1 dari 8 Wisatawan Asal China dengan Tes Negatif Ditemukan Positif COVID-19 di Bandara Incheon

Bandara Incheon melakukan pengecekan kembali wisatawan dari China meski sudah menyertakan tes COVID-19 negatif.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 07 Jan 2023, 16:14 WIB
Diterbitkan 07 Jan 2023, 16:12 WIB
Bandara Internasional Incheon
Bandara Internasional Incheon, Korea Selatan. (dok. Instagram @incheon_airport/https://www.instagram.com/p/CGzJxlfgSSQ/)

Liputan6.com, Jakarta - Satu dari delapan wisatawan asal China yang telah memiliki hasil tes negatif sebelum penerbangan ke Korea Selatan dinyatakan positif COVID-19 pada saat kedatangan di Bandara Internasional Incheon. Fakta tersebut diketahui, Kamis, 5 Januari 2023 saat hari pertama Korea Selatan memberlakukan hasil tes COVID-19 negatif sebelum memasuki negara tersebut.

Mengutip The Korean Times, Sabtu, (7/1/2023), menurut Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA), terdapat 1.247 pelancong dari China tiba di Incheon pada hari itu. Dari 278 pelancong jangka pendek berkewarganegaraan asing yang menjalani tes PCR di pusat pengujian bandara Incheon, sebanyak 12,6 persen atau 35 di antaranya dinyatakan positif.

Angka tersebut lebih rendah dari 31,4 persen pada hari sebelumnya ketika persyaratan tes pra-masuk tidak ada. Otoritas kesehatan menjelaskan bahwa jeda waktu 48 hingga 50 jam antara tes pra-keberangkatan dan pasca-kedatangan untuk para pelancong ini bisa menjadi masa inkubasi virus dan menghasilkan kasus infeksi baru.

"Virus itu bisa saja berada di bawah masa inkubasi selama pengujian pra-keberangkatan dan menjadi positif setelah kedatangan," kata Hong Jeong-ik, pejabat senior di KDCA, menjelaskan bahwa semakin tinggi jumlah pasien COVID-19 dan pembawa inkubasi di China, semakin tinggi kemungkinan melihat hasil tes positif setelah tiba di sini.

Semua pelancong menyerahkan hasil negatif dan tidak ada tes palsu yang ditemukan, tambah KDCA. Untuk meminimalkan efek potensial China dalam penyebaran virus, pemerintah Korea mengamanatkan tes PCR pasca kedatangan pada semua pelancong dari China berkebangsaan non-Korea yang tinggal di Korea selama kurang dari 90 hari. 

 

Deteksi Lebih Awal

Terminal 2 Bandara Incheon Segera Beroperasi, Perhatikan Hal Ini!
Pengunjung dapat memanfaatkan berbagai layanan informasi di bandara Incheon dan maskapai penerbangan supaya tidak mengalami kebingungan.

Menanggapi deteksi kasus baru di antara para pendatang, Korea meminta pendatang dari China untuk menunjukkan hasil negatif dari tes PCR. Tesvharus dilakukan dalam waktu 48 jam sebelum keberangkatan atau tes antigen cepat (RAT) yang dilakukan oleh profesional medis dalam waktu 24 jam sebelumnya.

Sejak memberlakukan pembatasan perjalanan, total 5.360 pelancong tujuan China telah tiba di Incheon. Sebanyak 277 dari 1.199 pelancong yang tunduk pada kondisi tersebut dinyatakan positif pada saat kedatangan, menghasilkan 23,1 persen dari tingkat positif akumulatif.

Jumlah kasus yang dikonfirmasi di antara warga negara Korea dan pelancong asing jangka panjang belum dihitung. Sementara itu, pemerintah berencana untuk mengerahkan personel tambahan dari militer dan polisi di fasilitas karantina dan bandara untuk mengontrol kedatangan dari China dan mencegah pelarian lain oleh seorang pelancong di bawah karantina.

Sebelumnya negara-negara anggota Uni Eropa (UE) pada Rabu, 4 Januari 2023, juga telah sepakat untuk mewajibkan semua pelancong yang datang dari China, terlepas dari kebangsaannya, untuk melampirkan hasil tes negatif COVID-19. Langkah tersebut diambil lantaran jumlah infeksi melonjak di Tiongkok.

 

Wajib Tes PCR

Negara-Negara Eropa Kembali Perketat Pembatasan
Orang-orang berbaris di situs pengujian COVID-19 mobile di sebelah apotek di Milan, Italia, Selasa (21/12/2021). Negara-negara di seluruh Eropa mempertimbangkan pembatasan yang lebih ketat guna membendung gelombang baru infeksi COVID-19 yang didorong oleh varian omicron. (AP Photo/Luca Bruno)

Mengutip dari laman Euronews, Kamis, 5 Januari 2022, tes COVID harus dilakukan tidak lebih dari 48 jam sebelum jadwal penerbangan. Keputusan yang tidak mengikat secara hukum itu dibuat Integrated Political Crisis Response (IPCR) Uni Eropa, badan yang membantu mengoordinasikan manajemen krisis di antara 27 negara anggota.

IPCR setuju bahwa penumpang dalam penerbangan ke dan dari Tiongkok ke UE harus mengenakan masker atau respirator medis, selain tindakan kebersihan lain yang mungkin diamanatkan oleh otoritas nasional. Negara-negara anggota didorong untuk 'menguji acak' pada penumpang yang datang dari China dan untuk memantau air limbah dari pesawat demi mendapatkan petunjuk tentang varian yang berpotensi berbahaya, menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh kepresidenan Dewan Uni Eropa Swedia.

Sejumlah negara UE, seperti Italia, Prancis, dan Spanyol, sudah lebih dulu memberlakukan langkah pengetatan perjalanan sebagai tanggapan atas wabah massal kasus COVID-19 di China. Mereka juga meminta siapapun yang tiba dari Tiongkok menjalani tes COVID-19. 

 

Antisipasi Jelang Imlek

China berupaya meminimalkan risiko COVID-19 selama kesibukan perjalanan
Para pelancong yang mengenakan masker dengan barang bawaan mereka tiba di Stasiun Kereta Api Barat di Beijing, Jumat (6/1/2023). China berupaya meminimalkan kemungkinan wabah COVID-19 yang lebih besar selama kesibukan perjalanan Tahun Baru Imlek bulan ini menyusul berakhirnya sebagian besar langkah-langkah pencegahan pandemi. (AP Photo/Wayne Zhang)

Menjelang Imlek yang jatuh pada 22 Januari 2023 mendatang pemerintah China melakukan langkah pencegahan. Mengutip DW Indonesia, Kementerian Perhubungan China pada Jumat 6 Januari 2023 meminta para pemudik yang menyambut Tahun Baru Imlek untuk mengurangi perjalanan dan pertemuan, terutama jika melibatkan orang lanjut usia, ibu hamil, anak kecil, serta mereka yang memiliki gangguan kesehatan bawaan. 

"Orang yang menggunakan transportasi umum diwajibkan memakai masker dan memberikan perhatian khusus pada kesehatan dan kebersihan pribadi mereka", kata Wakil Menteri Perhubungan Xu Chengguang kepada wartawan dalam sebuah pengarahan.

Seruan itu memang tidak meminta warga untuk tinggal di rumah sepenuhnya, seperti kebijakan ketat yang diterapkan pemerintah di Beijing sejak pandemi dimulai. Meskipun demikian, sejumlah pemerintah daerah telah mendesak pekerja migran untuk tidak pulang kampung atau mudik saat Imlek tahun ini.

Wabah COVID-19 kini diyakini telah menyebar lebih cepat di kota-kota padat penduduk, hingga membebani sistem perawatan kesehatan. Pihak berwenang khawatir ada kemungkinan penyebaran virus ke kota-kota kecil serta daerah pedesaan yang minim sumber daya seperti tempat perawatan di ICU.

Infografis Pelancong China Wajib Tes Covid-19
Infografis Pelancong China Wajib Tes Covid-19 (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya