Liputan6.com, Jakarta - Larangan impor makanan laut (seafood) dari Jepang belum juga dicabut China. Namun, sejumlah turis dari negeri tirai bambu nyatanya tetap menikmati ragam sushi saat berlibur ke Jepang.
"Saya makan sushi setiap hari," kata seorang perempuan berusia 40an yang berasal dari Provinsi Zhejiang, China, ketika berbelanja di kawasan perbelanjaan Ginza, Tokyo, selama periode libur nasional delapan hari, yang dimulai dari 29 September 2023.
"Aku tak peduli dari mana ikan itu ditangkap," katanya, dikutip dari Kyodo, Senin (9/10/2023).
Advertisement
Li Pei, turis China lain yang juga mengunjungi Ginja selama musim liburan mengaku 'tak khawatir' tentang pembuangan air limbah nuklir dari Fukushima ke lautan. "Aku mengerti bahwa tingkat konsentrasi (radioaktif) tritium di air yang diolah itu berada di bawah standar keamanan internasional dan memiliki efek terbatas," sambung pria yang berasal dari Qindao, Provinsi Shandong.
Temuan tersebut seakan membantah laporan media China, termasuk The Global Times. Tabloid yang terafiliasi dengan partai berkuasa di China, Partai Komunis, melaporkan bahwa sejumlah rencana perjalanan ke Jepang dibatalkan dan konsumen di China khawatir tentang keamanan produk-produk Jepang.
Laporan itu dikeluarkan sejak Jepang membuang air limbah nuklir ke laut dari PLTN Fukushima pada akhir Agustus 2023. Di sisi lain, Beijing berulang kali mendesak Jepang untuk menangguhkan pembuangan dan menyebutnya sebagai 'air yang terkontaminasi nuklir'.
Jadi Tujuan Wisata Utama Turis Tiongkok
Meski dibayang-bayangi soal ancaman keamanan produk pangan, turis Tiongkok nyatanya tetap banyak yang memilih berkunjung ke Jepang selama periode libur delapan hari yang bertepatan dengan Festival Pertengahan Musim Gugur. Analisis data yang dilakukan raksasa pencairan internet Tiongkok, Baidu Inc. dan perusahaan lainnya, menunjukkan bahwa Jepang menduduki peringkat teratas tujuan luar negeri populer bagi wisatawan Tiongkok.
Perusahaan penerbangan Jepang yang melayani penerbangan dari Tiongkok ke Jepang menyatakan bahwa kursi pesawat mereka hampir penuh dipesan selama periode liburan itu. Begitu pula dengan bus wisata di Tokyo, yang menyebut tampaknya 'anak muda yang berpikir fleksibel memilih untuk bepergian secara mandiri' ke Jepang.
Turis Tiongkok masih jadi target utama wisman sejumlah negara. Thailand termasuk di dalamnya yang bahkan meluncurkan program bebas visa bagi turis China sejak 25 September 2023.
Turis China yang mendarat di Bangkok pada Senin, 25 September 2023, disambut bak tamu VIP. Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin secara langsung menyambut rombongan pertama yang tiba di Thailand setelah mereka memberlakukan bebas visa bagi turis China.
Mengutip Channel News Asia, sejumlah penari dalam kostum tradisional dan pemain wayang tampil di panggung untuk menghibur para turis. Mereka datang menumpang pesawat dari Shanghai. Banyak dari turis itu berswafoto dengan PM Thailand.
Advertisement
Aksi Thailand Rayu Turis China
Thailand memberlakukan kebijakan bebas visa bagi wisatawan asal China demi meningkatkan kunjungan mereka sebagai kunci industri pariwisata. Pariwisata merupakan penggerak yang krusial bagi pemilik ekonomi kedua terbesar di Asia Tenggara yang terkenal dengan pantainya dan kehidupan malam yang semarak.
Menghidupkan kembali industri yang terpukul oleh pandemi menjadi salah satu prioritas Srettha yang baru terpilih. Pemerintahannya mewarisi perekonomian yang berkinerja buruk, terutama karena situasi pandemi Covid-19.
Srettha berharap tingkat kunjungan wisatawan China ke negaranya bisa diperbaiki mengingat Tiongkok sebelum pandemi merupakan pasar terbesar Thailand. "Kami yakin kebijakan ini akan merangsang perekonomian," kata Srettha kepada wartawan di Bandara Suvarnabhumi. Ia juga menekankan bahwa keselamatan wisatawan akan diprioritaskan.
Program bebas visa berlangsung mulai 25 September 2023 hingga Februari 2024. Pemerintah memperkirakan 2,88 juta pengunjung Tiongkok selama periode lima bulan tersebut, sedikit lebih tinggi dibandingkan 2,34 juta pengunjung Tiongkok yang berkunjung tahun ini.
Sebelum pandemi Covid-19, Tiongkok adalah penyumbang wisatawan mancanegara terbesar bagi Thailand, dengan kontribusi 11 juta kedatangan dari rekor 39,9 juta wisatawan pada 2019. Mereka menghabiskan 1,91 triliun baht (53,11 miliar dolar AS atau setara Rp817 triliun).
Upaya Korea Selatan Gaet Wisatawan China
Pemerintah Korea Selatan mengumumkan serangkaian kebijakan untuk menarik 2 juta kedatangan turis China hingga akhir 2023. Kebijakan tersebut termasuk keringanan biaya visa elektronik dan pengembalian pajak belanja bebas bea untuk wisatawan asal China.
Mengutip laman The Korea Times, beberapa waktu lalu, Korea Selatan juga akan berupaya meningkatkan kualitas perjalanan dengan mengembangkan produk pariwisata bernilai tinggi dengan harga yang wajar. Mereka menekan biaya yang berlebihan, termasuk harga penjualan tinggi dalam industri.
Langkah yang dibuat antar-kementerian ini dilakukan untuk mencapai pertumbuhan PDB tahunan sebesar 0,16 persentase poin pada akhir 2023, menurut keterangan Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata. China telah menjadi pasar utama bagi pemasukan pariwisata Korea karena negara ini menyumbang sebagian besar pengunjung asing ke Korea.
Wisatawan China menyumbang 42 persen atau 6,02 juta pada 2019. Rata-rata pengeluaran per wisatawan juga besar, yakni 38 persen lebih tinggi dibandingkan wisatawan dari negara lain.
China telah mencabut larangan tur kelompok ke Korea Agustus 2023 lalu setelah lebih dari enam tahun terkena sanksi ekonomi sebagai balasan terhadap penempatan sistem anti-rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) A.S. di Korea. Namun Tiongkok sudah menduduki peringkat teratas dalam jumlah kunjungan kelompok ke Korea.
Turis China yang ke Korea pada Juli 2023 mencapai lebih dari 224.000 pengunjung. Namun, Korea Selatan perlu menarik 1,5 juta lebih wisatawan Tiongkok tahun ini untuk mencapai tujuan tersebut, yang hampir tiga kali lipat angkanya dibandingkan paruh pertama tahun ini.
Advertisement