dari terik matahari, dengan fasilitas meja kursi seadanya. Meski begitu, masalah belum mereda, mengingat akses yang terbatas, guru kunjung hanya mampu mampir dua pekan sekali, dengan proses belajar mengajar selama beberapa jam saja.
Advertisement
Ditengah keterbatasan, animo bocah dusun sangat tinggi dalam menuntut ilmu. Mereka merasa senang bisa mengenyam pendidikan. Suatu ketika para pemangku kepentingan di instansi terkait menengok ke lokasi minim akses pendidikan ini, mencari kebenaran kondisinya secara langsung.
Baca Juga
Saat tiba, mereka mendapati belasan siswa bersemangat untuk belajar, walaupun tidak ada sekolah di tempat tersebut. Sehingga respek berinisiatif ingin membangun sekolah kecil, meski hanya satu ruang belajar. Kemudian dibangunkan pula rumah dinas dan kelengkapan bangunan lain, sebagai ruang guru dan toilet. Proyek masuk anggaran tahun 2020 ini.
Wacana ini mendapatkan sambutan hangat masyarakat setempat. Bahkan warga telah bergotong royong menyediakan bahan bangunan dari kayu untuk fasilitas layanan pendidikan tersebut. Mereka juga antusias, karena anak-anak bisa sekolah. Selain itu orang dewasa yang buta huruf serta tak bisa menulis juga dapat ikut belajar.
Menurut Kasubag Prencanaan dan Pelaporan Dinas Pendidikan Kabupaten Balangan, M. Iqbal Al-Banjari, SH yang turut dalam ‘trip’ kunjungan ke Dusun Ambatunin, butuh perjuangan untuk mencapai kawasan pedalaman ini. Dusun Ambatunin merupakan anak desa yang jauh dari pusat desa. Bahkan untuk menuju permukiman dusun ini, harus melewati pegunungan dan masuk hutan belantara.
Jaraknya berjalan kaki sekitar enam jam. Sementara apabila menggunakan kendaraan roda dua, kurang lebih tiga jam. Selain itu, akses jalan hanya jalan setapak yang sebagian sisi kiri kanannya adalah jurang. Jika menggunakan jasa ojek warga setempat, butuh biaya tinggi, bisa mencapai Rp 400.000 sampai Rp 450.000. Hal itu dikarenakan kondisi jalan menuju Dusun Ambatunin yang dianggap ektrim dan sulit dilewati.
“Sehingga masyarakat setempat lebih familiar dengan Kaltim, karena lokasi desa mereka berdekatan dengan propinsi tetangga tersebut,” kata Iqbal. Sementara Plt Dinas Pendidikan Balangan, Abdul Basid, S.Sos, MAP, menyebutkan pihaknya serius merealisasikan pembangunan SDK Ambatunin. Basid menerangkan, Disdik juga menargetkan tahun pelajaran 2020/2021, SD Kecil Ambatunin sudah resmi menjadi satuan pendidikan formal yang terdaftar secara sah di Pemkab Balangan dan Kemendikbud.
Sehingga sekolah itu nanti berhak penuh dengan hak-hak dan kewajibannya sebagai sekolah yg diselenggarakan oleh Pemkab Balangan. Sebagaimana hak atas dana BOS dan tunjangan terpencil serta lainnya. "Untuk pembangunan SD kecil di Dusun Ambatunin memang rencananya dipercepat dan pada APBD perubahan, kami mengupayakan tambahan asrama siswa," ucap Abdul Basid.
Dinas Pendidikan Kabupaten Balangan mengusulkan menganggarkan pembangunan SD Kecil di Dusun Ambatunin sebesar Rp. 600 juta. Bahkan diusulkan penambahan seperangkat peralatan satelillite Maggo Sky. Alat tersebut merupakan perangkat telekomunikasi langsung ke satelit Palapa. Sehingga sinyal internet bisa diakses tanpa melalui sambungan manual atau kabel.
"Melalui alat tersebut diharapkan sekolah dapat berkomunikasi langsung dengan pihak luar dan memudahkan pelaporan online tanpa harus turun ke lokasi yang ada jaringan internet," ucap Basid. Seiring waktu, pembangunan sekolah sesuai komitmen pemangku kepentingan akhirnya terpenuhi. kini anak-anak pedalaman di Dusun Ambatunin bisa menikmati bangku sekolah.
Bangunan Sekolah Dasar Kecil Ambatunin berdiri tegak, dan sudah bisa difungsikan untuk belajar di ruang kelas tersebut. Ada tiga guru yang mengajar di dusun tersebut, mereka merupakan guru kunjung yang aktif memberikan pendidikan bagi anak-anak di Dusun Ambatunin. Keberadaan SDK Ambatunin dianggap sangat membantu proses belajar mengajar. Bahkan sekarang pendidikan formal sudah didapati oleh anak-anak di sana.
Mereka juga sekolah menggunakan seragam SD pada umumnya, tak lagi hanya baju harian. Sejak Juli para siswa kembali belajar sebagaimana mestinya, karena telah memasuki tahun ajaran baru. Terpisah, Febtika Reysne, M.Pd, Kasi Keamanan Informasi dan Persandian Diskominfo Balangan, yang juga turut dalam ‘trip’ menjelaskan, lokasi ke Dusun Ambatunin cukup terpencil, dan berada diperbatasan dengan propinsi Kalimantan Timur.
“Dari Paringin ke Desa Uren ditempuh 1,5 Jam naik kendaraan. Lanjut dari Uren ke Ambatunin bisa 3 jam bersepeda motor jika cuaca mendukung. Tapi kalau jalan kaki bisa mencapai 6 jam perjalanan,” ujar Febtika. Menurutnya, selain akses jalan, jalur komunikasi juga terbilang terbatas di Ambatunin, karena tak ada satupun jaringan telekomunikasi yang masuk ke dusun tersebut.
Bahkan pihaknya Diskominfo Balangan belum ini rencana membangun akses telekomunikasi, mengingat tahun 2020 masih fokus finalisasi sarana dan fasilitas yang akan disebar di Desa Uren, Mamigang, Binuang Santang, Marajai dan Mamantang. “Sementara ini tower Kominfo ditinggikan hingga 50 meter, tapi belum tahu apakah bisa tembus ke Ambatunin.
Sejauh ini signal di Ambatunin bisa dijangkau dari atas gunung memanfaatkan jaringan telekomunikasi dari Kaltim,” jelasnya, seraya berharap kedepan pemerintah mempertimbangkan untuk membuka akses telekomunikasi di daerah ini. Dari penjelasan masyarakat setempat, lanjut Febtika, tak mungkin mereka pindah dari kampung itu.
Alasannya sudah turun temurun bermukim dan membuka ladang untuk berkebun di Ambatunin. Tujuan pemerintah untuk memudahkan pelayanan publik bagi mereka, jika bersedia bermigrasi ke kawasan yang mudah diakses. Pasalnya, pemda kesulitan menjangkau karena jalurnya sangat ekstrim.
Namun, rencananya dalam waktu segera, pemkab Balangan akan membangunkan perumahan bagi tempat tinggal mereka dalam satu komplek. Karena saat ini rumah-rumah warga terpencar dengan jarak yang cukup jauh, satu sama lainnya terpisah dengan gunung.
Sehingga saat ada rencana menggelar pertemuan maupun rapat, terpaksa di informasikan 3 hari sebelum kegiatan. “Mau ngadain rapat RT aja, itu mesti 3 atau 2 hari sebelumnya kasih-kasih kabar, baru bisa ngumpul,” sambungnya sembari menutup pembicaraannya.