Elon Musk Inisiasi Sayembara Bernilai Rp1,4 Triliun untuk Menahan Laju Krisis Iklim

Upaya menyelamatkan iklim global yang diinisiasi Elon Musk berupa penemuan teknologi untuk menyedot miliaran ton karbon dioksida di laut maupun udara.

oleh Asnida Riani diperbarui 30 Mei 2022, 07:01 WIB
Diterbitkan 30 Mei 2022, 07:01 WIB
Elon Musk dalam Met Gala 2022. (Evan Agostini/Invision/AP)
Elon Musk dalam Met Gala 2022. (Evan Agostini/Invision/AP)

Liputan6.com, Jakarta - Bos NetZero masih tidak percaya bahwa perusahaan rintisannya telah memenangkan hadiah jutaan dolar Amerika Serikat (AS) dari Elon Musk. Dana tersebut rencananya akan digunakan untuk meningkatkan cara menyedot emisi karbon dioksida (CO2) dari udara.

"Itu akan mendanai satu tahun R&D (penelitian dan pengembangan) atau dua pertiga dari sebuah pabrik," Axel Reinaud, pendiri dan CEO NetZero, mengatakan pada AFP, seperti dikutip Jumat, 27 Mei 2022.

Kompetisi Penghapusan Karbon XPrize yang diadakan Musk jadi tanggapan terhadap kesimpulan menakutkan yang dicapai para ilmuwan iklim top dunia. Kompetisi global empat tahunan itu membuat dan mendemonstrasikan solusi yang dapat menarik karbon dioksida langsung dari atmosfer atau lautan.

Berapa pun cepatnya dunia memangkas emisi gas rumah kaca buatan manusia, kita masih perlu mengekstrak CO2 dari udara dan lautan untuk menghindari krisis iklim. Hal itu dikatakan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) PBB pada bulan lalu.

Saat ini, penghilangan CO2 adalah senjata yang diperlukan dalam pertempuran untuk menghentikan pemanasan global. Teknologi untuk melakukannya sudah ada. Namun, tetap saja memerlukan biaya yang sangat mahal. Itu juga perlu ditingkatkan secara signifikan untuk mengurangi 40 miliar ton CO2 yang dikeluarkan dunia setiap tahun.

Maka dari itu, raksasa sektor swasta melangkah untuk memulai penelitian. Beberapa caranya seperti yang dilakukan dengan vaksin dan pesawat terbang pertama.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Inisiatif XPrize Senilai Rp1,4 Triliun

Ilustrasi Karbon Dioksida (CO2).
Ilustrasi Karbon Dioksida (CO2) Kredit: Gerd Altmann via Pixabay

Inisiatif XPrize senilai 100 juta dolar AS atau setara Rp1,4 triliun merupakan tawaran guna mendorong solusi berbiaya rendah untuk menyedot karbon dioksida dalam jumlah besar setiap tahun. Hadiah utama akan diumumkan pada 2025.

NetZero telah meraih salah satu dari 15 penghargaan tahap awal untuk model ekonomi yang cerdik. Ini membakar limbah pertanian yang mengandung CO2 dan mengubahnya jadi biochar, semacam "debu karbon" yang digunakan untuk menyuburkan tanah.

Panas yang dihasilkan pembakaran ditangkap untuk menghasilkan listrik terbarukan yang dijual ke jaringan. Secara keseluruhan, NetZero mengatakan dapat menghilangkan satu ton CO2 hanya dengan beberapa lusin dolar.

Di Amerika Utara, perusahaan seperti Alphabet, Meta, McKinsey, Shopify, dan Stripe telah setuju menginvestasikan 925 juta dolar AS atau setara Rp13,4 triliun dalam mendorong skema penghilangan karbon hingga tahun 2030.

First Movers Coalition, aliansi sekitar 50 perusahaan dari sektor di mana emisi sulit dikurangi seperti penerbangan, perkapalan, dan semen, juga telah berkomitmen mendanai teknologi penghilangan karbon. Saat ini, penelitian tentang menghilangkan karbon dari atmosfer sangat mencolok karena hampir tidak ada.

Prosesnya "sangat sulit untuk dikelola", ujar sejarawan sains Prancis Amy Dahan.

Catatan Sejarah

Pada 1920-an, hadiah Orteig yang menjanjikan 25 ribu dolar AS untuk menghadirkan penerbang pertama yang terbang nonstop dari New York ke Paris. Tujuannya mendorong perkembangan yang mengubah sejarah penerbangan.

Baru-baru ini, janji keuangan pendiri Microsoft Bill Gates telah berbuat banyak untuk mempercepat penelitian vaksin sejak 2010. Namun, 100 juta dolar AS untuk R&D ke dalam penangkapan dan penyimpanan karbon "berada di liga lain sama sekali," Dahan mengatakan.

Climate Foundation yang berbasis di AS juga telah menerima dorongan signifikan dari XPrize. Pihaknya menggunakan rumput laut untuk menyerap karbon dari permukaan air laut. Ketika ganggang membusuk, mereka tenggelam ke kedalaman laut, membawa karbon yang terperangkap bersama mereka.

Pendiri Brian Von Herzen mengatakan pada AFP, hadiah uang itu akan membantunya menumbuhkan hektar platform rumput laut pertamanya. Namun, ia sadar bahwa insentif filantropi seperti itu hanyalah setetes air di lautan.

"Hadiah seperti itu, termasuk pembelian karbon yang dilakukan Stripe dan Microsoft, adalah langkah pertama yang penting, tapi tidak cukup untuk membangun ekosistem penghilangan karbon yang kuat," katanya.

"Kita harus mulai meningkatkan solusi ini sekarang. Faktanya, kita sudah terlambat. Kita seharusnya mulai 20 tahun lalu. Kita ketinggalan dalam semua masalah iklim," tambah Reinaud dari NetZero.

Miliaran Ton CO2

Ilustrasi emisi karbon (unsplash)
Ilustrasi emisi karbon (unsplash)

Tujuan vitalnya adalah menghilangkan miliaran ton CO2 setiap tahun sebelum 2050. Hal itu dilakukan untuk mencegah suhu rata-rata Bumi naik lebih dari 1,5 derajat celcius. "Saat ini, dunia hanya menghilangkan CO2 dalam jumlah mikroskopis," kata Reinaud.

Sebaliknya, perlu membangun sesuatu yang sebesar industri minyak hanya dalam 30 tahun. Maka, perlu adanya investasi setara "beberapa poin persentase PDB" daripada "kacang" saat ini.

Dahan setuju bahwa miliarder akan berbuat lebih baik untuk menghentikan pencucian hijau. Ditambah lagi dengan mengubah model bisnis mereka yang memuntahkan karbon. "Tentu saja, kami membutuhkan mereka (miliarder dunia) untuk mengambil bagian dalam upaya ini. Namun, yang benar-benar kami butuhkan adalah kebijakan pemerintah yang mengikat dan perjanjian internasional," ia mengatakan.

"Meski pemerintah AS telah berjanji berinvestasi dalam penghapusan karbon sebesar 3,5 miliar dolar AS atau setara Rp 50,9 triliun, pihaknya tidak menangani masalah ini dengan 'galak,'" tutupnya. (Natalia Adinda)

Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya