Liputan6.com, Jakarta - Jenis kelamin seseorang ditetapkan saat lahir berdasarkan sifat biologis, sehingga gender melibatkan bagaimana seseorang mengidentifikasi diri dan sebagai konstruksi sosial. Ini terdiri dari peran dan norma sosial dan budaya yang dianggap sesuai untuk berbagai jenis kelamin.
Setiap tindakan, ucapan, hukum, atau representasi media yang menempatkan nilai lebih tinggi pada satu jenis kelamin dapat dianggap seksisme. Lantas, apa itu seksisme?
Advertisement
Baca Juga
Dilansir Medical News Today, Senin (1/11/2021), Seksisme adalah prasangka dan diskriminasi terhadap orang berdasarkan jenis kelamin atau gender mereka. Di seluruh dunia, seksisme paling sering mempengaruhi wanita dan anak perempuan.
Hal ini terjadi karena di sebagian besar budaya, menjadi laki-laki atau maskulin lebih dihargai daripada menjadi perempuan atau feminin. Seksisme juga mempengaruhi orang-orang yang tidak ditetapkan sebagai perempuan saat lahir tetapi yang mengekspresikan diri mereka dengan cara yang orang anggap sebagai feminin.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Penyebab Seksisme
Biasanya penyebab seksisme dimulai dengan prasangka terhadap seseorang atau sekelompok orang. Hal ini sering didasarkan pada mitos, stereotip, dan generalisasi bahwa seseorang belajar dari orang lain.
Prasangka tentang seks dan gender bisa eksplisit, sesuatu yang mereka miliki dan mereka menyadarinya. Selain itu, mereka bisa implisit, seperti seseorang tidak secara sadar menyadari prasangka mereka.
Prasangka umum tentang gender disebut “determinisme gender.” Ini mengacu pada gagasan bahwa pria dan wanita pada dasarnya berbeda dalam cara yang tidak dapat diubah, dan bahwa perbedaan ini menentukan kepribadian, perilaku, dan kemampuan mereka.
Determinisme gender juga menimbulkan prasangka terhadap kaum transgender. Ini karena orang yang percaya bahwa gender ditentukan semata-mata oleh biologi mungkin tidak mengerti bagaimana menjadi transgender, sehingga mereka menolak untuk menerimanya (cissexisme).
Advertisement
Jenis-Jenis Seksisme
Prasangka berdasarkan jenis kelamin atau gender dapat memiliki bentuk yang berbeda. Beberapa lebih jelas dan lebih mudah diidentifikasi, sementara yang lain lebih halus. Jenis-jenis seksisme meliputi:
• Seksisme yang bermusuhan: Ini melibatkan sikap bermusuhan yang terang-terangan tentang wanita, seperti keyakinan bahwa wanita itu manipulatif, lemah, atau benci. Seksisme yang bermusuhan dapat berbahaya dan memicu kekerasan berbasis gender.
• Seksisme yang baik: Ini didasarkan pada gagasan bahwa wanita secara alami baik dan polos. Ini mungkin tidak tampak seperti kualitas negatif, namun pendapat ini mengacu pada prasangka bahwa wanita lebih lemah daripada pria, sehingga inilah yang membuat seksisme yang baik menjadi berbahaya.
• Seksisme ambivalen: Seksisme ambivalen adalah kombinasi dari seksisme baik dan bermusuhan, yang sering kali bekerja sama sebagai bagian dari suatu sistem. Misalnya, seseorang mungkin memiliki pandangan seksis yang baik tentang ibu, seperti bahwa mereka selalu mengutamakan anak-anak mereka. Namun, jika seorang ibu memasuki dunia kerja, dia mungkin menunjukkan seksisme yang bermusuhan secara terbuka dengan menghakimi karena memiliki pekerjaan.
Seksisme juga dapat terjadi bersamaan dengan bentuk-bentuk penindasan lainnya, seperti rasisme atau kemampuan yang mempengaruhi orang-orang yang tergabung dalam lebih dari satu kelompok yang terpinggirkan. Seksisme tersebar luas secara global, dan dapat mempengaruhi setiap aspek kehidupan seseorang, termasuk hubungan sosial, kesehatan mental atau fisik dan pendapatan.
Penulis: Vania Dinda Marella
Infografis Perempuan Arab Saudi Bebas dari Belenggu
Advertisement