Wisatawan Diminta Waspadai Gelombang Panas di Thailand, 30 Orang Meninggal karena Heatstroke

Thailand mengalami gelombang panas yang ekstrem. Peringatan dikeluarkan bahwa suhu di negara tersebut dapat mencapai di atas 52 derajat celcius.

oleh Asnida Riani diperbarui 29 Apr 2024, 12:00 WIB
Diterbitkan 29 Apr 2024, 12:00 WIB
20161217-Golden-Budha-Temple-HEL
Bagian samping kuil Golden Budha di kota Bangkok, Thailand, Sabtu (17/12). Salah satu biksu yang ada di kuil tersebut memprediksi hasil laga final kedua Piala AFF 2016 antara Thailand melawan Indonesia. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Thailand sedang menghadapi gelombang panas, dengan suhu yang diperkirakan dapat mencapai di atas 52 derajat celcius. Warga lokal dan wisatawan disarankan untuk tinggal di dalam ruangan dalam waktu lama untuk mencegah sengatan panas.

Wakil direktur jenderal Departemen Pengendalian Penyakit Thailand mengatakan pada AFP, dilansir dari Says, Senin (29/4/2024), bahwa para pejabat mendesak para lansia dan mereka yang memiliki kondisi medis, termasuk obesitas, untuk tetap berada di dalam rumah dan minum air secara teratur.

Fenomena cuaca ekstrem ini telah menyebabkan 30 orang meninggal dunia akibat heatstroke antara 1 Januari sampai 17 April 2024. Indeks panas mengungkap bahwa suhu telah mencapai tingkat yang "sangat berbahaya."

Suhu di Bangkok mencapai 40,1 derajat celcius pada Rabu, 24 April 2024, dan suhu serupa diperkirakan akan terjadi dalam beberapa hari mendatang. Menurut The Nation, cuaca di Bangkok, khususnya, dikatakan mencapai 41 derajat celcius pada Jumat, 26 April 2024.

Secara umum, bulan April memang jadi waktu terpanas sepanjang tahun di Negeri Gajah Putih. Namun, pola cuaca El Nino memperburuk keadaan. Ini adalah pola iklim yang menyebabkan pemanasan permukaan air yang tidak biasa di Samudra Pasifik bagian timur.

Hal ini membawa cuaca lebih kering dan panas ke sebagian besar wilayah Asia Tenggara, tapi menyebabkan hujan lebat dan fenomena cuaca tidak biasa di bagian lain dunia. Departemen Meteorologi Thailand memperkirakan "cuaca panas dan berkabut" pada siang hari di sebagian besar wilayah Thailand, dengan hujan petir terisolasi hingga 2 Mei 2024.

 

Mengurangi Dampak Gelombang Panas

Jumlah Kunjungan Turis ke Thailand Anjlok
Turis berjalan di luar kompleks bangunan Istana Raja di Bangkok, 8 Maret 2020. Jumlah kedatangan turis ke Thailand tahun ini diperkirakan turun hingga 6 juta, terendah dalam empat tahun terakhir, menurut Otoritas Pariwisata Thailand (TAT) dalam konferensi pers baru-baru ini. (Xinhua/Zhang Keren)

Suhu di sebagian besar wilayah Thailand mungkin berkisar antara 41 derajat celcius sampai 44 derajat celcius dalam beberapa hari ke depan. Sementara itu, pemerintah negara itu sedang berusaha mengurangi dampak gelombang panas di sana.

Mereka telah membuka pusat penanganan bencana dan memasang tenda-tenda darurat di beberapa wilayah untuk memberi tempat perlindungan bagi masyarakat yang terdampak. Selain itu, pihaknya telah meminta bantuan dari organisasi kemanusiaan dan negara-negara tetangga.

Kondisi cuaca yang ekstrem juga telah memengaruhi sektor pertanian dan peternakan di Thailand. Tanaman dan hewan ternak mengalami kerusakan akibat suhu yang tinggi dan kekurangan air. Pemerintah telah memberi bantuan pada petani dan peternak yang terdampak untuk membantu mereka mengatasi situasi ini.

Dengan suhu yang terus meningkat, penting bagi masyarakat dan wisatawan di Thailand untuk tetap waspada dan mengambil tindakan pencegahan yang dianjurkan pemerintah. Kesehatan dan keselamatan jadi prioritas utama dalam menghadapi kondisi cuaca ekstrem ini.

 

Tidak Hanya Gelombang Panas

Potret Kota Chiang Mai di Thailand Berselimut Polusi Udara
Tingkat polusi yang tinggi di kota Chiang Mai di Thailand utara dan provinsi sekitarnya membuat turis menjauh dan mengkhawatirkan penduduk setempat. (AFP/Lillian Suwanrumpha)

Tidak hanya gelombang panas. Saat Provinsi Chiang Rai di Thailand berjuang melawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang melanda wilayah tersebut, turis telah diminta terus waspada, pekan lalu. Kebakaran ini telah menyebabkan "kerusakan signifikan" pada ekosistem alam, serta mengancam kehidupan flora dan fauna di daerah tersebut.

Melansir The Thaiger, Kamis, 25 April 2024, karhutla terjadi akibat kondisi cuaca kering dan angin kencang yang memicu penyebaran api dengan cepat. Diperkirakan bahwa kebakaran ini telah meluas hingga mencapai ribuan hektare. Pemadam kebakaran dan tim penyelamat dari berbagai wilayah telah dikerahkan untuk membantu memadamkan api.

Pemerintah setempat telah mengambil langkah-langkah darurat untuk mengatasi karhutla. Mereka pun meminta bantuan dari pasukan militer, relawan, dan masyarakat setempat untuk bergabung dalam upaya pemadaman kebakaran. Water bombing juga dikerahkan untuk membantu memadamkan api dari udara.

Kebakaran hutan tidak hanya mengancam kehidupan tumbuhan dan hewan, tapi juga berdampak pada kesehatan masyarakat sekitar. Asap yang dihasilkan dari kebakaran ini dapat menyebabkan masalah pernapasan dan mengganggu kualitas udara di daerah tersebut.

Peringatan dari Pemerintah

Potret Kota Chiang Mai di Thailand Berselimut Polusi Udara
Pemerintah setempat pada Senin (10/4), menghimbau penduduk untuk menghindari aktivitas di luar ruangan. (AFP/Lillian Suwanrumpha)

Pemerintah setempat mengeluarkan peringatan pada penduduk setempat agar tetap waspada dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan. Kebakaran hutan juga berdampak pada sektor pariwisata di Provinsi Chiang Rai.

Beberapa objek wisata terkenal, seperti Taman Nasional Doi Luang dan Kuil Putih Wat Rong Khun, mengalami penurunan kunjungan wisatawan akibat karhutla yang masih berlangsung. Hal ini berdampak pada ekonomi lokal dan pendapatan masyarakat sekitar. 

Pemerintah Provinsi Chiang Rai berharap dapat segera mengendalikan karhutla dan memulihkan ekosistem yang rusak. Mereka juga berencana menginisiasi upaya pemulihan dan reboisasi setelah kebakaran berhasil dipadamkan. Pihak berwenang akan menginvestigasi untuk menentukan penyebab karhutla dan mengambil langkah-langkah preventif agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.

Tujuan wisata populer lainnya, Chiang Mai, juga dilanda kondisi serupa. Wilayah di utara Thailand itu mencatat lebih dari 15 kebakaran, beberapa di antaranya berlangsung selama berhari-hari. Menurut otoritas setempat, 17 dari 153 titik api terdeteksi di kota tersebut pada 15 April 2024.

Infografis Pencegahan dan Bahaya Mengintai Akibat Cuaca Panas. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Pencegahan dan Bahaya Mengintai Akibat Cuaca Panas. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya