Liputan6.com, Jakarta - Uni Emirat Arab (UEA) mengumumkan peletakan batu pertama proyek bertajuk "Pusat Penelitian Mangrove Internasional Mohamed bin Zayed - Joko Widodo". Proyek kerja sama dengan Indonesia yang berlokasi di Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali itu bertujuan untuk memperkuat upaya global dalam mengembangkan mangrove. Taman mangrove itu terbentang di lahan seluas 1.158,44 hektare dan terletak di sekitar Teluk Benoa.
Diketahui hutan mangrove merupakan salah satu solusi terpenting dalam menghadapi perubahan iklim dan melindungi ekosistem kawasan pesisir. Suhail Mohamed Al Mazrouei, Menteri Energi dan Infrastruktur UEA sekaligus Utusan Khusus untuk Menteri Luar Negeri Republik Indonesia menegaskan bahwa proyek tersebut sebuah langkah penting untuk menguatkan kerja sama internasional di bidang penelitian lingkungan.
Baca Juga
"Proyek ini mencerminkan komitmen UEA untuk melindungi lingkungan, khususnya ekosistem sensitif seperti mangrove," kata Suhail Mohamed, melalui rilis yang diterima Tim Lifestyle Liputan6.com, Selasa (21/5/2024).
Advertisement
Menteri Suhail menjelaskan bahwa proyek ini akan berkontribusi dalam mengembangkan strategi yang diperlukan untuk melestarikan lingkungan. Lembaga ini juga akan menjadi platform bagi para ilmuwan dan peneliti untuk bekerja sama serta bertukar pengalaman dan pengetahuan lingkungan, khususnya mangrove, yang akan meningkatkan kemampuan untuk menghadapi tantangan lingkungan saat ini dan di masa depan.
"Proyek Pusat Penelitian Mangrove Mohamed bin Zayed-Joko Widodo mendukung kebijakan UEA yang sejalan dengan tujuan Konferensi COP28, yang fokus pada memperkuat upaya global dalam menghadapi perubahan iklim dan mewujudkan kelestarian lingkungan," kata Menteri Suhail.
Rencana Tanam 100 Juta Pohon Bakau
Menteri Perubahan Iklim dan Lingkungan Hidup UEA Amna bint Abdullah Al Dahhak menegaskan bahwa di bawah kepemimpinan Presiden UEA Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan, UEA sangat ingin berkontribusi dan berperan aktif dalam menemukan solusi praktis untuk melindungi lingkungan dan mendukung upaya keberlanjutan bagi seluruh warga dunia.
Ia menambahkan, lembaga ini mewakili salah satu kontribusi terpenting UEA dalam kerja samanya dengan Indonesia untuk mempromosikan solusi berbasis alam dalam rangka mengatasi dampak perubahan iklim di kedua negara dan dunia. "Karena hutan mangrove merupakan penyimpanan karbon alami yang mendukung berbagai solusi teknologi untuk mengurangi emisi karbon," terangnya.
Lebih lanjut, Menteri Amna menyatakan bahwa lembaga ini mendukung upaya penyebaran lebih banyak lagi pohon mangrove secara global, terutama di UEA. Pihaknya berencana menanam 100 juta pohon bakau pada 2030, selain juga Indonesia yang memiliki hutan bakau terbesar dan paling beragam di dunia.
Advertisement
Hutan Mangrove di Dunia Menyusut
Mengingat penurunan signifikan hutan mangrove di dunia, UEA menyadari bahwa kehilangan lebih banyak hutan mangrove akan memperparah dampak perubahan iklim. Amna mencontohkan terjadinya lebih banyak banjir dan badai serta ancaman bencana hidrologis pada masyarakat di wilayah pesisir.
Untuk itu, kolaborasi Pusat Penelitian Mangrove Mohamed bin Zayed-Joko Widodo ini akan berupaya mencari solusi untuk menghentikan kerugian akibat hilangnya kekayaan lingkungan ini. Upaya global tersebut, sambung dia, merupakan upaya peningkatan penyebaran hutan mangrove, terutama Mangrove Alliance for Climate yang diluncurkan oleh UEA bekerja sama dengan Indonesia dan 41 negara di seluruh dunia.
Pihaknya juga mengembangkan Mangrove Development Initiative, yakni upaya kolaboratif antara Global Mangrove Alliance dan para pemimpin urusan iklim di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pusat Penelitian Internasional Mangrove Mohamed bin Zayed-Joko Widodo akan dibangun di atas lahan seluas 2,5 hektare. Tempat tersebut akan ditunjang dengan infrastruktur pendukung seperti jalan, listrik, dan air.
Mangrove Sebagai Ekosistem Paling Produktif
Hutan mangrove adalah salah satu ekosistem yang paling produktif dan penting bagi lingkungan di muka bumi. Mangrove mampu menyimpan karbon hingga 400 persen lebih cepat dibandingkan hutan hujan tropis.
Hutan ini menyerap emisi dan melindungi lingkungan pesisir, dimana 80 persen populasi ikan global bergantung pada ekosistem mangrove yang sehat. Patut dicatat bahwa pendirian pusat penelitian mangrove ini diumumkan untuk pertama kalinya pada Konferensi Para Pihak Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim ke-28 (COP28), yang diselenggarakan di UEA tahun lalu.
Peletakan batu pertama Pusat Internasional untuk Penelitian Mangrove Mohamed bin Zayed - Joko Widodo dihadiri oleh para pejabat kedua negara, antara lain Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Energi dan Infrastruktur UEA sekaligus Utusan Khusus untuk Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Suhail Mohamed Faraj Faris Al Mazrouei, dan Menteri Perubahan Iklim dan Lingkungan Hidup UEA Dr. Amna bint Abdullah Al Dahhak. Hadir pula Duta Besar UEA untuk Republik Indonesia, Republik Timor Leste, dan ASEAN, serta sejumlah pejabat tinggi dari kedua negara.
Advertisement