Terkenal Pekerja Keras, Tukang Rongsok Besi Tua Asal Madura Punya Rumah Mewah di Desa

Orang Madura dikenal sebagai perantau yang gigih dan suka bekerja keras seperti halnya orang Sumatra Barat. Perantau asal Madura biasanya terkenal sebagai penjual sate dan penjual besi tua yang bahkan bisa membuat orang Madura jadi kaya raya.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 15 Des 2023, 04:00 WIB
Diterbitkan 15 Des 2023, 04:00 WIB
Rumah mewah seorang juragan barang rongsokan di Madura
Rumah mewah seorang juragan barang rongsokan di Madura. (Dok: YouTube Telusur Jelajah)

Liputan6.com, Jakarta - Orang Madura dikenal sebagai perantau yang gigih dan suka bekerja keras seperti halnya orang Sumatra Barat. Kondisi wilayah Madura yang kering dan tandus mendorong orang Madura untuk merantau ke tempat yang lebih subur seperti ke tanah Jawa.

Perantau asal Madura biasanya terkenal sebagai penjual sate dan penjual besi tua yang bahkan bisa membuat orang Madura jadi kaya raya. Kerja keras dan kegigihan orang Madura dalam bekerja membuatnya jadi sukses, meskipun tak memiliki pendidikan formal. 

"Potret sukses orang Madura perantau, terutama di bidang besi tua bisa kita lihat dari jejeran rumah mewah di Desa Tambak Kecamatan Omben, Sampang Madura," ungkap pembuat konten dengan akun Telusur Jelajah di platform YouTube dikutip Selasa, 12 Desember 2023.

Di Desa Tambak, Sampang itu sang kreator konten memperlihatkan melewati banyak rumah besar. Ia pun berhenti di salah satu rumah dan menemui penjaganya, mereka berbincang sedikit dan ternyata pemilik rumah tinggal di Jakarta sehingga rumah yang besar itu kosong.

Rumah tersebut sangat mewah, terlihat dari besarnya bangunan. Lalu terdapat banyak pilar penyangga rumah dengan desain mirip istana yang memiliki banyak jendela.

Setelah dikonfirmasi ke penjaga, ternyata benar, pemiliknya adalah bos besi tua atau menjual barang-barang rongsok. "Ini jarang ditempati, tapi ada yang jaga," sebutnya. 

Tak jauh dari lokasi rumah juga terdapat rumah mewah lainnya yang juga dimiliki bos besi tua. Dari luar terlihat pagarnya yang tinggi dan di dalamnya terdapat bangunan rumah besar mewah untuk ukuran di desa.

Warganet Salut dengan Orang Madura

Di Desa Tambak Kecamatan Omben, Sampang Madura terdapat banyak rumah mewah milik perantau asal Madura
Di Desa Tambak Kecamatan Omben, Sampang Madura terdapat banyak rumah mewah milik perantau asal Madura yang bekerja sebagai bos besi tua atau barang rongsok. (Dok: YouTube Telusur Jelajah)

Tak banyak yang dikatakan penjaga dan kreator itu hanya mengelilingi desa tersebut sambil memperlihatkan bahwa tak hanya ada satu atau dua rumah mewah saja, tapi banyak lainnya. Warganet yang menonton konten tersebut pun merasa salut dengan orang Madura dengan karakter kerja kerasnya.

"Orang madura solidaritasnya tinggi, rajin solat, yakin kepada sang penciptanya," kata seorang warganet.

"Saya salut org madura, sholatnya rajin-rajin, makanya cepet sukses," tulis warganet.

"Alhamdulillah dngan izin ALLAH. buka usaha besi tua 4 tahun, bisa bangun rumah di kampung MADURA KU. Di umurku yg 24 tahun. Berkat doa orangtua. Soalny kalau bagi saya orang madura. orangtua d nomor 1 kan. Makle olle sabeb. Mun oleh sabeb derih reng tuah. Bedeh dimmah beih Slamet. Ben berkat. Ayooo ... semangat buat penjuang membahagian orang tua. Atau tulang punggung keluarga. Insya ALLAH. ALLAH kasih rejeki yang berkah. SAMPANG MADURA." balas warganet yang orang Madura asli.

"Memang madura segi dagang nya bagus rata rata orang Madura itu banyak yang kaya," ungkap yang lainnya.

Orang Batak Juga Dikenal Sebagai Perantau

Tari Tor-Tor Jadi Pelajaran Wajib Sebuah Sekolah di Australia
Bangga banget. Tari Tor-Tor, khas Suku Batak, Sumatera Utara, Indonesia bikin siswa-siswi Australia tergila-gila

Mengutip dari Tim Regional Liputan6.com, Selasa, 12 Desember 2023, selain orang dari Padang dan Madura, Batak juga dikenal sebagai perantau. Persebaran salah satu suku kolektif yang mendiami wilayah Sumatra bagian utara tidak hanya ada di daerah Sumatra, akan tetapi sudah tersebar hingga pelosok negeri.

Hal itu terjadi lantaran masyarakat Batak terkenal dengan istilah perantau tangguh yang akhirnya memilih menetap di perantauan. Riyadi, A (2019) dalam bukunya, Merantau: Sebuah Pilihan Atau Keterpaksaan? Studi Supir Angkutan Kota Perantau Batak Angkola-Mandailing Di Kota Bandung menyebutkan, orang-orang Batak memiliki keinginan mencari rezeki di kota lain atas dasar keinginan mengubah nasib karena menyadari penghidupan di kampung halaman tidak lagi menjamin.

Sementara Nur, S M, Rasminto, & Khausar (2019) mengemukakan, orang Batak juga terkenal dengan sikap tidak memilih-milih pekerjaan ketika merantau, kesadaran betapa sulitnya kehidupan di perantauan, kemudian keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan keluarga menjadi alasan.

Dikutip dari laman pmb.brin.go.id, masyarakat Batak memiliki tiga falsafah hidup. Ketiga falsafah hidup Batak itu, yaitu hamoraon (kekayaan), hagabeon (berketurunan dalam artian keturunannya sukses), dan hasangapon (kehormatan dalam status sosial). Untuk mencapai 3H ini, banyak orangtua yang mendorong anaknya dalam dunia pendidikan sebab para orangtua sadar, bakal sulit mencapainya jika pendidikan anak-anaknya biasa saja (Dalimunthe & Lubis, 2019).

 

Orang Batak Berusaha Menyekolahkan Anak hingga Tinggi

Sandiaga Uno
Tarian Tor-tor merupakan budaya yang berasal dari etnis Batak.

"Pada akhirnya, orang-orang Batak akan berusaha memenuhi pendidikan anak-anaknya dan biasanya jika salah satu anak dari satu keluarga memiliki ekonomi yang cukup, ia akan memiliki kesadaran sendiri untuk membantu saudara/i-nya untuk mencapai pendidikan yang lebih baik juga seperti dirinya," ulas peneliti Pusat Riset Kesejahteraan Sosial, Desa dan Konektivitas BRIN Ririn Purba.

Ririn melanjutkan, ikatan marga dan kekeluargaan yang kuat menanamkan rasa tanggung jawab dan sikap saling membantu. Tidak harus keluarga inti, tetapi keluarga jauh yang memiliki ikatan marga juga harus dibantu jika memang ia memiliki rezeki yang berlebih.

Hal tersebut juga berhubungan dengan falsafah Batak yang mengatur tentang kekerabatan dan relasi marga yakni Dalihan Na Tolu (Tungku Nan Tiga). Dalihan Na Tolu ini diibaratkan seperti tungku berkaki tiga (tolu) di mana jika salah satunya tidak seimbang maka akan memengaruhi yang lain. Dasar dari falsafah.ini terdiri hula-hula (pihak keluarga dari perempuan/istri), dongan tubu (orang yang semarga dengan kita) dan yang terakhir boru (keluarga dari pihak lelaki/suami).

Marga memiliki peran penting dalam menentukan posisi dalam suatu kegiatan. Di samping itu, jika dua orang atau lebih memiliki marga yang sama, tetapi tidak sedarah akan dianggap saudara (Berlian et al., 2019).

[INFOGRAFIS] Satu Nusa, Satu Bahasa
Bahasa Indonesia melampaui berbagai suku bangsa di Indonesia dan telah menjadi salah satu alat pemersatu NKRI.
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya