Terkenal dengan Jalur Inca dan Hutan Hujan Lebat, Peru Perkenalkan Visa Digital Nomad

Ingin pindah ke negara Peru? Visa digital nomad barunya memberikan banyak waktu untuk menjelajahi keajaiban alamnya bagi warga asing.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 05 Des 2023, 08:01 WIB
Diterbitkan 05 Des 2023, 08:01 WIB
Machu Picchu, Peru, Amerika Selatan
Machu Picchu, Peru, Amerika Selatan. Dok. Victor He, Unsplash

Liputan6.com, Jakarta - Peru telah mengumumkan rencana untuk memperkenalkan visa digital nomad. Hal ini akan memungkinkan pekerja jarak jauh untuk tinggal di negara tersebut selama 365 hari dan ada kemungkinan untuk diperpanjang.

Mengutip laman Euro News, Senin, 4 Desember 2023, saat ini warga negara Uni Eropa dapat melakukan perjalanan ke Peru dengan visa turis 183 hari. Tujuan dari skema baru ini adalah untuk menarik para profesional internasional ke Peru.

Harapannya tentu untuk meningkatkan perekonomian negara itu melalui pariwisata dan jasa sekaligus mendukung pertukaran budaya. Beberapa pengunjung tetap yang berada di negara tersebut juga bisa menjalankan usaha bisnisnya dengan meningkatkan visa investor.

Jadi siapakah yang berhak mendapatkan visa nomaden digital Peru? Visa digital nomad baru di Peru ditujukan untuk pekerja jarak jauh yang dipekerjakan oleh perusahaan di luar negeri. Oleh karena itu, mereka tidak perlu mendapatkan visa kerja terpisah.

Pemerintah mengumumkan pada bulan November bahwa mereka berharap perpanjangan masa tinggal ini akan memberikan waktu bagi para perantau untuk menjelajahi penawaran wisata, gastronomi, dan budaya negara tersebut sambil bekerja jarak jauh.

Visa akan tersedia setelah perubahan yang akan datang pada Undang-Undang Migrasi Peru diatur dan dipublikasikan. Tapi pertanyaannya, apakah Peru merupakan tempat yang baik untuk menjadi digital nomad?

Peru memiliki pengalaman digital nomad yang sedang dikembangkan, khususnya di ibu kota Lima, tempat ruang kerja bersama atau coworking space berlimpah. Anda dapat menemukan salah satu dari nama internasional seperti WeWork. 

 

Biaya Hidup di Peru Terbilang Rendah

Kerusakan Hutan Amazon Akibat Penambangan Ilegal
Pandangan udara kawasan Hutan Amazon yang terdeforestasi (penurunan luas area hutan secara kualitas dan kuantitas) di wilayah Sungai Madre de Dios, Peru, Jumat (17/5/2019). Penambangan ilegal merusak ekologis yang tak dapat dipulihkan pada lebih dari 11.000 hektare Hutan Amazon. (CRIS BOURONCLE/AFP)

Negara ini juga menawarkan biaya hidup yang rendah bagi para perantau yang bekerja di perusahaan-perusahaan Eropa. Menurut database online Numbeo, harga konsumen termasuk sewa di Italia 87 persen lebih tinggi dibandingkan dengan Peru, 112 persen lebih tinggi di Prancis, dan 120 persen lebih tinggi di Inggris.

Negara ini juga memiliki banyak situs budaya kuno dan keajaiban alam untuk dijelajahi di waktu senggang Anda - mulai dari Machu Picchu yang terkenal di dunia hingga hutan hujan Amazon yang memiliki keanekaragaman hayati dan puncak Cordillera Huayhuash.

Negara ini juga menarik para pecinta kuliner karena cita rasa masakan nasionalnya yang berani, mulai dari ceviche segar hingga daging sapi tumis ‘lomo saltado’ yang sedikit berasap.

Di mana lagi di Amerika Selatan yang menawarkan visa nomaden digital?Peru bergabung dengan sejumlah negara Amerika Selatan yang mengikuti tren visa kerja jarak jauh.

Di Argentina, mulai tahun lalu, para digital nomad bisa tinggal selama 180 hari dengan opsi perpanjangan, asalkan mereka bisa membuktikan bahwa mereka mempunyai sumber pendapatan yang memadai dari sumber di luar negeri.

Brasil juga memperkenalkan visa kerja jarak jauh pada tahun 2022 yang memungkinkan perpanjangan masa tinggal selama satu tahun, diikuti oleh Ekuador, yang memungkinkan masa tinggal dua tahun.

Tahun ini, Kolombia meluncurkan visa nomaden digital selama dua tahun, sementara Uruguay memperkenalkan visa 180 hari yang dapat diperpanjang.​

Popularitas Visa Digital Nomad Sedang Meningkat

Ilustrasi visa Amerika Serikat.
Ilustrasi visa Amerika Serikat. (Sumber Wikimedia Commons/Zboralski)

Popularitas visa digital nomad sedang meningkat, dari laporan baru dari Organisasi Pariwisata Dunia PBB (UNWTO). UNWTO mengatakan lebih dari separuh negara tujuan global kini menawarkan visa digital nomad.

Melansir laman Euronews, Minggu, 12 November 2023, sejak 2020, banyak negara telah membuat visa yang khusus ditujukan bagi pekerja jarak jauh sebagai respons terhadap pembatasan perjalanan yang diberlakukan selama pandemi Covid-19. Pertama adalah Estonia yang memperkenalkan program visa digital nomad khusus sejak Juli 2020.

Seiring dengan kemajuan teknologi konferensi video dan kebebasan bekerja di luar kantor yang semakin luas, popularitas  digital nomad terus meningkat selama tiga tahun terakhir. Di AS misalnya, jumlah digital nomad meningkat 131 persen pada tahun 2022 dibandingkan tahun 2019 menjadi total 17 juta orang.

Dan dengan meningkatnya popularitas, semakin banyak negara yang menciptakan skema visa yang secara khusus ditujukan bagi pekerja jarak jauh internasional. Berbagai jenis visa yang ditawarkan di seluruh dunia memiliki beragam kelebihan dan kekurangan.

Tawarkan Visa hingga Satu Tahun

Lebih dari 150 Turis Asing Menghilang Usai Masuk Korea Lewat Program Bebas Visa
Ilustrasi paspor. (dok. ConvertKit/Unsplash)

Dari 54 destinasi yang dianalisis oleh UNWTO, hampir setengahnya menawarkan visa hingga satu tahun. Kanada menawarkan masa tinggal terpendek hanya 30 hari untuk digital nomad sedangkan Thailand memberikan visa terpanjang.

Sebagian besar negara pada awalnya mengizinkan visa untuk jangka waktu tiga sampai enam bulan dengan kemungkinan perpanjangan maupun pembaruan pada akhir periode ini. Ditemukan Amerika sebagai wilayah yang paling ramah terhadap pengembara digital. Program visa tersebut ditawarkan di 21 tujuan berbeda, sebagian besar ada di negara kepulauan kecil.  

Di Eropa, sebanyak 19 negara memiliki visa nomaden digital, sementara dua negara lainnya, Italia dan Makedonia Utara, sedang berupaya memperkenalkan program khusus. Hampir 40 persen negara tujuan wisata membebaskan digital nomaden dari pembayaran pajak, termasuk Kroasia, Portugal, dan Albania.

UNWTO menemukan pengembara menjadi penduduk kena pajak setelah tinggal selama 183 hari di sebagian besar tempat. Antigua dan Barbuda menawarkan pemegang visa dua tahun tanpa pajak, adapun Barbados dan Latvia menawarkan satu tahun.

Infografis Destinasi Wisata Bahari yang Populer di Indonesia
Infografis Destinasi Wisata Bahari yang Populer di Indonesia.  (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya