Liputan6.com, Jakarta - Setiap tahun, jutaan pengunjung dari seluruh dunia datang melihat keajaiban arsitektur Piramida Giza di Mesir. Namun, pengalaman mereka sering kali tercoreng manajemen yang buruk, kepadatan wisatawan, dan pedagang yang agresif.
Mengutip Euronews, Jumat, 25 April 2025, Mesir akhirnya meluncurkan proyek renovasi besar-besaran situs Warisan Dunia UNESCO tersebut. Kini, dengan proyek renovasi senilai 51 juta dolar AS, atau setara Rp859 miliar, yang dipimpin Orascom Pyramids Entertainment Services Company, negara itu berharap dapat mengatasi semua masalah tadi.Â
Baca Juga
Salah satu langkah penting dalam proyek ini adalah pembukaan titik akses baru di Fayoum Highway, menggantikan pintu masuk bersejarah yang sering mengalami kemacetan. Namun, perubahan ini menuai protes dari operator tur berkuda dan unta yang merasa relokasi ke zona parkir baru akan merugikan bisnis mereka.
Advertisement
Mereka berpendapat bahwa jarak zona parkir yang jauh dari pintu masuk utama dapat mengurangi jumlah pelanggan. Pendiri Orascom Telecom Holding, Naguib Sawiris, menanggapi protes tersebut dengan tegas.
Dalam sebuah pernyataan di media sosial, ia menyebut, "Kesejahteraan masyarakat dan pelestarian situs lebih penting daripada kepentingan pribadi para pedagang." Sawiris juga menegaskan bahwa pedagang yang menolak pindah ke zona baru akan dilarang berdagang di area tersebut.
Sebagai bagian dari upaya meningkatkan keberlanjutan, proyek renovasi ini juga melarang kendaraan pribadi dan bus wisata memasuki dataran tinggi. Sebagai gantinya, pengunjung akan disediakan kendaraan listrik yang diklaim ramah lingkungan untuk berkeliling situs.Â
Â
Piramida Giza Mengadopsi Kendaraan Listrik
Meski langkah ini bertujuan mengurangi polusi dan kerusakan lingkungan, beberapa pengunjung mengeluhkan ketersediaan kendaraan listrik yang terbatas. Orascom menanggapi keluhan ini dengan menyatakan bahwa 45 bus listrik telah disediakan dan dijadwalkan beroperasi setiap lima menit.
Selain itu, proyek renovasi ini juga mencakup pemugaran beberapa makam. Ada pula pengenalan tiket daring dan pembangunan pusat pengunjung baru untuk modernisasi kawasan Piramida Giza.
Proyek renovasi ini juga diharapkan dapat mengatasi masalah kekejaman terhadap hewan yang dilaporkan terjadi di tujuan wisata tersebut. Investigasi oleh People for the Ethical Treatment of Animals (PETA) menemukan adanya penyiksaan rutin terhadap kuda dan unta yang digunakan untuk tur wisata.
Kelompok kampanye ini mendesak wisatawan untuk tidak menggunakan layanan tur hewan yang melibatkan kekejaman. Jason Baker, Wakil Presiden PETA Asia, menyatakan bahwa hewan-hewan tersebut sering mengalami pemukulan, dibiarkan kelaparan, bahkan ditunggangi sampai mati. PETA berharap, relokasi penyedia jasa tur wisata juga akan menandai berakhirnya kekejaman terhadap hewan di situs bersejarah ini. Â
Advertisement
Proyek Restorasi Piramida Menkaure
Sebelumnya, proyek restorasi Piramida Menkaure yang mengundang kritik banyak kalangan akhirnya dihentikan. Hal itu terjadi seminggu usai Kepala Dewan Kepurbakalaan Tertinggi Mesir, Mostafa Waziri, mengunggah video di Facebook yang memperlihatkan para pekerja memasang balok granit di dasar Piramida terpendek dari tiga Piramida Giza.
Video tersebut memicu gelombang kritik dari para ahli Mesir kuno. Mereka menyuarakan kekhawatiran bahwa rekonstruksi besar-besaran terhadap monumen itu akan merugikan pelestarian struktur bersejarahnya.
Mencoba menenangkan perdebatan, Kementerian Kebudayaan Mesir menghentikan sementara proyek tersebut. Mereka juga membentuk sebuah "komite ilmiah" yang diketuai Zahi Hawass, seorang arkeolog Mesir terkenal, untuk meninjau proyek tersebut. Komite tersebut terdiri dari ahli teknik dan arkeologi dari Republik Ceko, Jerman, Amerika Serikat, dan Mesir.
Mengutip AFP, Minggu, 4 Februari 2024, mereka diminta menyampaikan laporan ahir yang mencakup 'prosedur dan langkah-langkah yang diperlukan untuk berkoordinasi dengan (badan warisan PBB) UNESCO.' "Keputusan akan diambil apakah akan melanjutkan proyek tersebut atau tidak," menurut kementerian.
Kritikan dari Publik
AFP saat itu melaporkan bahwa proses pengerjaan sudah berlangsung di kaki Piramida Menkaure selama seminggu. Menurut konstruksi aslinya, dasar Piramida ditutupi granit, tapi seiring berjalannya waktu, sebagian penutupnya hilang. Renovasi bertujuan mengembalikan gaya asli bangunan dengan merekonstruksi dasar granit.
Isu pelestarian warisan budaya di Mesir, rumah bagi Piramida Agung Giza, yang terakhir dari tujuh keajaiban dunia kuno yang masih terlihat, sering kali jadi fokus perdebatan sengit. Penghancuran sebagian besar bangunan bersejarah di Kairo memicu kampanye publik yang menentangnya, sebuah hal yang jarang terjadi di sana, mengingat oposisi politik sebagian besar dilarang.
Sebelumnya, Mostafa Waziri menjuluki restorasi itu sebagai 'proyek abad ini.' Di sebuah video yang diunggah di Facebook, Jumat, 26 Januari 2024, Waziri menunjukkan para pekerja memasang balok granit di dasar piramida yang berada di samping Sphinx dan Piramida Khafre, serta Cheops yang lebih besar di Giza.
Melansir TRT, Selasa, 30 Januari 2024, pekerjaan itu dijadwalkan berlangsung selama tiga tahun dan digadang-gadang Waziri jadi 'hadiah Mesir pada dunia di abad 21.' Waziri merupakan figur yang memimpin misi Mesir-Jepang yang bertanggung jawab atas proyek tersebut.
Namun, unggahan video itu memicu kekesalan banyak orang. Mereka juga meninggalkan komentar yang mengkritik karya tersebut.
Advertisement
