Liputan6.com, Jakarta - Label fesyen lokal JYK yang diprakarsai desainer Jenny Yohana Kansil dan Batik Durian Lubuklinggau tampil untuk kedua kalinya di pekan mode Emerging Talents Milan Fashion Show. Gelaran tersebut dilaksanakan di Palazzo Visconti, Milan, Italia, Rabu, 21 September 2022.
Berdasarkan keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, baru-baru ini, kali ini JYK menyatukan olah digital dengan warisan tradisional batik lewat cara mendesain ulang. JYK berkolaborasi dengan artisan batik untuk menciptakan batik motif baru yang tampil lebih kontemporer.
Kolaborasi ini juga turut didukung Bank Sumselbabel, Istituto Di Moda Burgo Milan, dan Istituto Di Moda Burgo Indonesia. Presentasi show juga turut didukung Batik Madani (batik durian Lubuklinggau).
Advertisement
Motif batik tersebut dibangun melalui gambar yang diolah dari foto durian di kebun durian di Lubuklinggau, Sumatra Selatan. Eksplorasi bunga durian yang memiliki keindahan tersendiri ini menjadikannya fokus yang mungkin tidak banyak diketahui publik.
Koleksi Spring/Summer 2023 bertajuk "Egalitarian" ini mengambil siluet dari era 1970-an yang melambangkan tahun kebebasan dan kesetaraan. Era itu juga dianggap dekade paling modis sepanjang masa.
Adapun koleksi 10 busana ini terdiri dari rentang desain yang luas, mulai dari rok mini hingga rok midi, dengan siluet A-line, modern crop top, siluet high waist, flared jeans, dan elegansi floral dengan desain koleksi yang didominasi lengan baju penuh statement. Gaya era 70-an yang identik dengan 'tak ada aturan dalam dunia mode' juga selaras dengan DNA JYK yang berani mendobrak batas dan penuh imaginasi.
Batik tradisional meninggalkan kesan alaminya saat bertransformasi dalam desain sporty. Koleksi yang penuh warna ini mengombinasikan bahan-bahan dari silk taffeta, stretch jersey, stripes heavy wool dan light silk organza, serta dilengkapi aksesori ribbon sporty.
Berkelanjutan
Spirit fesyen berkelanjutan juga masih diusung JYK. Hal tersebut tercermin dalam koleksi kali ini yang menggunakan bahan organik dan kain batik sisa yang digunakan sebagai hiasan, appliqué, serta dirajut dengan teknik embroidery.
Koleksi ini juga kembali menegaskan konsistensi JYK dalam keberanian menembus batas setelah tahun lalu mengaplikasikan batik ke dalam style Punk. Koleksi sporty tahun ini dimunculkan melalui mood warna yang didominasi warna netral berlapis, seperti kombinasi cokelat tua dan muda.
Terdapat pula permainan warna terang, seperti biru dan oranye, yang menciptakan tampilan sporty. Warna ini diseimbangkan warna clay Italia, sentuhan merah muda dan hijau.
Keberagaman warna dalam koleksi ini setara dan sama rata. Mengusung tema "Egalitarian" atau egaliter, koleksi kali ini mengusung konsep kesetaraan, keyakinan akan persamaan hak, dan kesempatan yang sama bagi setiap individu.
Gagasan ini muncul dari berbagai peristiwa di dunia saat ini, mulai dari reaksi terhadap perang yang melanda Rusia-Ukraina yang melempar ingatan pada era 1970-an, tahun orang-orang memprotes perang Vietnam dengan adanya peran negara adidaya di baliknya.
Advertisement
Inspirasi Koleksi
Tak peduli ras, jenis kelamin, status sosial, dan negara, semua manusia adalah sama, homo sapien yang menghadapi persoalan yang sama dan merasa terancam keberadaannya, dari mulai pandemi Covid-19, pemanasan global, berkurangnya pasokan sumber daya, kemiskinan, pendidikan dan pemberdayaan, kesetaraan gender, persoalan hak asasi manusia, hingga diperparah dengan isu terkait perang dan nuklir.
Koleksi ini juga jadi kebutuhan akan rasa damai, sehingga kita semua, manusia, dapat hidup berdampingan menciptakan ruang lebih baik. Semua manusia diciptakan untuk hidup bebas, dan menggunakan kebebasan tersebut untuk membantu orang lain dengan rasa kasih, bukan memanipulasinya untuk malah mengukung kebebasan tersebut.
Terkait kasih dan kebebasan, ada satu cerita dari Lubuklinggau, tempat batik ini berasal. Cerita tersebut dikenal dengan Legenda Putri Silampari yang mengungkap kesetaraan, pemberdayaan, dan sosok perempuan yang tangguh dari Lubuklinggau.
Kisah ini beredar dalam ragam versi, tapi dalam hal ini, yang diambil adalah semangat dari sosok Putri Silampari yang menyadari kekuatan dan kebebasannya untuk mempunyai posisi yang sama dengan laki-laki. Sosok yang tidak mudah menyerah dan mampu membuat keputusan untuk dirinya sendiri.
Konon, Putri Silampari adalah putri dari pasangan Selendang Kuning dan Raja Linggau. Kecantikannya terdengar sampai ke telinga Pangeran Palembang, sehingga ia berkeinginan untuk meminang Putri Silampari demi menyatukan Palembang dan Lubuklinggau.
Kisah Putri Silampari
Namun, sang putri yang punya prinsip dan tidak mudah menyerah menolak pinangan tersebut. Saudara laki-lakinya, Pangeran Linggau, kemudian membuat lubuk, cekungan yang dalam di dasar sungai, untuk tempat persembunyian sang putri, (yang kemudian ditengarai menjadi cerita lahirnya nama Lubuklinggau). Pada satu masa setelah menghadapi banyak rintangan dalam hidupnya, Putri kemudian meminta pada dewata untuk diangkat ke khayangan. Sejak itu, ia menghilang dan tak bisa ditemui lagi.
Putri Silampari diyakini menghilang di Bukit Sulap, bukit di Lubuklinggau yang selalu tampak berbeda atau kadang menghilang penampakannya. Hilangnya sang putri mencegah terjadinya perang yang tidak diinginkan.
Kemudian, kota Lubuklinggau juga kerap dikenal dengan sebutan Tanah Silampari, nama yang sama juga digunakan bandaranya, yakni Bandara Silampari. Silampari terdiri atas kata "Silam" yang berarti hilang dan Pari berarti putri, yang digabungkan jadi "putri yang hilang".
Kisah Putri Silampari adalah representasi dari sosok perempuan tangguh yang juga menyimbolkan kesetaraan perempuan mampu membuat keputusannya sendiri untuk menentukan nasib di tengah-tengah tekanan dari dua cinta yang ada di sekitarnya: keluarga dan pria yang mencintainya.
"Cinta harusnya membebaskan satu sama lain, bukan mengikat atau mengukung kebebasan itu sendiri," kata Jenny.
Advertisement