Solo Traveling ke Taman Nasional Baluran, Naik Damri dari Banyuwangi Hanya Rp15 Ribuan

Anda bisa naik Damri dengan tarif Rp15.000 saja berkeliling Taman Nasional Baluran di Banyuwangi, pemesanan tiket dapat dilakukan melalui aplikasi dan dianjurkan untuk pesan tiket pulang dan pergi.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 27 Agu 2024, 09:00 WIB
Diterbitkan 27 Agu 2024, 09:00 WIB
Taman Nasional Baluran di Banyuwangi @yourtravelmates
Taman Nasional Baluran di Banyuwangi. (Dok: TikTok @yourtravelmates)

Liputan6.com, Jakarta - Taman Nasional Baluran di Jawa Timur merupakan salah satu destinasi wajib bagi traveler yang ke Banyuwangi setelah menyambangi Kawah Ijen. Biasanya orang akan memakai jasa open trip dari kota asal dan pergi dengan rombongan agar biayanya murah.

Namun Anda yang suka bepergian solo traveling tetap bisa menghemat bujet jika memilih moda transportasi yang tepat. Seperti pengalaman yang dibagikan oleh seorang pejalan di akun Tiktok @yourtravelmates.

"Cuma modal 15 ribu (rupiah) kamu bisa explore Baluran naik Damri," ungkapnya pada konten yang diunggah 28 Mei 2024.

Ia pun memberitahu caranya, yaitu dengan melakukan pemesanan melalui aplikasi Damri. Titik awal keberangkatan yang dipilih adalah melalui Taman Sri Tanjung Banyuwangi menuju Baluran.

Kemudian di aplikasi akan terlihat denah tempat duduknya, untuk itu pilih sesuai yang diinginkan. "Liat nih, tarifnya cuma 15.500 (rupiah) aja," sambungnya sambil menunjukkan tahapan untuk pembayaran yang bisa dilakukan secara digital.

Ia lalu menyarankan agar membeli tiket pulang-pergi sekalian. Menurutnya ada dua kali keberangkatan dari Banyuwangi setiap harinya yaitu di pagi pada pukul 08.00 dan siang hari sekitar pukul 13.00 waktu setempat.

Armada yang disediakan sudah menggunakan jenis mini bus yang muat sekitar 10 orang. Penumpang akan diantar sampai depan gerbang Taman Nasional Baluran.

Dia mengebutkan bahwa harga tiket bus Damri tersebut belum termasuk tiket masuk Taman Nasional Baluran. Nah, setelah membeli tiket, penumpang akan diantar keliling Taman Nasional Baluran dari ujung ke ujung mulai Evergreen, Savana Bekol, sampai Pantai Bama. 

Pastikan Musim yang Diinginkan Saat Datang ke Baluran

Padang Savana Bekol, kawasan Taman Nasional Baluran (Istimewa)
Padang Savana Bekol, kawasan Taman Nasional Baluran (Istimewa)

Saat pergi ke Baluran ia mengaku datang di  saat musim hujan, sehingga nuansanya savananya terlihat hijau. Sementara jika ingin merasakan suasana ala Afrika dengan savana kecokelatan, ia menganjurkan datang saat musim panas.

"Pokoknya tenang aja, nggak beda jauh dengan open trip. Bapak driver-nya tuh bakal berhenti di beberapa spot andalan wisatawan dan bakal nungguin untuk foto-foto," terangnya.

Lebih lanjut, kreator konten tersebut mengatakan bisa memesan layanan tersebut dari Stasiun Banyuwangi. "Caranya setelah booking kamu hubungi aja pihak Damri untuk minta nomor telepon driver yang bertugas," katanya.

Konten yang sudah disukai oleh lebih dari 151 ribu pengguna TikTok itu pun mendapat beragam tanggapan. Di antaranya warganet juga sudah mencoba layanan tersebut.

Selain itu ternyata bus akan tetap berangkat, meskipun pesertanya hanya satu orang saja. Layanan ini bahkan juga bisa dipergunakan untuk pemesanan ke Kawah Ijen. Namun sayangnya per Agustus 2024, layanan Damri ke Pulau Merah yang ikonik belum tersedia.

"Aku sudah coba ke Ijen, mantap banget sih ke Kawah Ijen 10 ribuan (rupiah)," tulis seorang warganet.

"Worth it sih, aku udah coba naik ini ke Baluran serasa private trip," kata yang lain.

Sejarah Taman Nasional Baluran

Padang Sabana kawasan Taman Nasional Baluran (Istimewa)
Padang Sabana kawasan Taman Nasional Baluran (Istimewa)

Dikutip dari laman resmi Taman Nasional Baluran, sejarah taman ini dimulai sejak 1920 silam. Ini berarti kawasan pelestarian alam itu telah eksis selama 103 tahun lamanya.   

Kawasan Baluran ini hadir dengan usulan pencadangan hutan Bitakol seluas sekitar 1.553 hektare untuk ditetapkan sebagai areal hutan produksi tanaman jati (jatibosch) (Wind dan Amir, 1977). Pada 1928, langkah konservasi kawasan Baluran telah dilakukan sejak lama pada masa pemerintahan Hindia Belanda.

Rintisan penunjukannya menjadi suaka margasatwa telah dilakukan oleh Kebun Raya Bogor sejak 1928. Rintisan ini didasarkan pada usulan A.H. Loedeboer (pemegang konsesi lahan perkebunan pada sebagian kawasan Baluran di daerah Labuhan Merak dan Gunung Mesigit kala itu).

Pada 23 Januari 1930 diterbitkan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda No. 83 (Gouvernement Besluit van 23 Januari 1930, No. 83) yang menetapkan Baluran sebagai Hutan Lindung (Boschreserve). Kemudian pada 25 September 1937, Pemerintah Hindia Belanda menerbitkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 9, Lembaran Negara Hindia Belanda 1937, No. 544 (Besluit van Gouverneur Generaal van Nederlandsch-Indië van 25 September 1937, No. 9, Staatsblad van Nederlandsch- Indië 1937, No. 544) yang berisi keputusan areal Baluran ditunjuk sebagai Suaka Margasatwa (wildreservaat) seluas sekitar 25.000 hektare. 

Pengelolaan Taman Nasional Baluran

Baluran
Padang Savana Bekol dmenga latar belakang gunung Baluran

Saat penunjukan kawasan Baluran sebagai wild resevaat (game reserve) pada 1937, areal hutan produksi jati Bitakol dimasukkan juga sebagai bagian kawasan dimaksud seluas total sekitar 25.000 hektare. Tetapi, penebangan dan penanaman jati terus dilakukan dalam skala kecil.

Pada 1949, jawatan kehutanan Banyuwangi merencanakan pengelolaan hutan untuk hutan Bitakol, diperluas hingga daerah lain di sepanjang jalan provinsi meliputi total areal seluas 4.739 hektare. Areal ini tidak pernah dikeluarkan dari kawasan suaka oleh pemerintah, dan meski disahkan oleh jawatan kehutanan di Jawa sebagai areal pemanfaatan jangka pendek mulai 1955 sampai 1964, kegiatan eksploitasi terus meningkat.

Area hutan seluas sekitar 1.000 hektare ditebang habis dan ditanami kembali dengan jati mulai 1955 sampai 1965 dan selanjutnya pada areal seluas sekitar 2.000 hektare mulai 1966 sampai 1976. Kampung-kampung masyarakat juga dibuat di areal ini (masih dalam kawasan suaka) pada periode itu untuk menyediakan tenaga kerja dalam pengelolaan areal hutan yaitu di blok Panggang dan Sidorejo (Wind dan Amir, 1977). 

 

Infografis 5 Destinasi Wisata Super Prioritas
Pemerintah telah menetapkan 5 Destinasi Super Prioritas, antara lain Borobudur, Likupang, Danau Toba, Mandalika, dan Labuan Bajo. (Dok: Tim Grafis/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya