2 Siswa SMA BINUS School Ciptakan Mesin Pembuat Tempe Portabel, Produksinya Hanya Butuh Waktu 36 Jam

Kabar membanggakan untuk Indonesia datang darii dua orang siswa kelas 1 SMA dari BINUS School Simprug memamerkan mesin pembuat tempe kreasi mereka di Austria. Mesin tersebut dikatakan dapat mengolah tempe dengan lebih cepat dan efisien dibandingkan dengan metode pembuatan manual.

oleh Winda Syifa Sahira diperbarui 28 Sep 2023, 05:01 WIB
Diterbitkan 28 Sep 2023, 05:00 WIB
Mesin Pembuat Tempe Portable di  Pameran Ars Electronica Festival 2023  Austria
Mesin Pembuat Tempe Portable di Pameran Ars Electronica Festival 2023 Austria (Dok. Instagram/binusschool_simprug)

Liputan6.com, Jakarta - Kenneth William Santoso dan Davrell Mylka Jowkins yang merupakan dua orang siswa  kelas satu SMA dari Binus School Simprug di Jakarta. Keduanya membuat prestasi membanggakan dengan membuat 'Portable Machine of Tempeh Making’ yang  merupakan mesin pembuat tempe portabel yang pengolah kedelai hingga menjadi tempe.

Setelah menciptakan alat tersebut, Kenneth dan Davrell menampilkan karya mereka di ajang Arts Electronica Festival 2023 di Gedung POSTCITY Linz, Kota Linz, Austria, pada 6–10 September 2023 kemarin.

Davrell mengatakan bahwa pembuatan mesin tersebut adalah bagian dari tugas penelitiannya di sekolah. "Mesin ini dibuat atas proyek penelitian pembuatan tempe dalam mencari parameter kacang kedelai optimal dan ideal untuk membuat tempe," jelasnya kepada Liputan6.com, Rabu, 27 September 2023.

Dalam kesempatan tersebut, Kenneth mengatakan bahwa tantangan yang mereka alami saat perancangan mesin tersebut adalah saat menentukan suhu yang paling sesuai dalam pembuatan tempe. "Kita mencoba yang terbaik untuk menemukan penggunaan air, panas, dan waktu yang paling efisien," jelasnya.

Saat ini, mesin itu hanya cocok digunakan dengan kacang kedelai sebagai bahan utama pada pembuatan tempe. Kedepannya, mesin  akan dikembangkan agar bisa menggunakan  jenis kacang lainnya, seperti kacang almond, kacang mete maupun bahan lainnya. 

"Sekarang aku dan Kenneth kita lagi cari parameter suhu, waktu rendam, dan fermentasi raginya tempenya untuk kacang mete dan almond," jelas Davrell.

Kelebihan dari penggunaan mesin tersebut dibandingkan dengan membuat tempe dengan cara manual adalah pada lama pembuatan. Pembuatan tempe dengan menggunakan mesin tersebut memakan waktu selama 36 jam, dibandingkan dengan metode manual yang membutuhkan waktu hingga lima hari.

 

 

Cara Pengoperasian Mesin

Davrell Mylka Jowkins dan Kenneth William Santoso
Davrell Mylka Jowkins dan Kenneth William Santoso (Dok. Instagram/binusschool_simprug)

Menurut Kenneth, konsep teknologi ini terhitung sederhana, yakni mengontrol semua proses pengolahan tempe, mulai dari mencuci kedelai, merebus, hingga mengupas kulit dari biji kedelai. Dalam pengoperasiannya, terdapat beberapa langkah pembuatan tempe dengan mesin tersebut.

Pertama, mesin akan merendam kedelai selama enam jam. Sepanjang tahap itu, mesin berosilasi maju mundur untuk memastikan terpisahnya kulit dari biji kedelai.

Kedua, mesin akan membuat air kedelai mencapai suhu mendidih. Ketiga, mesin akan meningkatkan kecepatan putarannya untuk memastikan pemisahan sempurna antara kulit dan biji kedelai.

Mesin ini juga akan menambahkan ragi sebagai bahan dasar pengolahan kedelai menjadi tempe. Temperatur dari mesin ini akan menyesuaikan dengan suhu ruangan yang juga dilengkapi dengan sirkulasi udara agar terjadi fermentasi.

Seluruh proses pembuatan tempe, mulai dari kedelai mentah hingga menjadi tempe yang bisa dikonsumsi, akan dijalankan pada mesin tersebut. Dengan begitu, kualitas produk yang dihasilkan lebih konsisten dengan lebih sedikit pengerjaan.

 

 

 

Rencana Pemasaran Mesin

Mesin Pembuat Tempe Portable di  Pameran Ars Electronica Festival 2023 Austria
Mesin Pembuat Tempe Portable di Pameran Ars Electronica Festival 2023 Austria (Dok. Instagram/binusschool_simprug)

 

 

Dalam keterangan tertulis yang diterima oleh Liputan6.com, mesin rancangan kedua siswa SMA itu kembali dipamerkan di ajang BINUS School Simprug yang bertema "Tempeh Universe: Revealing the Secret of Tempeh Indonesian Food Heritage and Vegan Life".

Rencananya, mesin pembuat tempe portabel itu akan dipasarkan di negara-negara non-Asia, kecuali Jepang. Tujuan utamanya adalah mempromosikan makanan tradisional khas Indonesia kepada dunia.

Selain Davrell dan Kenneth, siswa Indonesia lainnya juga pernah membanggakan Indonesia berkat teknologi yang diciptakannya. Dilansir dari kanal Islami Liputan6.com, Tim Robotika Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Banyumas juara I pada 11th World Robotic for Peace (WRP) 2022. Kompetisi ini diselenggarakan oleh IRTC (International Robotic Training and Competition) di Universitas Teknologi Malaysia.

Diikuti peserta dari 15 negara, WRP berlangsung dari 29 November sampai 3 Desember 2022. Tim MAN 2 Banyumas menggondol prestasi dalam 2 kategori. Pertama, juara I The Best Point pada Robot Line Follower Analog. Timnya terdiri atas Faiz Khoirul Fuadi XI MIPA 2 dan Eka Erlangga Putra Syariful Hanan XI MIPA.

MAN 2 Banyumas Juara Kompetisi 11th World Robotic for Peace WRP 2022

Siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Banyumas, Jawa Tengah menjuarai kompetisi robot internasional (WRP) 2022 di Malaysia. (Foto: Kemenag/Liputan6.com)
Siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Banyumas, Jawa Tengah menjuarai kompetisi robot internasional (WRP) 2022 di Malaysia. (Foto: Kemenag/Liputan6.com)

Kedua, juara I utama pada Robot Soccer IoT. Timnya terdiri atas Adan Syahrul Junior XI MIPA 4 Gitara Parasdya Abimanyu XI MIPA 6. Kedua tim ini berlomba di bawah bimbingan Toto Prasetyo dan Singgih Hutomo Aji.

Mengutip laman Kemenag, Kepala MAN 2 Banyumas Muhamad Siswanto, mengaku bangga dan bersyukur atas prestasi Tim Robotik MAN 2 Banyumas. Menurutnya, ini adalah kali pertama prestasi madrasahnya pada kejuaraan internasional.

Menurutnya, saat ini, madrasah harus memiliki daya dorong dan melakukan loncatan dalam kemajuan melalui prestasi-prestasi yang dicapai. Lembaga pendidikan harus senantiasa berlomba-lomba dalam kebaikan.

"Agar memiliki daya ungkit atau daya dorong yang kuat, madrasah harus mengubah mindset. Sehingga yang tadinya berjalan biasa-biasa saja, maka dengan percepatan loncatan prestasi yang diraih siswa, menjadi madrasah yang luar biasa," ucapnya di Banyumas, Jumat (2/12/2022).

Di dunia yang semakin tidak terbatas, menurutnya, para siswa perlu dilatih untuk memperluas jangkauan, tidak hanya dalam skala regional dan nasional, tapi juga internasional. Hal itu telah dibuktikan empat siswa MAN 2 Banyumas di ajang internasional WRP 2022.

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia
Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya