Liputan6.com, Jakarta - Seorang turis asal Amerika Serikat terjatuh ke dalam kawah Gunung Vesuvius di Italia. Insiden itu menimpa seorang pemuda berusia 23 tahun pada Sabtu, 9 Juli 2022, setelah bersama keluarganya mencapai puncak gunung berapi setinggi 4.202 kaki.
Menurut media setempat, Wanted in Rome, turis itu dan tiga kerabatnya melewati pintu masuk pengunjung ke gunung dan mengambil jalur terlarang demi mencapai puncak. Lelaki yang tidak disebutkan namanya itu kemudian berswafoto untuk mengabadikan momen.
Advertisement
Tak diduga, ponsel yang dipegangnya merosot dan jatuh ke kawah gunung yang berada di Naples, selatan Italia. Pria itu lalu turun ke kawah untuk mengambil ponselnya. Tetapi, ia kehilangan keseimbangan dan jatuh beberapa meter.
Pemandu Vesuvius yang berada di tempat kejadian kemudian turun ke kawah untuk menariknya keluar. Polisi dan petugas menerjunkan helikopter untuk membantu operasi penyelamatan.
Dikutip dari Guardian, Selasa (12/7/2022), beruntung, hanya luka ringan yang dialami turis Amerika itu. Ia dirawat karena luka dan memar di lengan dan punggungnya.
Setelah itu, ia dan ketiga kerabatnya menghadapi dakwaan setelah dilaporkan polisi atau invasi ke lahan publik. Rombongan tersebut dikabarkan mendaki gunung berapi tanpa karcis dan menerobos jalur terlarang yang sangat berbahaya.
Nasib turis Amerika itu jauh lebih baik dari pada seorang bocah lelaki berusia 11 tahun dan orangtuanya yang jatuh ke kawah gunung Solfatara di Pozzuoli, pada September 2017. Gunung itu merupakan salah satu dari 40 gunung berapi di daerah Campi Flegrei di sebelah barat Napoli. Bocah itu diyakini pingsan karena asap gas sebelum jatuh ke kawah. Orangtuanya mencoba menyelamatkannya tetapi kawahnya runtuh.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Letusan Vesuvius
Vesuvius dianggap sebagai salah satu gunung berapi paling berbahaya di dunia karena kedekatannya dengan Napoli dan kota-kota terdekat lainnya. Letusannya pada 79 Masehi menghancurkan kota-kota Romawi kuno Pompeii dan Herculaneum.
Pada hari itu, tepatnya pada 24 Agustus 79, langit cerah dan biru menaungi sejumlah kota di kaki Gunung Vesuvius. Tetapi, tujuh jam setelah matahari terbit, atau sekitar tengah hari, hal aneh terjadi.
"Ibuku melihat awan dengan ukuran dan bentuk yang tak biasa," demikian dicatat penulis sekaligus pengacara era Romawi Kuno, Pliny the Younger terkait insiden hari itu, seperti dikutip dari situs Forbes, Kamis (23/8/2018). "Dari jarak itu, tak jelas dari gunung mana awan itu muncul."
Dikutip dari kanal Global Liputan6.com, gumpalan awan tebal berwarna gelap itu belakangan diketahui berasal dari kawah Gunung Vesuvius. Vesuvius menyemburkan awan mematikan, yang terbentuk dari tephra dan gas superpanas ke ketinggian 33 km. Pun dengan lava dan batuan apung yang membara.
Energi panas yang dilepaskan kala itu 100.000 kali lebih besar dari bom atom yang meluluhlantakkan kota Hiroshima dan Nagasaki di penghujung Perang Dunia II. Paman Pliny the Younger, Pliny the Elder kala itu ditugaskan di Misenum, sebagai komandan armada Romawi di sana.
Â
Advertisement
Nasib Pompeii
Ketika Vesuvius mulai mengamuk, pejabat yang berada di seberang teluk mengirimkan sejumlah kapal ke kota pantai Resnina, untuk menyelidiki apa yang sedang terjadi. Namun, kapal-kapal itu tak bisa mendarat. Batu panas yang terlontar dari Vesuvius menghalangi mereka.
Pliny the Elder pun menuju ke Kota Stabiae, di mana hujan abu turun sepanjang malam. Pagi harinya, sang komandan meninggal dunia. Ia diduga mengirup udara bercampur sulfur.
Pompeii, lokasi terparah yang terdampak erupsi Vesuvius. Kota yang didirikan pada 600 Sebelum Masehi itu berada dalam bayang-bayang gunung yang menjulang setinggi 6.500 kaki atau 1.981 meter tersebut.
Namun, tak ada yang menyangka bahwa Vesuvius adalah sebuah gunung aktif, bahkan setelah gempa bumi besar terjadi pada 62 Masehi -- yang sejatinya adalah sebuah pertanda bahwa malapetaka akan terjadi di masa depan. Hujan abu deras mengguyur Pompeii, yang berjarak hanya 6 mil atau 9,6 kilometer dari Vesuvius. Pun dengan sejumlah kota lainnya, Herculaneum hingga Roma.
Jadi Batu
Pliny mengisahkan tentang orang-orang yang berupaya lolos dari maut dengan cara memanjat tumpukan abu tebal. Kisahnya tentang berton-ton batu apung, batuan vulkanik dan abu yang luar biasa panas, yang dimuntahkan Vesuvius selama lebih dari 25 jam, dikombinasikan dengan bukti yang didapat di Pompeii menunjukkan bahwa sekitar 2.000 penduduk kota itu selamat dari letusan awal Vesuvius pada 24 Agustus 79.
Namun, letusan dahsyat yang terjadi pada pagi berikutnya membunuh semua orang dalam sekejap. Erupsi Vesuvius membuat Bumi berguncang hebat, udara dipenuhi hawa panas di kota-kota di sekitarnya.
Seorang bocah lelaki berlari sekencang mungkin, matanya dipenuhi horor, teriakan tangisnya diredam gemuruh alam yang mengerikan. Ia menghampiri sang ibu, mencari perlindungan di pangkuan perempuan yang melahirkannya itu.
Hampir 2.000 tahun kemudian, pada 2015, jasad bocah 4 tahun itu ditemukan di antara puing-puing Kota Pompeii. Tubuhnya dimumikan secara alami, menjadi patung. Sementara, jasad ayah dan satu saudaranya ditemukan tak jauh.
Jasad-jasad itu ditemukan di lokasi 'House of the Golden Bracelet' -- salah satu rumah paling mewah di area Insula Occendentalis, Pompeii. Letusan Vesuvius diyakini membumihanguskan Pompeii dan Herculaneum yang berjumlah 16 ribu hingga 20 ribu orang. Namun, baru 1.500 jasad yang ditemukan. Jumlah total korban jiwa akibat erupsi Vesuvius hingga kini belum diketahui.
Advertisement