Lembaga Keuangan Internasional Seharusnya Membantu Mencegah Wabah Baru

Industri peternakan seringkali memiliki kondisi yang tidak sehat.

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Okt 2020, 15:04 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2020, 00:08 WIB
Lembaga Keuangan Internasional Seharusnya Membantu Mencegah Wabah Baru
Lembaga Keuangan Internasional Seharusnya Membantu Mencegah Wabah Baru. foto: istimewa

Liputan6.com, Jakarta – Petisi yang meminta lembaga keuangan internasional untuk menghentikan investasi di industri peternakan untuk menurunkan resiko munculnya wabah baru. 

Lebih dari 10.000 orang di seluruh dunia telah menandatangani petisi online https://www.change.org/PendanaanPandemi yang diluncurkan oleh NGO Sinergia Animal, Global Forest Coalition, dan Feedback yang meminta institusi finansial internasional untuk berhenti mendanai industri peternakan, sebagai salah satu pemantik wabah baru, deforestasi dan perubahan iklim.

Petisi tersebut, menargetkan Bank Dunia dan European Bank for Reconstruction and Development (Bank Pembangunan Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan), dilatarbelakangi oleh laporan dari PBB yang menekankan mengenai bahaya industri peternakan yang intensif.

“Bank pembangunan seharusnya berkontribusi dalam mewujudkan dunia yang lebih berkelanjutan dan lebih aman, namun sayangnya mereka malah melakukan sebaliknya, dengan mendanai praktik terburuk dari industri peternakan. Institusi tersebut dibiayai dari pajak kita dalam bentuk kontribusi dari pemerintah di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Kita meminta mereka untuk ikut menciptakan masa depan yang lebih aman untuk kita semua,” ungkap Carolina Galvani, CEO Sinergia Animal, salah satu NGO yang ikut serta dalam kampanye tersebut.

Sebuah investasi yang dilakukan oleh Bureau of Investigative Journalism dan kanal berita The Guardian menemukan bahwa International Finance Corporation (IFC) di bawah Bank Dunia dan bank Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan telah mengalirkan dana sebesar $2.6 miliar Dolar Amerika ke peternakan babi, unggas dan peternakan daging, sekaligus perusahaan pengolahan susu dan daging, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.

“Menginvestasikan milyaran dolar AS untuk menjalankan industrialisasi peternakan tersebut akan merugikan masa depan kita bersama. Program Lingkungan PBB telah memperingatkan bahwa di industri peternakan modern, banyak hewan-hewan ternak yang hidup di kondisi kurang ideal, yang dapat berkontribusi pada penyebaran penyakit baru, yang serupa dengan Covid-19,” ungkap Carolina.

Industri peternakan seringkali memiliki kondisi yang tidak sehat. Hewan yang dijejalkan dalam satu ruangan yang sempit, sekaligus memiliki genetik yang terlalu mirip, akan melemahkan resistensi terhadap penyebaran penyakit baru. Selain itu, industri tersebut juga menanggung resiko terhadap kesehatan publik.

Peternakan pabrikasi mengonsumsi obat-obatan dalam jumlah besar; berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia, di beberapa negara, 80% dari total konsumsi antibiotik yang penting secara medis, digunakan untuk sektor peternakan pabrikasi. Hal ini berarti bahwa industri peternakan turut berkontribusi secara signifikan terhadap resistensi antibiotik, yang sudah membunuh lebih dari 700.000 orang setiap tahunnya, dan bahkan dapat menyebabkan penyakit yang lebih kuat serta ganas.

Lembaga Keuangan Internasional Seharusnya Membantu Mencegah Wabah Baru
Lembaga Keuangan Internasional Seharusnya Membantu Mencegah Wabah Baru. foto: istimewa

Para aktivis terus mengingatkan bahwa lingkungan juga ikut menderita,“Para ahli memprediksi bahwa sektor industri peternakan akan bertanggung jawab terhadap setengah dari anggaran dunia yang diperbolehkan untuk emisi gas rumah kaca pada tahun 2030, dan 80% pada tahun 2050.

Tanpa adanya tindakan segera, industri tersebut akan terus mendorong kerusakan iklim, yang menyebabkan adanya cuaca panas yang lebih ekstrim, kekeringan, banjir, dan kemiskinan,” sambung Carolina.

Industri peternakan merupakan satu-satunya penyebab deforestasi hutan tropis, berdasarkan NASA, dimana kawasan hutan gundul digunakan secara meluas untuk lahan pertanian, yang pada akhirnya digunakan untuk menanam pakan ternak seperti kedelai dan jagung.

Sementara itu, PBB menunjukkan bahwa 75% dari penyakit patogen yang muncul di manusia bersifat zoonosis, yang berarti bahwa aktivitas penggundulan hutan dan perluasan lahan pertanian meningkatkan risiko penularan penyakit meningkatan resiko transmisi penyakit dengan menempatkan manusia dan hewan ternak lebih dekat dengan satwa liar dan virus yang mereka bawa.

“Bank pembangunan internasional seharusnya memberikan dukungan finansial kepada bisnis yang dapat mewujudkan bumi yang lebih hijau, lebih aman untuk hewan dan manusia,” tambah Carolina. “Hanya kurang dari lima menit, setiap orang dapat berkontribusi untuk mencegah wabah baru di masa depan dengan menandatangani petisi https://www.change.org/PendanaanPandemi. Setiap tanda tangan akan berarti.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya