Liputan6.com, Jakarta - Belakangan ini diet kian banyak dijalani masyarakat. Pengaturan pola makan itu, tak hanya untuk menurunkan berat badan, tapi bisa juga untuk menaikkan berat badan.
"Diet juga bisa bermanfaat agar penampilan tetap menarik. Selain itu, orang menjalani diet itu agar tubuh tetap sehat. Saat ini orang mulai aware dan mengerti tentang kesehatan," ujar dokter Samuel Oetoro, MS.Sp.GK, Dokter Spesialis Gizi Klinik, saat dihubungi Liputan6.com, Kamis, 17 September 2020.
Advertisement
Baca Juga
Hal senada diungkapkan dokter Phaidon L Toruan MM, seorang motivator kesehatan. Bagi Phaidon, orang yang menjalani diet mempunyai berbagai macam alasan, seperti keinginan memiliki badan yang bagus, seperti binaragawan atau atlet, sehingga mereka mengatur pola makan dan istirahat yang ingin lebih sehat karena sudah tervonis penyakit tertentu.
"Mereka harus mengatur makan, seperti terkena diabetes, hipertensi, kanker, dan sebagainya. Selain itu, mereka diet untuk menurunkan berat badan karena mengalami kegemukan. Mereka juga ingin tubuh lebih sehat walau tidak memiliki masalah kesehatan, masalah berat badan," tutur Phaidon, kepada Liputan6.com, Kamis, 17 September 2020
Untuk menjalani diet, kata Samuel, orang perlu tahu tentang ilmu tes dan ukur mengenai kalori. Oleh karena itu, mereka yang diet harus melakukannya secara bertahap.
"Sehari, misalnya, harus mengurangi 500 hingga 1000 kalori. Mereka yang biasanya makan dengan nasinya segunung, harus dikurangi 1/4 dari porsi biasanya. Bila biasanya makan satu hingga dua potong ayam, maka makan ayamnya harus berubah menjadi setengah potong," kata dokter yang praktik di MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, Jakarta Selatan ini.
Bagi Samuel, diet tak bisa dijalani secara sewenang-wenang karena alasan ingin berat badan cepat turun. Diet tak bisa dilakukan dengan cepat.
"Karena kalau dilakukan dengan cepat, maka biasanya akan naiknya berat badan juga makin cepat. Oleh karena itu, diet itu harus dijalani secara bertahap," kata Samuel.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Empat J
Samuel menjelaskan, ada empat kunci bagi mereka yang ingin menjalani program diet. Ia menyebutnya dengan Empat J (4 J), yaitu Jumlah, Jadwal, Jenis, dan Jurus Memasak.Â
"Tentang jumlah, mereka yang diet harus mengurangi porsi makannya. Sementara untuk jadwal, orang biasa makan itu tiga kali sehari, pagi, siang, dan malam. Mereka dapat mengurangi yang mengandung banyak kalori, tapi bisa diganti dengan mengonsumsi buah-buahan, seperti semangka, pepaya," ujar Samuel.
Setelah jumlah, lalu jenis makanan yang dikonsumsi harus variatif dan kaya nutrisi, seperti makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Mereka yang biasa makan nasi putih, bisa diganti dengan nasi merah atau nasi hitam. "Hindari makanan yang berasal dari tepung, konsumsi roti gandum, kentang rebus dengan tidak membuang kulitnya," kata Samuel.
Berikutnya J yang lain adalah jurus memasak. Dalam jurus memasak ini, mereka yang menjalani diet harus menghindari makanan yang digoreng. Menurut Samuel, mereka bisa menggantinya dengan merebus atau dipanggang. Mereka harus menghindari lemak, seperti santan atau daging.
"Mereka bisa mengonsumi buah dan sayur, yang bisa memberi rasa kenyang. Konsumsi air harus delapan gelas sehari atau 10 gelas sehari untuk membakar kalori," tutur Samuel.
Bagi Phaidon, agar diet nyaman dan aman, maka mereka yang menjalani diet harus fokus pada pola hidup sehat, yakni makan sehat dan olahraga serta istirahat yang cukup. Makan sehat harus memilih makanan yang melengkapi nutrisi, mulai buah buahan rutin, karbohidrat berserat banyak, mengurangi gorengan, ‌mengatur komposisi makanan sehat sesuai kebutuhan. ‌Selain itu, mereka juga harus mengatur jam makan.
"Upayakan makan malam tidak melewati jam 19 malam, khususnya bagi yang mengalami masalah kegemukan berhubungan dengan diabetes atau hipertensi. Ini untuk mencegah agar hormon insulin tidak berlebihan diproduksi," kata Phaidon.
Advertisement
Motivasi yang Kuat
Meski banyak orang yang menjalani diet, tapi tak sedikit juga yang gagal. Dengan tegas, dokter Samuel Oetoro menyebut bahwa kegagalan tersebut terjadi motivasi mereka yang menjalani diet kurang kuat.
"Motivasinya nggak kuat, apalagi mereka yang hanya ikut-ikutan saja. Motivasi akan timbul kalau ada goal, maka mereka akan berhasil bisa langsing dan sehat. Ibu dari segala penyakit itu obesitas," kata Samuel.
Ia mencontohkan, mereka yang menjalani diet agar bisa menyaksikan anaknya lulus kuliah. Dengan begitu, mereka akan termotivasi untuk menjaga kesehatannya.
"Misalnya, saya harus sehat demi anak," kata Samuel. "Mereka akan termotivasi untuk hidup sehat karena mereka memiliki goal. Dengan kondisi sehat, mereka akan mencari uang untuk membiayai kuliahnya dengan baik," imbuhnya.
Bagi Samuel, agar diet bisa menjadi keberlanjutan, maka orang harus mempunyai goal dalam diet sehingga menjadi kebiasaan yang rutin dijalani. "Bila tidak ada goal, maka tidak akan ada motivasi yang kuat. Jadi, harus ada goal agar diet bisa dilakukan secara berkelanjutan," ucap Samuel.
"Mereka yang diet harus ‌memiliki mindset pola hidup sehat. ‌Diet sebagai manajemen makan sehat‌ memilih mengatur makan dengan sadar‌, berada dalam lingkungan yang mendukung, ‌melakukan tes dan ukur," kata Phadion.
Rutin Olahraga
Sementara itu, dihubungi secara terpisah Carolina Domiko mengatakan keberhasilannya menurutkan berat badannya, ia harus mengurangi kebiasaan makannya. Mulanya ia bisa makan 10 kali sehari, tapi sekarang ia harus mengurangi asupan makannya.
"Aku makannya sekarang sudah nggak banyak. Paling hanya lima kali saja," ujar warga Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara ini, kepada Liputan6.com.
Merujuk akun media sosialnya, Carolina makan banyak itu karena ia harus mengisi konten makanan ke dalam akun Instagram pribadinya. Saat ini berat badan perempuan yang akrab disapa Olin itu 43 kilogram dari awal 53 kilogram. Tak sekadar mengurangi porsi makan setiap hari, ia juga membiasakan diri untuk olahraga.
"Saya rajin zumba setiap hari selama 30 menit. Aalsan saya diet, ya karena baju saya sudah nggak muat," kata Olin tertawa.
Berbeda dengan Carolina, lain halnya dengan Eli, warga Karang Tengah, Tangerang ini juga sempat menjalani diet dengan mengonsumsi obat-obatan herbal yang dibeli secara khusus. Namun, ia hanya bertahan selama enam bulan.
"Karena biayanya besar, makanya saya berhenti. Selama enam bulan, berat saya sempat turun 11 kilogram," ujar Eli kepada Liputan6.com, Sabtu (19/9/2020).
Selain mengonsumsi obat herbal, Eli biasanya olahraga selama 30 menit setiap hari. Ia biasa melakukannya dengan cara berjalan kaki atau senam ringan.
"Sekarang saya udah nggak rutin minum obat herbal itu. Paling kalau badan saya sudah nggak enak, saya baru beli herbal itu," tandas Eli.
Advertisement