Liputan6.com, Jakarta - Sertifikat Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai Warisan Dunia UNESCO secara resmi mendarat di Kota Gudeg. Sertifikat ini diserahkan langsung oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi kepada Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Dikutip dari laman resmi Pemerintah Daerah DIY, Jumat (29/12/2023), penyerahan ini berlangsung di Gedhong Pracimasana, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Kamis, 18 Desember 2023. Sertifikat penetapan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan dunia UNESCO bertajuk "The Cosmological Axis of Yogyakarta and its Historic Landmarks".
Retno mengungkapkan bahwa penetapan Sumbu Filosofi sebagai Warisan Dunia UNESCO ditetapkan pada 18 September 2023, di sesi ke-45 sidang World Heritage Comittee UNESCO di Riyadh, Arab Saudi. Sumbu Filosofi menjadi warisan dunia ke-10 di Indonesia yang diakui oleh UNESCO sebagai warisan dunia.
Advertisement
"Tentunya penetapan ini mengukuhkan Yogyakarta bukan hanya sebagai Kota Budaya, tetapi juga sebagai Kota Peradaban, yang diakui oleh dunia," lanjut Retno.
Ia menjelaskan bahwa Sumbu Filosofi adalah bukti lestarinya peradaban Jawa yang berkembang sejak abad ke-16 hingga saat ini. Sumbu Filosofi adalah pengejawantahan, perpaduan harmonis elemen budaya benda seperti keris, batik, wayang, dan gamelan, dengan elemen tidak benda seperti tradisi, hukum adat, seni, sastra, festival, dan ritual upacara, juga dengan nilai-nilai filosofis Jawa.
"Untuk itu secara resmi saya ingin menyampaikan ucapan selamat kepada Bapak Gubernur, kepada Daerah Istimewa Yogyakarta, dan tentunya kepada seluruh masyarakat Yogyakarta. Saya yakin dengan sertifikat warisan dunia UNESCO ini, maka daya tarik Yogyakarta semakin meningkat dan keistimewaan Yogyakarta akan semakin kokoh," lanjutnya.
Warisan Dunia Harus Dijaga
Dikatakan Retno, "Saya juga yakin kekayaan ini (Sumbu Filosofi) akan terjaga dan terpelihara dengan baik. Tentunya ini warisan budaya yang diakui dunia yang harus di uri-uri, dijaga."
Menurutnya, diplomasi Indonesia pun akan terus mencoba berkontribusi dalam memperjuangkan warisan-warisan budaya nasional untuk diakui dunia. Pihaknya juga siap untuk terus membantu menguri-uri budaya, warisan budaya yang ada.
Sementara, Sri Sultan menuturkan, pasca-penetapan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan dunia, Pemda DIY telah menindaklanjutinya dengan beberapa langkah strategis. Pihaknya melaksanakan koordinasi, komunikasi, dan menjalin kerja sama dengan Pemerintah Daerah DIY, Pemerintah Kota Yogyakarta, Pemerintah Kabupaten Bantul, dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, untuk memastikan peran masing-masing, dalam pengelolaan Warisan Dunia, Sumbu Filosofi Yogyakarta.
"Selain itu, dari sisi regulasi, telah terbit Keputusan Gubernur DIY Nomor 360/KEP/2023, tentang Sekretariat Bersama Pengelolaan Warisan Dunia Sumbu Filosofi Yogyakarta. Keputusan Gubernur ini, digunakan sebagai fondasi untuk memastikan fungsi komunikasi, penyiapan kebijakan dan strategi pengelolaan, koordinasi-integrasi perencanaan, operasional, monitoring, dan evaluasi, serta mendukung fungsi pelaporan," jelas Sri Sultan.
Advertisement
Apa Itu Sumbu Filosofi Yogyakarta?
Kabar ditetapkannya Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai Warisan Dunia UNESCO disiarkan melalui akun Instagram resmi KBRI Riyadh, Selasa, 19 September 2023. Dalam unggahan tersebut disampaikan sidang itu turut dihadiri Dubes RI untuk Arab Saudi, sekaligus Ketua Delegasi RI untuk sidang ke-45 WHC, Dr. Abdul Aziz Ahmad, dan Wakil Gubernur (Wagub) Daerah Istimewa Yogyakarta KGPAA Paku Alam X.
"KABAR DARI SAUDI: UNESCO tetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai Warisan Budaya Dunia," demikian bunyi keterangan unggahan tersebut.
Dalam potret yang dibagikan, Dubes RI dan Wagub DIY menyampaikan terima kasih pada 21 negara anggota Komite Warisan Dunia yang telah memutuskan nominasi Sumbu Filosofi Yogyakarta untuk masuk dalam dafttar Warisan Dunia UNESCO. Dibagikan pula ilustrasi soal titik Sumbu Filosofi Yogyakarta, yakni:
- Gunung Merapi (menyimbolkan api)
- Tugu Jogja atau Tugu Golog Gilig (Manunggaling Kawula Gusti)
- Keraton Yogyakarta sebagai pusat
- Panggung Krapyak (Sangkan Paraning Dumadi)
- Pantai Selatan (Pantai Parangkusumo) (melambangkan air).
"Sumbu Filosofi Yogyakarta merupakan kesaksian luar biasa untuk peradaban dan budaya Jawa, menunjukkan pertukaran penting antara sistem kepercayaan dan nilai-nilai secara langsung terkait dengan tradisi hidup, karya seni, dan sastra yang luar biasa," demikian bunyi keterangan ilustrasi itu.
Lambang Beragam Hal dalam Hidup
Dikutip dari laman Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa, 19 September 2923, Sri Sultan Hamengku Buwono I merancang pembangunan Yogyakarta dengan landasan filosofi yang sangat tinggi. Sultan Hamengku Buwono I menata Kota Yogyakarta membentang arah utara-selatan dengan membangun Keraton Yogyakarta sebagai titik pusatnya.
Sultan juga mendirikan Tugu Golong Gilig (Pal Putih) di sisi utara keraton, dan Panggung Krapyak di sisi selatannya. Dari ketiga titik tersebut, bila ditarik suatu garis lurus akan membentuk sumbu imajiner yang dikenal sebagai Sumbu Filosofi Yogyakarta.
Panggung Krapyak adalah awal dari tiga titik susunan sumbu filosofis (Panggung Krapyak-Keraton-Tugu) Sangkan Paraning Dumadi. Pertemuan wiji (benih) yang digambarkan antara Panggung Krapyak (yoni) dengan Tugu Pal Patih (lingga), melambangkan proses kelahiran manusia (sangkaning dumadi) yang tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa, berumah tangga, mengandung, dan melahirkan anak. Sebaliknya dari Tugu Pal Putih menuju Keraton Yogyakarta melambangkan perjalanan hidup manusia kembali menuju Sang Penciptanya (paraning dumadi).
Advertisement