Aturan Memberi Tip untuk Tour Guide dan Etika Wisata Berombongan yang Wajib Diperhatikan

Budaya tipping untuk banyak masyarakat Indonesia mungkin dianggap tabu, tapi di dunia pariwisata itu adalah hal wajar, khususnya tip untuk tour guide.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 30 Jul 2024, 10:01 WIB
Diterbitkan 30 Jul 2024, 10:01 WIB
Agoda bersama WWF-Singapore Tawarkan Perjalanan Wisata Ramah Lingkungan Lewat Program Eco Deals
Ilustrasi Salah satu pantai di Bali. (Sumber foto: Pexels.com).

Liputan6.com, Jakarta - Makin banyak cara untuk bisa berwisata. Salah satunya dengan ikut paket tur yang ditawarkan beragam agen perjalanan. Mereka sudah menyiapkan rute hingga akomodasi yang akan diinapi, tetapi seringkali tip untuk tour guide tidak dimasukkan dalam komponen biaya.

General Manager of Tour Golden Rama Yohanes Wahyu menyatakan, budaya tipping bagi tour guide bukanlah hal yang tabu, tetapi itu adalah gestur standar di dunia pariwisata. Namun, banyak orang Indonesia tak paham bagaimana memberi tip bagi pemandu turnya.

"Tips per hari average 2--5 dolar per hari per orang. Kalau ke Eropa ya hitungannya euro," ucapnya dalam sesi wawancara bersama media di Jakarta, Senin, 29 Juli 2024.

Besaran itu berlaku untuk Anda yang ikut dalam rombongan tur wisata besar. Angkanya berbeda bila tur dilakukan hanya untuk kelompok kecil, misal satu keluarga saja.

"Misalnya, travel berempat satu keluarga sepaket dengan sopir. Besarannya kalau individu bisa 50 dolar per hari, baik di Eropa atau Amerika. Kalau dalam grup, jatuhnya jadi lebih murah," ucapnya. Tour guide biasanya akan menagih tips itu di tengah perjalanan, tapi tidak menutup kemungkinan akan memintanya saat akan berpisah menuju tempat tujuan asal tamu yang dibawanya.

 

Selain persoalan tip, berwisata bersama rombongan tur juga diklaim memiliki kelebihan dalam hal memberi ketenangan dan kenyamanan. Salah satunya perihal rute perjalanan yang sudah diatur sedemikian rupa agar mengakomodasi kebutuhan calon pelancong.

 

Etika Pergi dalam Rombongan Tur

Kembali Dibuka, Museum Louvre Dipenuhi Pengunjung
Pengunjung mengentre di piramida Louvre yang dirancang arsitek China Ieoh Ming Pei, pintu masuk ke Museum Louvre pada hari pertama pembukaan di Paris (6/7/2020). Setelah berbulan-bulan ditutup akibat lockdown Covid-19, Museum Louvre kembali dibuka pada 6 Juli 2020. (AFP/Francois Guillot)

Berbeda dengan berangkat sendiri, calon traveler harus melakukan studi sebelum pergi. Itu pun belum tentu sesuai harapan mengingat kondisi riil di lapangan bisa jadi tak sesuai dengan informasi yang terjadi secara online. Di samping, keberadaan pemandu bisa membantu anggota tur yang mengalami masalah dokumen, seperti kehilangan paspor atau urusan visa, karena mereka memiliki jaringan lebih luas dibanding peserta.

"Kalau group tour, kita ada economic scale, dapat relationship, urusan airlines, transportation, akomodasi udah enggak menerka-nerka lagi," imbuh Yohanes.

Meski nyaman, bukan berarti tanpa aturan. Yohanes mengingatkan bahwa ada etika yang harus dijaga, yakni saling menghargai satu sama lain. Utamanya urusan waktu. "Kalau ada satu pasang yang hobi telat, pastinya bisa ngerugiin 18 orang lainnya. Jadi, ketepatan waktu mesti dijaga," ujarnya.

Selain itu, panduan dari tour leader semestinya diperhatikan. Aturan-aturan setempat jangan sampai diabaikan karena bila dilanggar, kita akan dianggap tak sopan. "Harus peka dengan budaya lokal," ucap dia.

Destinasi Liburan Luar Negeri Favorit Orang Indonesia

FOTO: Jepang Masukkan Tokyo dalam Program Subsidi Perjalanan Domestik
Pengunjung terlihat di lokasi wisata Asakusa, Tokyo, Jepang, 4 Oktober 2020. Jepang memasukkan Tokyo dalam program subsidi perjalanan domestik yang disebut kampanye Go To Travel mulai 1 Oktober, setelah pada Juli lalu Tokyo tidak memenuhi syarat akibat lonjakan kasus COVID-19. (Xinhua/Du Xiaoyi)

Terkait rute perjalanan luar negeri, Yohanes menyatakan bahwa Eropa Barat masih menjadi destinasi liburan favorit orang Indonesia saat ke luar negeri. Selain itu, Eropa Utara juga mulai naik daun, terutama mengunjungi tempat di mana aurora berada.

Presiden Direktur Golden Rama Madu Sudono menyebut ada pergeseran tren terkait perjalanan liburan ke Eropa tersebut. Jika biasanya pelancong ingin mengunjungi negara sebanyak-banyaknya, kali ini mereka banyak yang lebih suka menikmati satu destinasi lebih lama sehingga jumlah negara yang dikunjungi jadi lebih sedikit.

"Ada pula yang cari thematic experience, misal ada yang lebih suka ke olahraga, atau culinary experience, mencicipi makanan sekelas Mchelin star. Banyak pengalaman baru," ujarnya.

Selain Eropa, Jepang juga menjadi destinasi favorit utama orang Indonesia. Terlebih, nilai tukar yen terhadap rupiah sedang turun sehingga harga di sana dianggap lebih terjangkau. 

Yang tidak disangka adalah China. "Permintaannya di luar ekspektasi, apalagi destinasi-destinasi baru di China banyak sekali. Ada Chongqing sampai ke Mongolia, interest market tinggi sekali," ia melanjutkan.

Pengalaman Tak Menyenangkan Rombongan Wisatawan

Rombongan Turis China Ditahan di Toko Perlengkapan Tidur, Dilarang Pergi Sebelum Membeli
Ilustrasi pintu terkunci. (dok. Aleksandr Kadykov/Unsplash)

Di luar kenyamanan, ada risiko yang mengintai bila ikut rombongan tur wisata yang tak terkurasi. Insiden itu dialami rombongan wisatawan asal China saat mereka diajak ke toko perlengkapan tidur oleh pemandu wisata. Mereka dipaksa berbelanja di toko tersebut.

Kejadian itu direkam lewat video berdurasi 53 detik yang diunggah ke Weibo pada 27 Maret 2024. Video itu menunjukkan sekelompok wisatawan dari Provinsi Liaoning, China, yang mengaku disandera di sebuah toko kasur di Xishuangbanna, Provinsi Yunnan.

South China Morning Post melaporkan bahwa rombongan turis yang terdiri dari 37 orang tersebut diyakini telah ditahan di toko tersebut selama beberapa jam pada 26 Maret 2024 setelah menolak membeli apa pun. Dalam video itu, terdengar suara wanita di belakang kamera yang mengeluh bahwa mereka tidak diizinkan pergi.

"Kami tiba pada siang hari dan kami masih di sini," kata wanita itu, dikutip AsiaOne, Minggu, 14 April 2024. Anggota rombongan terlihat duduk dan berbaring di tempat tidur toko sementara staf toko tampak berjaga di dekat pintu.

Menurut platform berita China NetEase, pemandu wisata mereka telah pergi seolah membiarkan staf toko terus meminta rombongan turis itu membeli barang agar bisa pergi. Turis tersebut juga menjelaskan bahwa setiap orang telah menghabiskan 3.979 yuan (sekitar Rp9 juta) untuk mengikuti tur grup yang dikelola oleh Layanan Perjalanan Internasional Liaoning Youde.

Infografis Aturan Berwisata di Indonesia
Infografis Aturan Berwisata di Indonesia. (Dok: Tim Grafis/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya