Liputan6.com, Jakarta - Pangeran Harry dan Meghan Markle kembali muncul di acara publik. Kali ini, pasangan tersebut menghadiri premier film biopik Bob Marley: One Love yang dibintangi Kingsley Ben-Adir, James Norton, dan Michael Ward langsung di Jamaika.
Meghan Markle tampil mengenakan gaun hitam bertali spageti dengan detail garis leher lurus dan rok menggelembung keluaran brand favoritnya, Carolina Herrera. Sementara, Harry terlihat senada dengan jas hitam dan kemeja putih dengan kancing atas terbuka.
Baca Juga
Terungkap Keinginan Pangeran Harry Pergi dari Keluarga Kerajaan Inggris Sebelum Bertemu Meghan Markle
Pangeran Harry dan Meghan Markle Tidak Diundang ke Acara Natal Keluarga Kerajaan Inggris, Terakhir Hadir 6 Tahun Lalu
Pangeran Harry dan Meghan Markle Konfirmasi Agenda Solo Terpisah Jelang Perilisan Serial Dokumenter Baru
Interaksi keduanya dalam acara tersebut jadi sorotan, terutama bahasa tubuh mereka. Pakar bahasa tubuh Darren Stanton menyebut bahwa hubungan keduanya 'lebih kuat' dengan mengamati kontak mata dan cara mereka berpegangan tangan. Menurut Stanton, pasangan itu 'benar-benar bersatu' di hadapan publik di Jamaika.
Advertisement
"Ada momen pamer kemesraan timbal balik yang luar biasa dari Meghan, di mana dia meletakkan telapak tangan kanannya di dada Harry. Dada dikenal sebagai area sensitif dalam bahasa tubuh, karena di situlah sebagian besar organ vital Anda berada. Faktanya dia meletakkan tangannya di sana membuktikan bahwa ada kepercayaan dan hubungan baik yang besar di antara mereka. Dari foto yang saya lihat, mereka tidak pernah sekuat ini," tuturnya, dikutip dari Hello Magazine, Kamis (25/1/2024).
Ia juga melihat Meghan menunjukkan kontak mata yang panjang dan lama pada Harry pada malam itu. Ia juga melihat tidak banyak jarak di antara mereka, keduanya tampak sangat dekat.
"Sentuhan fisik, kedekatan, dan kontak mata adalah tiga isyarat utama yang menandakan seseorang sedang jatuh cinta, dan Meghan menunjukkan semuanya," jelas Stanton.
Cara Berpegangan Tangan
Darren menyatakan bahwa Harry dan Meghan menunjukkan hubungan yang sangat kuat dibandingkan sebelumnya. Ia mengatakan sebelumnya bahwa mereka menjadi kurang peka karena "hubungan mereka telah berkembang".
"Jika melihat bahasa tubuh mereka, kemesraan mereka di depan umum telah berubah secara drastis selama bertahun-tahun," katanya pada Januari 2023, seraya menambahkan bahwa mereka telah 'menutupinya'. Ia membandingkan antara potret pasangan itu berciuman di Piala Polo Sentebale pada 2018, tak lama setelah pernikahan kerajaan mereka, dan penampilan mereka yang lebih tenang dalam beberapa tahun terakhir.
Tetapi di Jamaika, mereka tak segan kembali memamerkan kemesraan di depan umum. Hal itu bisa terlihat dari cara mereka berpegangan tangan.
"Cara mereka berpegangan tangan cukup signifikan dan itu adalah hal pertama yang saya perhatikan. Bukan hanya sekadar berpegangan tangan, tetapi jari-jari mereka saling bertautan, yang merupakan sebuah cara yang sangat ketat untuk menunjukkan koneksi," ujarnya
"Dalam beberapa bulan terakhir, pasangan ini belum menunjukkan hubungan yang erat atau terbuka dalam hal PDA, namun hal ini sangat berbeda. Ini membuktikan kepada saya bahwa mereka berdua berada dalam posisi yang sangat kuat dan merasa benar-benar kuat, tersinkronisasi satu sama lain," sambungnya.
Advertisement
Foto Bareng PM Jamaika yang Minta Pisah dari Inggris
Secara keseluruhan, Harry terlihat rileks saat bersama Meghan Markle di acara tersebut. Bahunya turun, napasnya yang tenang, dan wajahnya tak memerah jadi pertanda. "Di acara itu, dia terlihat tenang dan bahagia berada di sana," imbuh Darren.
Pasangan itu bahkan sempat berfoto bersama dan berbincang dengan Perdana Menteri Jamaika Andrew Holness dan istrinya, Juliet. Mereka tersenyum lebar di depan kamera fotografer yang bertugas. Foto tersebut terkesan ironis mengingat Holness dikenal vokal menyuarakan keinginan negara itu berpisah dari Kerajaan Inggris, sebagai salah satu anggota persemakmuran.
Mengutip laman People, negara di Karibia ini adalah salah satu dari 15 negara merdeka, yang dikenal sebagai wilayah Persemakmuran, yang menganggap kedaulatan Inggris sebagai kepala negaranya. Namun, Holness telah menyatakan rencana untuk mengubahnya.
Pangeran William dan Kate Middleton sempat mengunjungi negara itu pada Maret 2022 yang dimanfaatkan Holness untuk membahas visinya untuk masa depan selain Kerajaan Inggris. Kunjungan Pangeran dan Putri Wales saat itu menuai kontroversi karena disambut dengan protes anti-kolonial di Jamaika dan Belize.
Holness mengatakan saat itu, "Kami sangat, sangat senang menerima Anda dan kami berharap Anda menerima sambutan hangat dari masyarakat." "Jamaika adalah negara yang sangat bebas dan liberal dan masyarakatnya sangat ekspresif, dan saya yakin Anda akan melihat spektrum ekspresi yang beragam kemarin," lanjut Holness.
Rencana Jamaika Berubah Menjadi Republik
Kunjungan Kate dan William ke Jamaika saat itu mewakili sang nenek, Ratu Elizabeth II, dalam memperingati Jubilee Platinum. Ratu Elizabeth II menjabat sebagai kepala negara Jamaika sebagai konsekuensi menjadi pimpinan negara persemakmuran. Namun, Jamaika berpikir untuk melepaskan diri dan mengikuti jejak Barbados yang menjadi republik yang merdeka pada 2021.
"Ada permasalahan di sini, yang seperti Anda ketahui, belum terselesaikan, namun kehadiran Anda memberi kami kesempatan untuk menempatkan permasalahan tersebut dalam konteksnya, untuk menjadi yang terdepan dan menjadi pusat perhatian dan untuk ditangani sebaik mungkin. Namun Jamaika, sebagai Anda lihat, adalah negara yang bangga dengan sejarahnya dan sangat bangga dengan apa yang telah kita capai," ujar Holness saat itu.
"Kami terus bergerak maju dan bermaksud untuk…memenuhi ambisi dan takdir kami yang sebenarnya untuk menjadi negara yang mandiri, maju, dan sejahtera."
Malam itu pula, Pangeran William mengungkapkan “kesedihannya yang mendalam” atas kengerian perdagangan budak dan peran Inggris di dalamnya dalam pidato penting pada jamuan makan malam diplomatik yang diselenggarakan oleh Gubernur Jenderal Jamaika. Namun, dia tidak mengomentari seruan untuk mencopot Ratu sebagai kepala negara, lapor Reuters.
Holness adalah perdana menteri termuda Jamaika saat ini yang berjanji untuk mengubah Jamaika dari monarki konstitusional menjadi republik selama kampanye pemilihannya. Pada 2022, Menteri Hukum dan Konstitusi Jamaika mengatakan bahwa negara tersebut akan berubah menjadi republik pada pemilihan umum berikutnya pada 2025, menurut BBC.
Advertisement