Greta Thunberg Mengejek Aksi Iklim Blah Blah Blah Para Pemimpin Dunia

Pemimpin dunia yang disinggung keras Greta Thunberg dalam aksi iklim ini termasuk Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Sep 2021, 18:55 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2021, 14:01 WIB
Greta Thunberg
Aktivis iklim asal Swedia Greta Thunberg berpidato dalam pembukaan acara Youth4Climate pada 28 September 2021 di Milan, Italia. (MIGUEL MEDINA/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Aktivis iklim Greta Thunberg membuat gebrakan lagi. Thunberg menyinggung para pemimpin dunia dalam pertemuan Youth4Climate di Milan, Italia, Selasa, 28 September 2021.

Melansir CNN, Kamis (30/9/2021), Thunberg mengejek figur-figur, termasuk Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, dengan mengatakan bahwa dalam 30 tahun terakhir aksi iklim telah mencapai "blah, blah, blah."

Dalam pidatonya, Thunberg meniru ekspresi para pemimpin dunia ketika mereka berbicara tentang krisis iklim. Menurutnya, kalimat yang dikatakan adalah kata-kata kosong dan janji yang tidak terpenuhi.

"Ketika saya mengatakan perubahan iklim, apa yang Anda pikirkan? Saya pikir (ini) pekerjaan. Pekerjaan yang ramah lingkungan. Pekerjaan yang ramah lingkungan," ujar Thunberg menirukan pidato Biden mengenai krisis iklim.

"Kita harus menemukan transisi menuju ekonomi rendah karbon. Tidak ada Planet B. Tidak ada Planet Blah. Blah, blah, blah," katanya mengacu pada pidato Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Ketika menirukan Boris Johnson, Thunberg mencemooh kepandaian PM Inggris itu dalam berpidato tentang rencana "pemulihan hijau" selama masa pemerintahannya. "Ini bukan tentang mimpi yang mahal dan benar secara politis mengenai bunny-hugging atau blah, blah, blah," sindirnya.

"Membangun kembali dengan lebih baik, blah, blah, blah. Ekonomi hijau, blah, blah, blah. Net Zero, blah, blah, blah. Iklim netral, blah, blah, blah," cemooh aktivis iklim asal Swedia itu.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Desakan Bantuan untuk Negara Rentan

Greta Thunberg
Greta Thunberg Pemenang Penghargaan Majalah TIME 2019. (Liputan6/AP)

Thunberg menyambung, "Hanya ini yang kita dengar dari merek yang disebut sebagai pemimpin, (hanya) kata-kata. Kata-kata yang terdengar hebat sejauh ini tidak menghasilkan tindakan yang mengarah pada tidak adanya tindakan atau harapan dan mimpi. Kata-kata dan janji kosong."

Thunberg berpidato dalam forum Youth4Climate, sebuah acara yang diadakan selama dua hari sebelum para menteri bertemu menjelang pembicaraan iklim COP26 di Glasgow, November mendatang. Presiden COP26 Alok Sharma hadir pada acara Youth4Climate dan akan memimpin pertemuan para menteri.

Seorang aktivis dari Uganda, Vanessa Nakate, mengatakan bahwa negara berkembang masih menunggu negara-negara maju untuk memenuhi janjinya dalam mendanai penanganan perubahan iklim. Ini mengarah pada kesepakatan mendanai negara-negara berkembang dalam mengurangi emisi karbon dan beradaptasi dengan krisis iklim.

Pada 2015 di Paris, janji tersebut ditegaskan kembali dengan persetujuan bahwa pemimpin dunia mentransfer 100 miliar dolar Amerika Serikat (AS) per tahun ke Global South 2020.

 

Bahasa Provokatif

Greta Thunberg memberikan pidato dalam WEF Davos.
Greta Thunberg memberikan pidato dalam WEF Davos. (dok.Instagram @gretathunberg/https://https://www.instagram.com/p/B7lt09Rp6xQ//Tri Ayu Lutfiani)

Menanggapi kritik Thunberg dan Nakate, Menteri Iklim Italia Roberto Cingolani mengatakan bahwa perkataan Thunberg benar adanya, tapi bahasa yang digunakan provokatif. "Pesannya benar, kami tidak melakukan hal yang cukup," ujar Cingolani pada BBC.

Cingolani mengatakan bahwa COP26 harus dilakukan dengan serius guna memperkuat bantuan keuangan ke negara-negara rentan, mempercepat penghapusan karbon dan batu bara, serta berusaha menjaga suhu global pada tingkat 1,5 derajat celcius.

Ia memperingatkan bahwa sikap di antara populasi global, termasuk mereka yang disebut sebagai "pemerhati lingkungan yang radikal" harus diubah. (Gabriella Ajeng Larasati)

Infografis Sampah Kemasan Produk Kecantikan

Infografis Sampah Kemasan Produk Kecantikan
Infografis Sampah Kemasan Produk Kecantikan. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya