Liputan6.com, Jakarta - Sintang merupakan salah satu kabupaten di Kalimantan Barat dengan ibu kota di Sintang. Luas wilayahnya mencapai 21.635 kilometer persegi
Kabupaten Sintang terbagi ke dalam 14 kecamatan. Dua kecamatan di antaranya, yaitu Kecamatan Ketungau Hulu dan Ketungau Tengah, berbatasan langsung dengan Malaysia bagian Sarawak.
Advertisement
Baca Juga
Kabupaten Sintang secara administratif berbatasan dengan Kalimantan Tengah dan Kabupaten Melawi di sebelah selatan, di sebelah timur berbatasan juga dengan Kalimantan Tengah dan Kabupaten Kapuas Hulu. Berbatasan dengan Kabupaten Ketapang, Sanggau, dan Sekadau di sebelah barat serta Serawak, Malaysia Timur, dan Kabupaten Kapuas Hulu di sebelah utara.
Kabupaten ini juga dilalui dua sungai besar yaitu Sungai Kapuas dan Sungai Melawi. Selain itu, terdapat pula empat gunung tinggi di daerah ini, yaitu Gunung Batu Raya, Gunung Batu Baluran, Gunung Batu Maherabut, dan Gunung Batu Sambung.
Selain itu, masih banyak fakta menarik lainnya Kabupaten Sintang. Simak enam fakta menarik yang sudah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.
1. Jejak Sejarah Kesultanan Sintang
Sebuah kerajaan dulu berdiri di wilayah ini, yakni Kerajaan Sintang. Nama Kerajaan Sintang dikenal pada abad ke-13. Pusat kerajaan diperkirakan berjarak 50 kilometer dari Kota Sintang saat ini.
Kerajaan Sintang meninggalkan bukti sejarah berupa Batu Lingga yang bergambar Mahadewa dan Arca Nandi, masyarakat menyebutnya batu kalbut atau babi. Peninggalan ini dapat ditemukan di Kecamatan Sepauk.
Tidak jauh dari lokasi batu lingga, ditemukan pula Makam Aji Melayu. Dia merupakan nenek moyang dari raja-raja di Kerajaan Sintang. Mulanya, Demong Irawan (Jubair Irawan 1) memindahkan pusat kerajaan ke daerah Senentang di antara Sungai Kapuas dan Sungai Melawi.
Lambat laun, Senentang lebih dikenal dengan sebutan Sintang. Luas kerajaan semasa pemerintahan Demong Irawan mencakup wilayah Kecamatan Sepauk dan Tempunak.
Sejak pemerintahan Sri Paduka Tuanku Sultan Nata Muhammad Syamsudin Sa’adul Khairi Waddin, Kerajaan Sintang berubah menjadi kesultanan. Eksistensi Kesultanan Sintang masih bertahan hingga 1966. Pemerintah kemudian mengubah Kesultanan Sintang menjadi Daerah Tingkat II atau Kabupaten Sintang di Kalimantan Barat.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
2. Gunung Kelam
Gunung Kelam terletak di Kecamatan Kelam Permai, sekitar 20 kilometer dari Kota Sintang, berada di kawasan Hutan Wisata Bukit Kelam. Gunung yang membentang dari barat ke timur dengan ketinggian mencapai 1.002 mdpl merupakan bongkahan batu raksasa atau disebut juga monolit.
Kawasan Bukit Kelam ini merupakan tempat tumbuhan endemik kantong semar spesies Nepenthes clipeata berada. Bukit Kelam merupakan taman wisata alam dengan pemandangan indah, berupa air terjun, gua alam tempat tinggal kelelawar, dan tebing terjal setinggi 600 meter.
Selain kantong semar, wilayah ini merupakan daerah tumbuhnya Anggrek Hitam. Masyarakat sering menyebut bukit ini dengan sebutan Bukit Raya.
3. Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Taman nasional ini merupakan gabungan dari dua kawasan cagar alam di dua provinsi, yakni Cagar Alam Bukit Baka di Kalimantan Barat dan Cagar Alam Bukit Raya di Kalimantan Tengah.
Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya memiliki luas 234.624,30 hektare. Letak taman nasional ini berada di Kabupaten Sintang dan Melawi untuk Provinsi Kalimantan Barat serta Kabupaten Kasongan untuk Provinsi Kalimantan Tengah.
Taman nasional merupakan habitat 1.227 jenis tumbuhan dan 517 jenis binatang. Sebanyak 97 tumbuhan merupakan tanaman obat, tujuh jenis tumbuhan bahan kecantikan, 45 jenis tumbuhan pangan, 20 jenis bahan kerajinan dan spiritual, 32 jenis bahan bangunan dan perkakas, 209 tumbuhan hias, serta 16 jenis tumbuhan yang bernilai penting. Sementara, fauna sebanyak 517 jenis terbagi ke dalam 60 jenis mamalia, 217 jenis aves, 112 jenis herpetofauna atau binatang melata, 95 jenis kupu-kupu, serta 33 jenis ikan dan krustasea.
Advertisement
4. Rumah Betang Ensaid Panjang
Rumah Betang Ensaid Panjang yang terletak di Kecamatan Permai ini merupakan rumah tradisional masyarakat Dayak. Hingga saat ini, rumah tersebut masih dihuni oleh masyarakat Suku Dayak karena ingin melestarikan warisan nenek moyang.
Tiang utama dari rumah ini terbuat dari kayu ulin yang berumur seratus tahun. Bagian depan rumah betang bernama ruai, yaitu ruang bersama tanpa sekat untuk rapat atau tamu adat. Kemudian, ada ruang tamu dan ruang keluarga. Ada pula ruangan yang bernama bilik serambi yang merupakan kamar tidur. Terakhir, bilik tingka yaitu berupa ruang dapur.
Awalnya, rumah betang ini dibuat dengan tujuan agar menyesuaikan kebiasaan perang suku. Mereka yang berasal dari satu sub-suku yang sama ditempatkan pada satu tempat yang sama.
Pekerjaan utama warga adalah berladang dan menyadap getah karet. Selain itu, para ibu-ibu membuat kain tenun yang dapat dijual.
5. Museum Kapuas Raya
Museum Kapuas Raya terletak di Kecamatan Sintang untuk mengenalkan berbagai etnis yang ada di Kabupaten Sintang. Museum ini berdiri atas inisiatif dari Museum Tropen di Belanda. Sebelum berbentuk museum, dulunya merupakan Pusat Kebudayaan Sintang pada 1822. Menurut sejarah, Belanda berhubungan dagang dengan daerah Kalimantan Barat yang lambat laun menjadi penguasaan daerah.
Museum ini memiliki tiga ruang utama yaitu Ruang Sejarah, Ruang Kebudayaan, dan Ruang Tenun Ikat. Museum juga memiliki beberapa koleksi, di antaranya tekstil, keramik, dan senjata tradisional yang bernama mandau. Koleksi yang ada di museum ini mewakili tiga suku besar yang ada di Kalimantan Barat, yaitu Dayak, Melayu, dan Tionghoa. Peta Pulau Borneo buatan Johannus Jansonius pada 1657 menjadi koleksi tertua di museum ini.
6. Makanan Tradisional
Makanan tradisional khas Sintang mengingatkan pada makanan khas Sumatera Selatan, yakni tempoyak. Makanan ini menggunakan durian Kalimantan Barat sebagai bahan utama olahan. Durian Kalimantan Barat ini difermentasi secara alami dengan cara menggunakan garam. Banyaknya garam tergantung pada ukuran daging durian. Proses fermentasi ini dilakukan selama kurang lebih 6--12 jam.
Nama tempoyak didapatkan dari leluhur nenek moyang Suku Melayu yang berdiam di Kalimantan Barat. Tempoyak biasanya diolah lagi sebagai bahan makanan lainnya, seperti dikombinasikan dengan udang laut segar. (Gabriella Ajeng Larasati)
4 Risiko Mobilitas Saat Liburan untuk Cegah Covid-19
Advertisement