Liputan6.com, Jakarta - Penerbangan domestik Air New Zealand NZ607 rute Wellington ke Queenstown, Selandia Baru, Minggu, 16 Juni 2024, mengalami turbulensi parah. Insiden itu mengakibatkan seorang penumpang pesawat dan pramugari terluka.
Melansir Mothership, Rabu (19/6/2024), seorang penumpang, yang tetap memakai sabuk pengaman, dilaporkan tersiram air panas dari teko kopi panas di troli layanan, lapor RNZ. Sementara itu, awak kabin terbentur langit-langit. Pesawat tersebut mengalami guncangan kecil saat layanan minuman berlangsung sekitar 15 menit setelah penerbangan.
Advertisement
Itu kemudian diikuti "guncangan hebat." Troli bergerak di lorong, menumpahkan kopi panas dari teko ke perut dan punggung penumpang. Penumpang yang terluka kemudian menuangkan sebotol air dingin ke tubuhnya setelah tersiram air panas.
Seorang paramedis yang duduk di belakangnya langsung memberi pertolongan pertama. "Tidak ada yang dapat saya lakukan. Saya terikat (karena memakai sabuk pengaman), saya ingin tetap memakai sabuk pengaman, karena ada lebih banyak turbulensi, tapi saya juga harus mengobati luka bakar (karena tersiram kopi panas)," kata korban yang diidentifikasi dengan nama Suze tersebut.
Ia menyambung, "Saya berhasil mengambil sebotol air dingin dan mulai menyiram diri saya sendiri dan saya berbicara dengan pramugari yang masih terbaring di lantai dan berkata, 'Tidak apa-apa jika saya menumpahkan air ke mana-mana karena itulah yang saya akan lakukan?' dan ia berkata, 'Lakukan saja.'"
Suze memberi tahu Checkpoint bahwa turbulensi berlangsung beberapa saat dan ia terjebak di kursinya. "Saya tentu tidak ingin melepaskan sabuk pengaman, sementara troli masih menghalangi, saya tidak bisa pergi kemana-mana. Itu kacau."
Pengakuan Korban Luka Turbulensi Penerbangan Air New Zealand
Korban kejadian itu mengaku ingin Air New Zealand mempertimbangkan penyajian minuman panas pada penerbangan jarak pendek dan memperbaiki tutup teko kopi mereka. "(Tutup teko) tampaknya lepas dengan cepat dan saya pikir pada penerbangan jarak jauh, Anda akan melihat teko kopi atau teko air panas semuanya tertutup rapat," katanya.
"Maksud saya, fakta bahwa tutup teko lepas dengan cepat dan sejumlah besar cairan panas dapat keluar, itu adalah sesuatu yang dapat diperbaiki dengan cukup cepat," ia menambahkan. "Beruntung, luka bakar saya tidak terlalu parah."
Penumpang lain dalam penerbangan mengatakan pada media lokal Crux bahwa seorang pramugari sempat menyyebut, ini adalah turbulensi hebat terburuk yang pernah ia alami dalam kariernya. Air New Zealand mengatakan, awak kabin telah dilatih untuk merespons situasi seperti itu.
Prosedur mereka salah satunya merinci kapan penumpang dan awak kabin diminta duduk di tempat mereka pada berbagai tingkat turbulensi. Kepala Petugas Integritas dan Keselamatan Operasional Kapten David Morgan mengatakan, turbulensi clear air bisa terjadi ketika udara kasar tidak terlihat.
Advertisement
Korban Luka Turbulensi Penerbangan Air New Zealand Dibawa ke Rumah Sakit
Morgan berkata, mereka selalu meninjau prosedur untuk memastikan keselamatan pelanggan dan petugas. Bandara Queenstown menyambung, ambulans diminta siaga setelah penerbangan itu mendarat.
Hato Hone St John mengatakan, pihaknya dipanggil ke Bandara Queenstown sebelum pukul 3 sore hari itu, dan membawa dua pasien ke Rumah Sakit Distrik Lakes dalam kondisi cedera sedang. Maskapai tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Crux bahwa para penumpang telah diberitahu akan ada guncangan dalam penerbangan.
Sebelum ini, terbulensi di penerbangan Singapore Airlines telah jadi berita utama. Investigasi awal turbulensi parah yang menimpa penerbangan Singapore Airlines mengungkap bahwa pesawat tersebut berakselerasi dengan cepat ke atas dan ke bawah. Burung besi itu juga turun sekitar 178 kaki (54 meter) dalam waktu 4,6 detik.
Melansir BBC, 1 Juni 2024, seorang penumpang asal Inggris tewas dan puluhan lainnya luka-luka ketika penerbangan London-Singapura mengalami turbulensi di langit Myanmar sebelum akhirnya dialihkan untuk mendarat di Thailand. Penyelidik Singapura telah mengekstraksi data penerbangan dan kotak hitam demi melakukan penyelidikan.
Hasil Investigasi Awal Turbulensi Singapore Airlines
Singapore Airlines mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan penyelidik, serta mendukung penumpang dan awak yang terdampak, termasuk biaya pengobatan dan rumah sakit. Temuan awal Biro Investigasi Keselamatan Transportasi Singapura (TSIB) menyatakan, akselerasi cepat ke atas dan ke bawah menyebabkan cedera pada penumpang yang tidak mengenakan sabuk pengaman.
Badan tersebut mengatakan, penerbangan tersebut beroperasi seperti biasa hingga kemungkinan terbang di atas area yang "mengembangkan aktivitas konvektif" saat melewati selatan Myanmar pada ketinggian 37 ribu kaki. Pada 07.49.40 GMT, setelah periode akselerasi ke atas, pesawat tersebut dengan cepat berakselerasi ke bawah dalam kurun waktu 0,6 detik.
Efeknya diibaratkan, seperti "meletakkan telur di dalam kotak, lalu menggoyangkannya ke atas dan ke bawah," kata pakar penerbangan Dr Guy Gratton pada BBC. "Setelah pilot diberitahu awak kabin bahwa ada penumpang yang terluka di dalam kabin, (ia) mengambil keputusan untuk mengalihkan ke Bandara Suvarnabhumi, Bangkok, Thailand," lanjut laporan itu.
Sekitar 17 menit setelah turbulensi, pilot mampu melakukan "penurunan terkendali dari ketinggian 37 ribu kaki," kata laporan tersebut. Mereka menambahkan bahwa pesawat tidak mengalami turbulensi lebih parah selama pengalihan penerbangan ke Bangkok.
Advertisement