Liputan6.com, Jakarta - Grobogan adalah salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah dengan pusat pemerintahan berada di Purwodadi. Pada Sensus Penduduk Indonesia 2020, penduduk kabupaten Grobogan berjumlah 1.453.526 jiwa, dengan kepadatan penduduk 719 jiwa/km persegi.
Secara geografis, Grobogan merupakan lembah yang diapit oleh dua pegunungan kapur, yaitu Pegunungan Kendeng di bagian selatan dan Pegunungan Kapur Utara di bagian utara. Bagian tengah wilayahnya adalah dataran rendah. Dua sungai besar yang mengalir adalah Kali Serang dan Kali Lusi. Dua pegunungan tersebut merupakan hutan jati, mahoni dan campuran yang memiliki fungsi sebagai resapan air hujan disamping juga sebagai lahan pertanian.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru saja berkunjung Grobogan. Kunjungan tersebut dalam rangka meninjau kegiatan vaksinasi Covid-19 untuk para siswa SD yang dilakukan secara serentak di berbagai SD di Jawa Tengah. Jokowi juga meresmikan bangunan SDN 3 Nglinduk yang selesai direhabilitasi pada Rabu, 5 Januari 2022.
Advertisement
Tentu bukan itu saja hal-hal menarik dari Grobogan. Berikut enam fakta menarik seputar Kabupaten Grobogan yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.
Baca Juga
1. Sejarah Nama Grobogan
Menurut cerita tutur yang beredar di daerah Grobogan, sejarah bermula ketika pasukan Kesultanan Demak di bawah pimpinan Sunan Ngundung dan Sunan Kudus menyerbu ke pusat kerajaan Majapahit. Dalam pertempuran tersebut, pasukan Demak memperoleh kemenangan gemilang dan Kerajaan Majapahit pun runtuh.
Ketika Sunan Ngundung memasuki istana, dia menemukan banyak pusaka Majapahit yang ditinggalkan. Benda-benda itu dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam sebuah grobog, yakni tempat menyimpan senjata/barang pusaka, wayang, perhiasan, dan sebagainya.
Kemudian, grobog itu dibawa sebagai barang boyongan ke Demak. Dalam perjalanan kembali ke Demak, grobog tersebut tertinggal di suatu tempat. Peristiwa tersebut sangat mengesankan hati Sunan Ngundung, sebagai kenangan, tempat tersebut diberi nama Grobogan, yaitu tempat grobog tertinggal.
2. Sendang Coyo
Wisata Alam Sendang Coyo berlokasi di Area Hutan, Mlowokarangtalun, Kec. Pulokulon, Kabupaten Grobogan. Tempat ini menjadi napak tilas sejarah Sunan Kalijaga saat menyiarkan agama Islam di Desa Jatiharjo. Karena haus, Sunan Kalijaga mencari sumber air bersih dan tongkatnya ditancapkan di dekat lokasi peristirahatan.
Secara tidak sengaja, seorang pengikut Sunan Kalijaga yang bernama Kyai Gambi mencabut tongkat ini. Lalu, memancarlah air yang sangat jernih. Karena debitnya besar, muncul genangan dan sekarang terkenal sebagai Sendang Coyo.
Selain sejarahnya, pengunjung juga bisa menikmati udara segar dari rimbunnya pohon di sekitaranya. Konon, orang yang mandi tepat di tengah malam 1 Suro di kolam atau danau kecil ini bisa menjadi awet muda sehingga wajahnya bercahaya.
Air yang jernih dan segar, serta kedalamannya yang tak lebih dari 1 meter juga membuat sendang ini banyak dikunjungi oleh keluarga beserta anak-anak mereka. Meski jauh dari hiruk-pikuk kota, tempat ini didaulat sebagai salah satu tujuan wisata favorit warga sekitar.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
3. Api Abadi Mrapen
Ada banyak tempat wisata menarik di Grobogan, tapi yang paling dikenal dan ikonik adalah Api Abadi Mrapen di Desa Manggarmas, Godong, Grobogan. Posisinya terletak pada poros Semarang-Purwodadi. Munculnya Api Abadi Mrapen menjadi fenomena geologi alam.
Sebab, di situ muncul gas alam dari dalam tanah yang tersulut oleh api. Api abadi tersebut kerap digunakan dalam event olahraga nasional maupun internasional. PON, SEA Games, hinga Asian Games 2018 memakai api ini. Ada banyak fenomena menarik di sekitar destinasi Api Abadi Mrapen.
Di sekitar api abadi ini terdapat kolam dengan air mendidih. Konon, air tersebut bisa digunakan untuk pengobatan penyakit kulit. Fenomena lainnya adalah Batu Bobot. Kepercayaan berkembang, bila berhasil mengangkat batu tersebut, apa yang dicita-citakannya akan terwujud.
4. Bleduk Kuwu
Bleduk Kuwu menjadi fenomena unik. Identik dengan gunung api lumpur, destinasi ini berada di Desa Kuwu, Kradenan, Grobogan. Berada di sini, pemudik bisa menikmati letupan-letupan luar biasa lumpur. Letupannya terjadi secara berkala, yaitusetiap 2-3 menit. Lumpur tersebut mengandung garam. Dengan potensinya, lumpur tersebut dimanfaatkan untuk membuat garam bleng secara tradisional.
Semakin unik, Bleduk Kuwu juga memiliki legenda. Cerita turun temurun ini menerangkan, Bleduk Kuwu terhubung dengan Pantai Selatan. Lubang tersebut merupakan jalan pulang Jaka Linglung dari Laut Selatan menuju Medan Kamulan. Sebelumnya, Jaka Linglung berhasil mengalahkan Prabu Dewata Cengkar. Jaka Linglung menjelma menjadi ular naga agar diakui sebagai anak Raden Ajisaka.
Advertisement
5. Kuliner Khas Grobogan
Grobogan punya beragam kuliner khas, salah satunya adalah Sayur Becek yang terdiri dari iga sapi, maupun balungan (tulang). Mungkin karena ketika makan pasti belepotan, diberilah nama sayur becek, seperti tanah yang tergenang air. Selain itu, ada Nasi Jagung yang terbuat dari jagung yang digiling halus, direndam, baru kemudian dikukus.
Lalu, ada Botok Yuyu yaitu makanan yang terbuat dari yuyu (kepiting sawah) yang dimasak menggunakan bumbu botok. Kuliner khas lainnya adalah Swike atau Swikee yaitu masakan yang terbuat dari paha atau kaki kodok. Hidangan ini dapat ditemukan dalam bentuk sup, digoreng kering, atau ditumis.
Swike atau swieke sebenarnya adalah teknik mengolah daging. Jadi, dagingnya bisa berasal dari hewan apa saja, dari bebek hingga ayam. Kalau Anda tidak memakan daging katak, ada juga restoran di Grobogan atau Purwodadi yang menjual swieke halal.
6. Air Terjun Widuri
Grobogan banyak menawarkan keajaiban alam. Salah satunya adalah Air Terjun Widuri yang terletak di Desa Kemaduh Batur, Kecamatan Tawangharjo, 19 kilometer sebelah timur laut kota Purwodadi. Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 50 meter, diapit oleh hutan jati dan persawahan yang masih asri.
Akses menuju air terjun ini lumayan menantang. Pengunjung diharuskan berjalan kaki melewati area persawahan sebelum akhirnya sampai di air terjun ini. Tapi jangan malas dulu, karena pemandangan yang dilihat nanti akan sebanding dengan total tenaga yang dikeluarkan.
Air Terjun Widuri juga dihubungkan dengan cerita Jaka Tarub dan Nawangwulan. Jaka Tarub melihat telaga dengan tujuh bidadari yang sedang mandi. Lalu, sebuah selendang diambilnya yang ternyata milik Nawangwulan. Imbasnya, sang bidadari pun tidak bisa terbang kembali ke kahyangan.
Nawangwulan lalu menerima pinangan Jaka Tarub. Keduanya lalu menikah. Telaga dalam dongeng tersebut diyakini berada di sekitar kawasan Air Terju Widuri.
4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Advertisement