Liputan6.com, Jakarta - Bertepatan dengan Hari Guru Internasional pada 5 Oktober 2021, TikTok meluncurkan Buku Panduan Keamanan Digital untuk Pengajar. Hal itu karena saat ini peran guru semakin meningkat sehingga guru juga diharapkan punya pengetahuan mengenai keamanan digital dan generasi digital.
"Hal itu agar guru mampu mendukung dan mengajak anak didiknya sebagai generasi muda dengan bijak. Mereka juga diharapkan dapat menggunakan internet dengan bijak dan aman serta nyaman," kata Public Policy & Government Relations, TikTok Indonesia, Faris Mufid.
Advertisement
Baca Juga
Faris mengatatakan bertepatan momentum Hari Guru Sedunia, TikTok ingin berkontribusi kepada para guru. Bersama Kominfo, kata Faris pihaknya memastikan bahwa TikTok jadi platform yang aman dan nyaman bagi penggunanya.
"TikTok menempatkan keamanan, keselamatan, dan privasi pengguna di kalangan remaja sebagai prioritas utama, agar TikTok terus menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk ekspresi diri. Harapannya, Buku Panduan Keamanan Digital untuk Pengajar ini bisa menjadi sumber edukasi dan referensi untuk para pengajar di Indonesia untuk bantu menumbuhkan lingkungan dan budaya online yang positif," kata Faris.
Menurut Dewan Pengarah Geralan Nasional Literasi Digital Siberkreasi dan Koordinator Nasional Japelidi, Novi Kurnia mengatakan yang terpenting adalah bagaimana media digital dapat dijadikan alat bantu pembelajaran. Guru harus menjadi panutan anak didiknya.
"Dalam konteks gerakan literasi digital, kami punya empat pilar, yaitu digital skills atau keterampilan, digital ethics atau etis, digital budaya, digital safety atau aman. Saya kira saat di depan guru idealnya bisa terampil, tak hanya menguasai teknologi, tapi juga bisa mengoptimalkan proses belajar mengajar yang menyenangkan dan berbagi pengetahuan yang berkualitas," urai Novi.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Menghargai Perbedaan
Guru dalam konteks etis, lanjut Novi, bisa menegakkan etiket untuk sopan, menyapa dengan baik. Guru mengajak siswa untuk memanfaatkan platform secara maksimal, tapi juga harus menghargai orang lain atau etis.
Novi berkata, guru juga sebaiknya mengajak anak didik bertanggung jawab di media digital. Sekaligus juga menghargai perbedaan.
"Indonesia itu kaya, banyak suku, agama, warna kulit. Nah, dengan media digital, kita bisa saja memanfaatkan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Kemudian juga menghargai perbedaan di media digital," kata Novi.
Advertisement
Topik Sensitif
Selain itu, kata Novi, guru harus melawan berbagai konten negatif di Internet. Baik itu hoaks, ujaran kebencian, perlindungan siber, radikalisme, pornografi, kekerasan, dan lain-lain.
"Dalam konteks aman digital, guru menjadi teladan dalam menjaga data pribadi, baik diri sendiri maupun orang lain. Guru juga harus menjadi pendukung yang paling loyal untuk anak didiknya agar bisa menggunakan internet dan media digital sebagai saran belajar yang sebaik-baiknya," papar Novi.
Kehadiran buku panduan ini juga diapresiasi oleh Ira Mirawati, pengajar yang menjalankan platform sobatmu.com, wadah konsultasi untuk berbagai permasalahan yang dihadapi remaja. Bagi Ira, pengajar, sebagai orang dewasa yang menghabiskan banyak waktu dengan anak didiknya, perlu memberikan ruang yang nyaman bagi mereka untuk mau mendiskusikan dan belajar memahami bahwa keamanan privasi dan jejak digital ada di tangan mereka.
"Hadirnya Buku Panduan ini tentu akan sangat membantu para pengajar untuk memahami cara mengangkat topik-topik sensitif ini, tanpa membuat para anak didiknya merasa canggung dan menutup diri," imbuh Ira. Buku tersebut dapat diunduh di situs web literasidigital.id/books/buku-panduan-keamanan-digital-untuk-pengajar-tiktok.
Infografis Donald Trump Vs TikTok
Advertisement