6 Fakta Menarik Kepulauan Meranti, Salah Satu Penghasil Sagu Terbesar di Indonesia

Perkebunan sagu telah menjadi sumber penghasilan utama hampir 20 persen masyarakat Kepulauan Meranti.

oleh Henry diperbarui 22 Feb 2022, 08:02 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2022, 08:02 WIB
Tual Sagu yang menjadi sumber kehidupan masyarakat Sungai Tohor, Kepulauan Meranti.
Tual Sagu yang menjadi sumber kehidupan masyarakat Sungai Tohor, Kepulauan Meranti. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Jakarta - Kepulauan Meranti adalah salah satu kabupaten di Provinsi Riau, Indonesia, yang beribu kota di Selatpanjang. Jumlah penduduknya berjumlah 206.116 jiwa (2020), dengan luas wilayah 3.707,84 km persegi.

Kabupaten Kepulauan Meranti terdiri dari Pulau Tebing Tinggi, Pulau Padang, Pulau Merbau, Pulau Rangsang, Pulau Topang, Pulau Manggung, Pulau Panjang, Pulau Jadi, Pulau Setahun, Pulau Tiga, Pulau Baru, Pulau Paning, Pulau Dedap, Pulau Berembang, Pulau Burung. Adapun nama Meranti merupakan gabungan nama dari Pulau Merbau, Pulau Rangsang, dan Pulau Tebing Tinggi.

Kepulauan Meranti sangat potensial berfungsi sebagai gerbang lintas batas negara/pintu gerbang internasional yang menghubungkan Riau daratan dengan negara tetangga melalui jalur laut. Hal ini untuk melengkapi kota Dumai yang terlebih dulu ditetapkan dan berfungsi sebagai kota Pusat Kegiatan Strategis Negara yang berfungsi sebagai beranda depan negara, pintu gerbang internasional, niaga dan industri.

Tentu bukan itu saja hal-hal menarik dari Kepulauan Meranti. Berikut enam fakta menarik seputar Kabupaten Kepulauan Meranti,yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.

1. Sagu

Kepulauan Meranti termasuk salah satu Kawasan Pengembangan Ketahanan Pangan Nasional karena menjadi penghasil sagu terbesar di Indonesia, selain Papua dan Maluku. Luas area tanaman sagu di Kepulauan Meranti sekitar 44,657 hektare dan merupakan 2,98 persen luas tanaman sagu nasional.

Perkebunan sagu telah menjadi sumber penghasilan utama hampir 20 persen masyarakat Meranti. Sagu dari Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau sudah banyak diolah untuk bahan pembuatan kuliner. Ada 300 jenis makanan berbahan sagu dari Meranti.

Menurut Kasi Sejarah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Meranti, Abdullah, sagu sangat menarik dijadikan sebagai sumber inspiratif dalam berkarya. Tak hanya kuliner, kesenian juga sumber idenya dari sagu. Contohnya, Tari Mengayak Sagu bahkan ada lagu dan teater yang idenya dari cerita sagu.

2. Budidaya Sarang Burung Walet

Sejak awal keberadaannya, budidaya sarang burung walet menjadi primadona bagi masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti, terutama daerah kawasan Kota Selatpanjang. Sejak 2000 sampai sekarang menjamur ratusan penangkaran burung walet. Hal tersebut karena permintaan komoditas sarang burung walet sangat tinggi.

Dari tempat ini, sarang burung walet diekspor ke Singapura dan Hong Kong. Di tempat ini harga sarang burung walet kualitas terbaik bisa mencapai Rp20 juta per kg, walaupun disinyalir pola perdagangan melalui pasar gelap. 

Tempat atau rumah penangkaran burung walet di kawasan Kota Selatpanjang umumnya dimiliki oleh masyarakat yang punya kemampuan finansial yang mapan. Pasalnya, biaya untuk membangun satu rumah biasa (kayu) mencapai Rp100 juta. Pemeliharaan rumah walet tidak terlalu sulit kecuali pada saat awal. Mereka memasang perangkap suara buatan dan membuat sumber makanan walet dari nanas yang mulai membusuk.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


3. Kelenteng Hoo Ann Kiong

Kelenteng Hoo Ann Kiong di Kepulauan Meranti, Riau
Kelenteng Hoo Ann Kiong di Kepulauan Meranti, Riau. foto: Instagram @zhen.wei96

Kelenteng Hoo Ann Kiong atau lebih dikenal luas sebagai Vihara Sejahtera Sakti adalah kelenteng tertua yang ada di Selatpanjang, sekaligus yang tertua di Provinsi Riau. Bangunan ini merupakan salah satu aset cagar budaya di Kabupaten Kepulauan Meranti.

Kelenteng ini didirikan pada masa kolonial Belanda dan diperkirakan berdiri pada awal 1800. Para sejarawan memprediksi kelenteng ini berumur lebih dari 150 tahun dilihat dari relief arsitektur bangunannya. Kelenteng ini sangat dikenal luas oleh masyarakat Selatpanjang maupun masyarakat luar Selatpanjang sebagai tempat ibadah utama bagi umat Konghuchu maupun umat Buddha.

Selain sebagai tempat ibadah dan ziarah, kelenteng juga merupakan tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi. Kelenteng ini terletak di Jalan Jenderal Ahmad Yani, Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti.

4. Seni Melayu Tari Zapin

Zapin merupakan tarian rumpun Melayu yang mendapat pengaruh dari Arab. Tari Zapin pada mulanya merupakan tarian hiburan di kalangan raja-raja di istana yang dibawa oleh para pedagang di awal abad ke-16. Tarian tradisional ini bersifat edukatif sekaligus menghibur, digunakan sebagai media dakwah Islamiyah melalui syair lagu-lagu zapin yang didendangkan.

Musik pengiringnya terdiri dari dua alat musik, yaitu alat musik petik gambus dan tiga buah alat musik tabuh gendang kecil yang disebut marwas. Tarian ini biasa dibawakan oleh penari perempuan bahkan penari campuran laki-laki dengan perempuan. Kesenian ini biasa dibawakan pada hari-hari tertentu yang dianggap penting oleh masyarakat.


5. Kuliner Khas Kepulauan Meranti

Mi Sagu
Mi Sagu khas Kota Selatpanjang. Foto: Mirwan/Blogger

Sebagai penghasil sagu, Meranti jelas memiliki kuliner tradisional berbahan sagu, seperti Mi Sagu, yang banyak dijumpai di Selatpanjang dan dikenal hingga ke luar negeri. Mie sagu berwarna agak bening, bertekstur kenyal, dan ukurannya lebih besar dari mi pada umumnya. Mi sagu umumnya digoreng dengan taburan kucai, tauge, udang, dan ikan teri.

Kuliner lainnya, Rama-rama Lada Hitam. Rama-rama adalah sejenis lobster lumpur. Bentuknya seperti lobster, tetapi berukuran lebih kecil, dagingnya lembut, rasanya seperti daging kepiting, dan bergizi. Rama-rama Lada Hitam termasuk makanan lezat dan langka.

Ada juga Miso yang merupakan sejenis mi kuah. Miso terdiri dari mi kuning dan mi bihun yang telah direbus dan ditaburi tahu, daging ayam, bawang goreng, dan irisan seledri. Lalu, disiram kuah sup dengan aroma yang kental, harum, dan dipadukan kecap dan cabai rawit sehingga terasa asin dan pedas. Kuliner lainnya ada Sempolet, Kumpal Tumis, Sempolet, Lempeng Sagu, dan masih banyak lagi.


6. Festival Sungai Bokor

Festival Sungai Bokor di Kepulauan Meranti, Riau
Festival Sungai Bokor di Kepulauan Meranti, Riau. foto: Instagram @zilazulkifli

Desa Bokor yang terletak di Pulau Rangsang ini memiliki kegiatan unik setiap tahunnya yaitu mengadakan Festival Sungai Bokor. Festival Sungai Bokor ini dilakukan sebagai salah satu alternatif untuk melestarikan budaya warga Pulau Rangsang.

Lomba-lomba yang digelar pun tak kalah unik. Seperti berlari di atas tual sagu, yakni berlari di atas permukaan air yang dialasi dengan batang-batang sagu. Tak hanya permainan rakyat saja. Sejumlah kegiatan hiburan juga dilaksanakan, seperti lomba foto dan pertunjukan seni lainnya seperti musik dan banyak hiburan lainnya.


4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan

Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya