Liputan6.com, Jakarta - Ada saja video viral setiap harinya di media sosial. Di antara yang tengah jadi sorotan, terdapat rekaman penampakan makam tua di tempat tidak bisa. Alih-alih di kompleks pemakaman, makam yang disebut telah berusia ratusan itu menempel di dinding salah satu rumah warga.
Video yang dimaksud dibagikan akun X, dulunya Twitter, @txtdaribandung, Kamis, 19 Oktober 2023. Klip tersebut memuat tulisan, "Makam tua berumur ratusan tahun menempel di rumah warga di gang sempit kota Bandung." Gundukan menyerupai makam itu hanya memuat keterangan, "Iboe Idjah," di nisannya.
"Tebak lokasi," tulis si pemilik akun melengkapi rekaman berdurasi 32 detik tersebut. Menanggapi itu, sejumlah warganet mulai menyebut beberapa lokasi di sekitar kota Bandung yang diduga jadi tempat makam tua berada. "Aku kok orang Bandung enggak tahu," kata salah satu pengguna.
Advertisement
"Linggawastu," jawab yang lain singkat. "Kopo?? Btw ko bisa gitu??" tulis warganet menebak. "Bukan makamnya yang nempel rumah, rumahnya yang nempel makam," timpal seorang pengguna. Sementara itu, beberapa warganet dibuat salah fokus karena ada kotoran kucing di makam tersebut.
"Aduh kasian ada ee kucing," sebut salah satu warganet. Beberapa menimpali bahwa ada beberapa daerah serupa yang memperlihatkan makam di dekat rumah. "Kampung peneleh surabaya sepanjang kampung begini semua," sebut warganet berbeda.
"Kurang horor min. Coba main-main ka Cikadut ada rumah warga meja tamunya makam orang China," kata yang lain.
Makam "Tidak pada Tempatnya"
Faktanya, ini bukan kali pertama penampakan makam "tidak pada tempatnya" menghebohkan jagat maya. Sebelumnya, kemunculan kompleks makam kuno di Waduk Gajah Mungkur (WGM) sudah lebih dulu jadi sorotan.
Padahal, fenomena yang terjadi di Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah ini sebenarnya sudah sering terjadi, terutama di musim kemarau, lapor kanal Regional Liputan6.com per 14 September 2023. Makam-makam kuno tersebut memperlihatkan kijing atau batu penutup makan yang menyatu dengan batu nisannya.
Bahkan, sebagian kijing masih terdapat tulisan nama dari jenazah dan tahun meninggalnya. Diketahui juga perairan Waduk Gajah Mungkur sebelumnya merupakan pemukiman warga dari beberapa desa. Adapun waduk ini mulai dibangun sejak 1978 dan beroperasi pada 1980.
Saat musim kemarau, terutama tahun ini, air di Waduk Gajah Mungkur mengalami penyusutan. Di debit air normal, makam-makam kuno itu tertutup air, dan otomatis tidak terlihat dari permukaan. Kompleks makam itu tercatat mempunyai kijing berwarna putih, sehingga mirip dengan batu.
Advertisement
Bukan Fenomena Menggegerkan
Di masa itu, banyak warga memanfaatkan batuan kapur untuk membuat kijing pemakaman, berbeda dengan saat ini yang banyak menggunakan semen untuk membuat kijing. Masyarakat setempat juga menilai fenomena munculnya makam-makam kuno tersebut bukanlah sesuatu yang menggegerkan.
Pasalnya, itu sudah terjadi setiap tahun dalam kurun waktu cukup lama ketika kemarau tiba. Makam-makam ini juga dapat dilihat masyarakat tidak hanya di tengah-tengah waduk, terkadang ada juga di pinggir waduk. Makam ini diketahui sebagai makam milik masyarakat sebelum adanya pembangunan Waduk Gajah Mungkur.
Waduk Gajah Mungkur mulai dibangun Kementerian Pekerjaan Umum melalui Proyek Bengawan Solo (PBS), menurut merdeka.com. Selain waduk, dibangun juga saluran listrik udara dari Wonogiri hingga Wuryantoro, pemindahan kabel telepon sepanjang 44 kilometer, dan jalan raya sepanjang 43,4 kilometer dari Wonogiri hingga Talunombo.
Demi pembangunan waduk tersebut, sebanyak 41.369 warga yang tinggal di 45 desa di enam kecamatan di Wonogiri harus dipindah. Sebagian besarnya kemudian ikut program transmigrasi ke Sumatra. Sementara itu, tanah seluas 10.156 hektare juga harus dibebaskan. Ganti rugi atas tanah pun diberikan secara bertahap untuk menghindari terjadinya "kaya mendadak."
Rencananya Beroperasi sampai 100 Tahun
Bendungan waduk dibangun di dekat pertemuan antara Sungai Bengawan Solo dengan Sungai Keduang, dan mulai diisi pada Juli 1981, lalu diresmikan Presiden Soeharto pada 17 November 1981. Pembangunan waduk itu menghabiskan biaya 111,056 juta dolar AS (sekitar Rp69,5 miliar).
Pada 1987, terjadi kemarau panjang. Hal ini membuat pola PLTA dari waduk tersebut harus disesuaikan atas izin dari Gubernur Jawa Tengah agar kebutuhan irigasi tetap terpenuhi. Musim kemarau panjang juga terjadi 10 tahun kemudian.Â
Waduk Gajah Mungkur rencananya dibuat untuk beroperasi selama 100 tahun. Namun, terjadinya sedimentasi menyebabkan umur waduk diperkirakan tidak akan selama itu. Sedimentasi itu salah satunya disebabkan parahnya kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo.
Sedimentasi itu juga disebabkan perubahan kegiatan masyarakat di sekitar waduk. Awalnya, warga sekitar hanya menanam sayur, namun kemudian mulai menanam tanaman sawah. Waduk Gajah Mungkur direncanakan dapat mengairi lahan pertanian seluas sekitar 23.600 hektar di Sukoharjo, Klaten, Karanganyar, dan Sragen.
Air yang tertampung di waduk ini juga dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik melalui PLTA berkapasitas 12,4 MW yang dikelola PLN Indonesia Power.Â
Advertisement