Harga Kamar Hotel di Jepang Melonjak Hampir 2 Kali Lipat dari Sebelum Pandemi, Hotel Kapsul Jadi Alternatif Pelancong Bisnis

Meningkatnya kunjungan turis asing menyebabkan harga kamar hotel melonjak drastis. Biaya perjalanan dinas pun harus dikelola agar tidak ikut-ikutan melambung.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 20 Jan 2025, 07:30 WIB
Diterbitkan 20 Jan 2025, 07:30 WIB
Harga Kamar Hotel di Jepang Melonjak Hampir 2 Kali Lipat dari Sebelum Pandemi, Hotel Kapsul Jadi Alternatif Pelancong Bisnis
Hotel kapsul. (dok. Alec Favale/Unsplash.com)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Meningkatnya kunjungan turis asing ke Jepang, khususnya Tokyo, berdampak pada meroketnya harga kamar hotel konvensional. Perjalanan bisnis berefek karenanya. Perusahaan pun memutar otak untuk menekan biaya perjalanan dinas dengan memesankan karyawannya kamar di hotel kapsul.

Salah satunya diambil bos perusahaan IT Yoshiki Kojima. Untuk menghadiri rapat di Tokyo, ia memesankan karyawannya hotel kapsul yang menawarkan pod seukuran tempat tidur yang sempit, seringkali ditumpuk dua lapis dalam barisan. Hotel kapsul biasanya memiliki reputasi kumuh, tetapi Kojima menemukan tempat yang yang lebih nyaman dengan kasur premium dan TV di setiap kapsul.

"Ini bersih, nyaman, dan memiliki rumah mandi bersama tradisional. Karyawan saya mengatakan itu menyenangkan," katanya kepada AFP, dikutip Minggu, 19 Januari 2025.

Biaya menginap semalam di kapsul standar mulai dari 5.000 yen (sekitar Rp524 ribuan). Menurut Kojima, harga itu sudah naik dari biasanya.

Meski demikian, biayanya tetap lebih murah dari harga kamar standar di hotel bisnis di Tokyo yang rata-rata 20.048 yen (Rp2,1 juta) per malam pada November 2024. Sementara, harga kamar tertinggi sebelum pandemi hanya 12.926 yen (sekitar Rp1,35 juta) per malam pada April 2019, menurut data Tokyo Hotel Kai, grup yang beranggotakan sekitar 200 hotel.

"Saya senang ada begitu banyak pengunjung ke Jepang, tetapi saya setiap hari merasa pusing memikirkan cara yang fleksibel untuk menjalankan bisnis," kata Kojima, yang harus membawa sekitar 20 hingga 30 karyawan ke ibu kota untuk rapat perusahaan.

Efek Negatif dari Melonjaknya Kunjungan Turis Asing

Ilustrasi kota Tokyo, Jepang. (Unsplash/agafapaperiapunta)
Ilustrasi kota Tokyo, Jepang. (Unsplash/agafapaperiapunta)... Selengkapnya

Analis dari NLI Research Institute, Takuto Yasuda menyebut bahwa pada dasarnya ekonomi Jepang mendapat manfaat dari lonjakan kunjungan wisatawan asing karena menciptakan lapangan pekerjaan dan pendapatan dari belanja turis. Di sisi lain, lonjakan itu berdampak negatif pada warga lokal karena mereka tidak leluasa bepergian maupun kehidupan sehari-hari mereka terpengaruh oleh overtourism.

"Kekurangan tenaga kerja kronis di Jepang dan peningkatan biaya pasokan hotel juga mendorong naiknya biaya," ujar Yasuda.

Keisuke Morimoto, pemilik toko kimono di wilayah Nara, bagian barat Jepang, terkejut ketika mengetahui bahwa menginap dua malam di hotel Tokyo akan menghabiskan 60.000 yen. "Serius, apa yang harus saya lakukan untuk hotel untuk perjalanan bisnis saya?" tulisnya di X, dulunya Twitter.

Berbeda dengan Kojima, Morimoto mempertimbangkan untuk menyewa akomodasi via Airbnb yang memiliki opsi lebih murah. Pilihan itu lebih masuk akal, terutama bila pemerintah daerah benar-benar menaikkan pajak akomodasinya untuk melawan overtourism, seperti yang diumumkan otoritas Kyoto.

 

Solusi Atasi Kenaikan Harga Kamar Hotel

perbedaan waktu indonesia dan jepang
perbedaan waktu indonesia dan jepang ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Wali Kota Kyoto pada Selasa pekan lalu mengumumkan akan menaikkan pajak akomodasinya, termasuk hingga 10 kali lipat untuk hotel kelas atas. Sementara, Jepang menargetkan 60 juta pengunjung asing per tahun pada 2030.

Dengan peningkatan kunjungan, biaya perjalanan bisnis domestik ke Tokyo, Osaka, dan kota-kota besar yang menjadi tujuan wisata utama turis asing juga bisa lebih mahal. Itu karena pemesanan hotel melonjak tinggi untuk pertama kalinya. Data pemerintah menunjukkan jumlah pengunjung asing ke Tokyo telah berlipat ganda sejak 2019, dan naik 1,5 kali lipat di Osaka.

Untuk menyeimbangkan, pemerintah ingin wisatawan mengunjungi tujuan yang kurang dikenal, mendorong mereka untuk menginap setidaknya dua malam di kota-kota pedesaan. Yasuda setuju bahwa mengarahkan pengunjung ke tempat lain adalah kunci untuk mengurangi tekanan pada hotel-hotel urban.

Tingkat hunian pada 2024 untuk hotel bisnis di Tokyo yang dikelola oleh operator utama Fujita Kanko adalah 88 persen, dan tarif rata-rata naik 26 persen dari tahun lalu, kata perusahaan itu.

 

Turis Asing Juga Terdampak Overtourism

Ilustrasi bendera Jepang (AFP/Toru Yamanaka)
Ilustrasi bendera Jepang (AFP/Toru Yamanaka)... Selengkapnya

"Saat ini, permintaan terkonsentrasi di kota-kota besar seperti Tokyo dan Osaka, jadi kami berharap ini akan menyebar ke Sapporo, Naha, dan wilayah kecil lainnya," kata perusahaan itu.

Sementara, bos perusahaan IT Kojima mengungkapkan rencana drastis. "Saya sedang berpikir untuk memindahkan kantor pusat kami ke Sapporo, atau menyelenggarakan pertemuan di kota air panas dekat Tokyo," katanya. "Ada banyak daerah yang tidak dibanjiri wisatawan, dan kita dapat memanfaatkannya."

Sebelumnya, menurut survei yang dirilis pada Oktober 2024, lebih dari 30 persen turis asing di Jepang mengalami masalah yang terkait dengan overtourism selama perjalanan mereka pada 2024. Hasil survei juga menyebutkan bahwa lebih dari 60 persen responden bersedia dipatok tarif lebih tinggi untuk mengurangi kepadatan dan melindungi sumber daya alam dan budaya.

Masalah overtourism di Jepang yang paling sering dialami adalah destinasi wisata yang padat dengan 32 persen responden mengaku mengalaminya selama masa tinggal mereka. Persentasenya naik dibandingkan survei serupa yang dilakukan sebelum pandemi COVID-19 pada 2019 dengan 30 persen. Tanggapan terpopuler kedua dalam pertanyaan multi-jawaban adalah perilaku buruk seperti membuang sampah sembarangan dan memasuki area terlarang.

Infografis Jepang dan Inggris Tergelincir ke Jurang Resesi. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Jepang dan Inggris Tergelincir ke Jurang Resesi. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya