Liputan6.com, Jakarta - Gerakan tutup mulut (GTM) telah jadi satu salah satu momok bagi para orangtua, termasuk pesinetron Citra Kirana. GTM sendiri merupakan istilah yang digunakan saat anak enggan membuka mulut saat disuapi makanan.
Karena itu, Ciki, sapaan akrabnya, membagikan tip bikin menu makanan anti GTM sejak anak mengonsumsi menu pendamping ASI (MPASI) berdasarkan pengalaman pribadinya. "Selain sehat, rasanya juga harus enak," ia menyebut saat menghadiri acara "Royco Nutrimenu" di kompleks Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta, Selasa, 6 Februari 2024.
Baca Juga
Ibu satu anak ini menyambung bahwa penting untuk memastikan MPASI yang dikonsumsi anak terasa enak, supaya si kecil semangat menyantapnya. "Alhamudlillah Keene (putranya) belum pernah GTM dari MPASI sampai sekarang. Salah satunya karena aku pastikan makanannya rasanya oke, selain juga wajib bergizi," imbuhnya.
Advertisement
Ia juga menambahkan pentingnya para ibu mengedukasi diri terkait gizi seimbang anak dan keluarga. Ciki merekomendasikan, persiapan ini bahkan bisa dilakukan sejak remaja, jauh sebelum seorang perempuan menikah dan punya anak.
"Aku pribadi sebelum menikah sering diet kurang sehat, bisa dikatakan kekurangan gizi malah, tapi ke sini-sini belajar dan diet seperti itu harus diperbaiki," sebut dia.
Ketika menyiapkan menu makanan si kecil, Ciki mengaku banyak berkonsultasi dengan orangtua dan dokter anaknya. "Aku inget hari pertama Keene MPASI itu aku kasih mashed potato," kenang perempuan berusia 29 tahun tersebut.
Â
Menyiapkan Menu Bergizi Seimbang
Ciki melanjutkan, selama periode mengonsumsi MPASI, putranya paling suka makan hati ayam. "Belajar (soal gizi seimbang keluarga) itu bisa dari mana saja," katanya, "Aku sendiri bisa sambil browsing saat kerja. Karena itu, program 'Royco Nutrimenu' ini sangat membantu mengkreasikan menu yang menarik untuk anak."
"Anakku sekarang sudah (berusia) tiga tahunan, takutnya mulai bosan sama makannnya kalau itu-itu saja. Makanya aku lihat menu di website Royco yang bervariasi," imbuh pesinetron yang mulai kembali ke layar kaca itu.
Selain makanan berat, Ciki juga cermat memperhatikan camilan yang dikonsumsi putranya. "Karena makanan makanan bergizi ini harus (diperhatikan) secara menyeluruh, gizinya harus cukup," sebut dia. "Makanya, aku dan suami juga batasin banget anak ngemil, terutama karena kanudngan gula (dalam makanan ringan)."
Program "Royco Nutrimenu" sendiri diklaim digagas selaras dengan tema peringatan Hari Gizi Nasional 2024 yang bertujuan mengedukasi keluarga Indonesia menyajikan hidangan lezat sesuai pedoman "Isi Piringku" guna mencegah berbagai permasalahan malnutrisi, khususnya stunting.
Advertisement
Stunting di Indonesia
Sebagaimana diketahui, stunting adalah kondisi yang disebabkan kekurangan gizi kronis, ditandai tinggi badan di bawah standar usia dan berpotensi menimbulkan gangguan metabolik saat anak dewasa. Prevalensi stunting sendiri tercatat turun jadi 21,6 persen pada 2023.
Namun, kolaborasi banyak pihak masih dibutuhkan untuk mencapai target pengurangan stunting jadi 14 persen pada 2024. Dalam sambutannya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, "Indonesia Emas 2045 tidak dapat terwujud tanpa manusia yang sehat dan cerdas."
"Karena itu, sangat penting menjaga dan meningkatkan kesehatan masyarakat, salah satunya melalui konsumsi makanan bergizi. Hari Gizi Nasional 2024 mengangkat tema 'MPASI Kaya Protein Hewani untuk Mencegah Stunting' agar praktik makanan bergizi dimulai dari keluarga, diawali dari pemahaman orangtua akan pentingnya MPASI kaya protein hewani sehingga mampu membiasakan anak makan bergizi agar bebas stunting."
"Di Indonesia, 4 dari 10 anak usia 6 sampai 23 bulan tidak mendapat MPASI sesuai standar gizi dan berpengaruh pada meningkatnya risiko stunting pada anak di bawah dua tahun," imbuhnya. "Maka itu, edukasi dan pendampingan praktik konsumsi bergizi harus diperkuat."
Edukasi Makanan Bergizi Sejak Dini
Edukasi makanan bergizi seimbang, menurut Direktur Nutrition Unilever Indonesia, Amaryllis Esti Wijono, tidak hanya diberikan pada orangtua, namun juga para remaja yang dianggap sebagai calon orangtua di masa depan.
Direktur Analisis Dampak Kependudukan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr. Faharuddin, menyebut bahwa makanan bergizi sebenarnya ada di mana-mana dan berharga murah. "Daun kelor, misalnya," ia mencontohkan.
"Tinggal bagaimana diedukasi, terutama para orangtua di daerah pelosok, untuk menyiapkan menu makanan bergizi," imbuhnya.
Selaras dengan itu, pada 2024, program "Royco Nutrimenu" diklaim akan mengembangkan jaringan kolaborasi dengan menyasar perempuan di berbagai tahapan usia, termasuk remaja putri sebagai bekal pengetahuan untuk mencegah potensi gizi buruk pada keluarga mereka di masa depan.
Karenanya, Royco berkolaborasi dengan NU Care-LAZISNU sebagai bagian dari GKMNU, khususnya pada pilar NUCare Sehat, yang berfokus pada tindakan preventif seputar kesehatan, termasuk melalui edukasi nutrisi dengan tambahan modul yang telah dikembangkan GKMNU.
Kerja sama ini menargetkan berbagai lapisan masyarakat, termasuk 50 ribu santriwati di pesantren NU dan 50 ribu ibu Majlis Taklim.
Advertisement