Liputan6.com, Jakarta - Pekan Menyusui Sedunia 2022 menjadi momentum untuk kembali menggaungkan pentingnya air susu ibu atau ASI bagi buah hati. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah merekomendasi ASI dapat diberikan sampai bayi berusia enam bulan secara eksklusif.
Lantas, kapan ibu harus memiliki bekal pengetahuan mengenai ASI? Dokter spesialis anak dan konselor laktasi dr. Jeanne-Roos Tikoalu, Sp.A, IBCLC, CIMI menjelaskan bahwa ada tujuh kontak ASI dengan konselor laktasi yang dicanangkan oleh Kementerian Kesehatan, berikut sarannya:
Advertisement
Baca Juga
Kontak ke-1:
Kontak pertama dimulai ketika kehamilan memasuki trimester kedua. Hal ini dikarenakan kini banyak kasus kelahiran bayi sebelum waktunya.
"Sekarang banyak persalinan prematur, siap-siap apabila terjadi kemalangan ibu sudah tahu apa yang harus dilakukan, kalau ibu belum tahu, dia akan panik belum lagi rasa bersalah. Kalau ibu sudah pernah ikut satu kali edukasi pada saat ANC (anteatal care) tentunya dia tahu," kata dr. Jeanne dalam perayaan ulang tahun ke-17 Mothercare di Indonesia yang digelar di kawasan Grogol, Jakarta Barat, Senin, 1 Agustus 2022.
dr. Jeanne melanjutkan saat ibu yang sudah berbekal pengetahuan soal ASI melahirkan di usia kandungan tujuh bulan, ia sudah mengetahui bahwa produksi ASI telah ada sejak kehamilan 16 minggu. kekhawatiran ibu akan berkurang terkait ASI dan ini penting didukung dari tenaga kesehatan.
Kunjungan kontak pertama yang akan dibahas adalah konselor laktasi akan bertanya terkait niat, dukungan, hingga perbedaan ASI dan susu formula kepada ibu hamil. Ketika ibu hamil ingin menyusui, ia harus rutin menyusui dan belajar mengenai ASI.
"Saat itu sering kali saya memberikan sekaligus, jadi materinya ada dari Depkes, tetapi variasi dan inovasi tergantung masing-masing konselor. Pernyataannya ditanyakan inginnya apa, dukungan dari mana, tahu dari mana, kita akan memberi tahu posisi perekatan, kebutuhan, dan kapan ASI-nya ada," tambahnya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kontak ke-2 dan ke-3
Kontak ke-2:
Kunjungan kedua dilakukan ketika ibu memasuki kehamilan trimester ketiga. Kontak ini akan membahas terkait hal yang akan dilakukan bila terjadi masalah. "Contohnya mastitis itu bisa munculnya kenapa sih, kalau bayi nangis kenapa sih, kalau sekarang bayinya ditenangkan tindak lanjutnya apa," jelas dr. Jeanne.
Kontak ke-3:
Kontak ketiga dengan konselor laktasi dilakukan saat bayi dilahirkan atau Inisiasi Menyusu Dini atau IMD. Bayi diberi kesempatan sedini mungkin untuk bisa mendapatkan ASI, bila bayi sudah siap untuk minum.
"Sering kali bayi saat IMD dia tidak menyusu ke ibunya, jangan khawatir yang penting kontak, sehingga ibu nyaman dan ASI bisa diisap saat bayi sudah siap," terangnya.
Kontak ke-4:
Selanjutnya kontak keempat yang dilakukan pada hari pertama, kedua, ketiga, dan selama masih dirawat di fasilitas kesehatan. Salah satu masalah yang banyak dihadapi adalah asumsi ASI ada itu yang menetes-netes.
"Kita lihat kencing sudah ada belum, itu sebabnya kunjungan sesudah persalinan sering kali dilakukan dalam 12--24 jam habis melahirkan supaya ibu tahu," tambahnya.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Kontak ke-5
Kontak ke-5:
Kunjungan berikutnya konselor laktasi adalah saat datang kontrol pertama, yakni akan membicarakan mengenai kegiatan menyusui dan bertanya terkait dukungan lingkungan dalam hal ini petugas maternity apakah sudah mengedukasi soal perawatan payudara, belajar pakai cangkir, hingga belajar memandikan bayi. Penting pula, dikatakan dr. Jeanne, sebelum keluar dari fasilitas kesehatan, jangan lupa untuk belajar memerah ASI
"Memerah tidak harus pakai alat, jadi harus diajarkan memerah dengan tangan. Saat pulang tanya bagaimana di rumah (memerah ASI)," terangnya.
Kontak ke-6:
Kontak keenam dilakukan ketika usia bayi menginjak satu bulan. "Kunjungan keenam, selain vaksin, kita lihat bagaimana kenaikan berat badannya, apakah ada masalah," kata dr. Jeanne.
Kontak ke-7:
"Saat kunjungan berikutnya usia 2--3 bulan, pada ibu yang sudah akan bekerja bulan depannya, (akan ditanya) bagaimana kesiapan, cara memerahnya pakai tangan, bagaimana memberikan ASI perah pada saat tak ada di rumah, apakah keluarga sudah tahu pakai ASI perahnya, sampai bagaimana pakai cangkir," kata dr. Jeanne.
Refleks Bayi
Ia menyebut, "Dulu kita mengira bayi tidak bisa minum pakai cangkir, ternyata bisa bahkan dari sejak awal. Kalau di bawah umur dua bulan, sering kali akan terlihat dia menjilat-jilat, kita harus mengingat dia puya refleks oleh Tuhan ada sesuatu menyentuh pipi, mulutnya dia akan menganga, ada sesuatu yang dimasukkan dalam mulut dia akan mengisap, cairan berkumpul di mulut dia akan menelan."
dr. Jeanne menjelaskan bahwa refleks ini harus dimanfaatkan saat memberikan ASI menggunakan cangkir. Ia menyarankan untuk meletakkan cangkir persis di atas bibir bawah dan menyentuh tepi-tepi di ujung sudut mulut bayi sehingga refleksnya akan keluar.
"Sesudah umur dua bulan, dia akan menyeruput seperti kita minum, jadi itu semua perlu edukasi, support, diajarkan semua," jelasnya.
dr. Jeanne melanjutkan bahwa ASI memegang peranan bukan hanya untuk pemberian makan, tetapi juga proteksi. Menyusui juga memiliki nilai plus lain adalah bonding antara ibu dan anak.
Advertisement