Jaswan Inn, Homestay Unik di Borobudur yang Suguhkan Suasana Kekeluargaan

Lahir di kawasan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah membuat Andreas Aan Sugiarto tak menyia-nyiakan potensi wisata di kampung halamannya.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 30 Nov 2022, 07:01 WIB
Diterbitkan 30 Nov 2022, 07:01 WIB
Andreas Aan Sugiarto
Andreas Aan Sugiarto pemilik Jaswan Inn Borobbudur, Magelang (25/11/2022). Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Liputan6.com, Magelang - Lahir di kawasan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah membuat Andreas Aan Sugiarto tak menyia-nyiakan potensi wisata di kampung halamannya. Pria 40 tahun ini melihat peluang usaha dari kedatangan wisatawan asing dan lokal yang silih berganti mengunjungi Candi Borobudur.

Ramainya wisatawan, menurut Andreas, tak diimbangi dengan ketersediaan homestay atau rumah singgah. Inilah yang kemudian melatarbelakangi Andreas untuk membangun homestay dan menyewakannya pada para pengunjung.

Menurut pria lulusan Pendidikan D3 Kepariwisataan ini, homestay berbeda dengan hotel. Homestay menyuguhkan suasana kekeluargaan pada penyewa dan memungkinkan mereka berinteraksi langsung dengan pemilik.

Homestay yang ia bangun itu kemudian diberi nama Jaswan Inn Borobudur. Bukan tanpa alasan, nama ini memiliki arti tersendiri.

"Jaswan ini berasal dari kata dalam bahasa Inggris 'Just' dan 'One.' Saya bahasakan dengan bahasa Indonesia yang mudah pengucapannya, yaitu Jaswan alias hanya satu-satunya," ujar Andreas saat ditemui di homestay miliknya, di Desa Borobudur, Magelang, Jumat, 25 November 2022.

"Harapan saya, homestay ini jadi satu-satunya homestay yang unik dan berbeda dari homestay lain," ia menyambung. "Inn sendiri diambil dari (kata) 'In,' yang artinya berada di Borobudur."

Di sini, para tamu yang didominasi wisatawan asing bisa bercengkrama dengan warga sekitar atau keluarga Andreas. "Biasanya ibu saya suka nyapu-nyapu di halaman, suka berinteraksi dengan tamu (wisatawan asing) walau ibu saya tidak menggunakan bahasa Inggris," ia bercerita.

"Keponakan saya yang masih kecil-kecil juga sering bermain di sini dan para tamu senang," sambungnya.

 

 

Bikin Tamu Betah

Logo Jaswan Inn
Logo Jaswan Inn, homestay di Magelang. Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Guna membuat tamu betah berlama-lama di homestay-nya, Andreas selalu mengajak mereka jalan-jalan. Misalnya, ke pasar tradisional, tanpa dipungut biaya. Bagi yang ingin menambah waktu menginap, ia juga memberikan harga di bawah harga pemesanan secara daring.

"Itu cara saya menghargai tamu yang memutuskan untuk tinggal lebih lama," tuturnya.

Andreas kemudian menerangkan soal arti logo dari homestay-nya yang mencakup gambar pendopo dan teratai. Pendopo melambangkan budaya Jawa dan teratai melambangkan ketenangan.

"Jadi harapannya, orang-orang yang tinggal di sini mendapatkan ketenangan," katanya lagi.

Logo pendopo dan teratai itu dikelilingi lingkaran warna hijau yang melambangkan kesejukan. Demi merealisasikan kesejukan tersebut, Andreas menanam pohon di sekeliling homestay.

"Salah satu pohon yang saya tanam adalah pohon pule yang juga ada di relief Candi Borobudur," ia bercerita.

Secara umum, Jaswan Inn merupakan homestay dua kamar yang lebih banyak diminati wisatawan asing. Akomodasi ini memiliki halaman kecil dengan berbagai macam tumbuhan.

Perpaduan Jawa dan Amerika Latin

Jaswan Inn
Ruangan Rama Sinta di Jaswan Inn Magelang. Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Di depan halaman homestay ada dapur umum yang cukup luas. Di atas dapur, ada gazebo yang dilengkapi tempat duduk untuk bersantai. Homestay ini terlihat warna-warni karena terinspirasi dari bangunan di Amerika Latin.

"Kenapa temanya seperti ini? Ini terinspirasi dari perjalanan saya sewaktu bekerja di kapal. Di Amerika Latin, saya menemukan bangunan berwarna-warni. Jadi, semua corak di sini berwarna-warni, tidak seperti Jawa yang warnanya gelap," ia mengutarakan.

Kendati demikian, kamar-kamar yang disewakan untuk wisawatan tetap membawa nuansa lokal, mengingat mereka diberi nama berdasarkan tokoh pewayangan.

Di kiri dapur, ada dua kamar untuk disewakan. Kamar pertama diberi nama Pandawa karena memiliki empat kasur sesuai jumlah pandawa atau anak pandu dalam kisah pewayangan.

"Sebenarnya pandawa ada lima ya, tapi saya ambil nama Pandawa di kamar ini biar ramai (bisa diisi banyak orang)," Andreas mengatakan.

Kamar berikutnya diberi nama Rama Sinta karena kamar tersebut diperuntukkan bagi dua orang. Kamar ini memiliki satu ranjang kayu dengan ukiran Jawa berwarna-warni. Ranjang dilengkapi kelambu agar tamu bebas dari gigitan nyamuk. Tersedia pula kursi kayu dan meja kecil, serta toilet.

 

Mengembangkan Usaha

Jaswan Inn
Jaswan Inn, Homestay Unik Borobudur yang Suguhkan Suasana Kekeluargaan. Magelang (25/11/2022). Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Tak hanya bangunan yang unik, Andreas juga menawarkan sajian makanan tradisional yang disukai pengunjung. Dalam menyiapkan makanan tersebut, ia dibantu kakak sepupunya.

Beberapa menu andalannya adalah nasi goreng, pisang goreng, kue tradisional clorot, dan berbagai kudapan tradisional lain. Sebagai upaya mengembangkan usaha, Andreas terdaftar dalam program Kita Muda Kreatif (KMK) sejak 2018.

Program ini digagas United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) dan Citi Indonesia. Setelah mengikuti program tersebut, ia mengaku mendapat kesempatan untuk mengubah logo, tapi tetap mempertahankan tema pendopo dan teratai.

Tahun ini, ia juga bergabung dengan program penguatan kapasitas pemilik homestay dan pemandu wisata UNESCO Indonesia untuk meningkatkan kapasitasnya dalam mengembangkan usaha pariwisata yang digeluti.

Dengan demikian, ia bisa menjalin kolaborasi dengan pelaku usaha lain, menambah relasi baru dari berbagai bidang, serta mendapatkan dukungan branding untuk usahanya. Tidak ketinggalan, ia juga mendapat pengetahuan dan wawasan baru dalam pengembangan usaha.

Soal KMK

Moe
Program Specialist and Head of Culture Unit UNESCO Jakarta Moe Chiba dalam konferensi pers di Magelang, Jumat (25/11/2022). Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Program Specialist and Head of Culture Unit UNESCO Jakarta, Moe Chiba, mengatakan bahwa UNESCO melihat adanya potensi dari anak-anak muda yang tinggal di kawasan budaya. Namun, menurut Moe, mereka sepertinya kurang memiliki keinginan dan peluang untuk mengembangkannya.

"Indonesia sendiri merupakan negara dengan bonus demografi yang cukup tinggi. Anak mudanya banyak, sedangkan warisan budayanya besar juga, kenapa tidak digabungkan" Jadi bagaimana agar kawasan budaya ini maju, tapi masyarakat di sekitarnya juga maju," kata Moe dalam konferensi pers di Magelang, Jumat, 25 November 2022.

Jadi, program KMK ini adalah upaya memaksimalkan potensi daerah, baik dari sisi sumber daya manusia maupun budaya yang ada di kawasan tersebut. Awalnya, kegiatan ini berlokasi di Jawa Tengah, tapi sekarang sudah ada di tempat lain.

Lokasi-lokasi ini dipilih berdasarkan prioritas pariwisata pemerintah Indonesia dan dipilih pula yang memiliki warisan budaya dengan nilai yang tinggi. Dari sisi pendekatan program, ada beberapa jenis pelatihan yang diberikan, mulai dari dasar-dasar pembukaan usaha, branding, hingga online marketing.

"Jadi, jenis-jenisnya bermacam-macam, sesuai kebutuhan masyarakat sekitar," imbuhnya.

Jadi, yang dilakukan pertama adalah asesmen atau mengetahui kebutuhan yang ada di masyarakat. Kemudian, baru ditentukan pendekatan-pendekatan dan pelatihan-pelatihan yang sesuai kebutuhan mereka.

Infografis Destinasi Wisata Berkelanjutan di Indonesia dan Dunia
Infografis Destinasi Wisata Berkelanjutan di Indonesia dan Dunia (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya