Â
Liputan6.com, Jakarta - Drama baru muncul akibat popularitas Moo Deng si kuda nil kerdil terkenal asal Thailand. Organisasi hak hewan PETA mendesak turis Inggris untuk tak mengunjungi Moo Deng di tempat tinggalnya saat ini, Kebun Binatang Khao Kheow.
Advertisement
Kelompok kesejahteraan hewan itu khawatir akan kesejahteraan satwa lucu itu di tengah ketenarannya saat ini. Pasalnya, Moo Deng, yang namanya berarti daging babi kenyal dalam bahasa Thailand, memicu lonjakan pengunjung di kebun binatang tersebut.
Advertisement
Secara terbuka, PETA mengritik pihak kebun binatang tersebut. "Khaow Kheow Open Zoo mengklaim untuk membiakkan hewan dalam penangkaran untuk konservasi, tetapi mari kita jujur, bisnis ini membiakkan hewan jauh dari rumah mereka dan memenjarakan mereka demi keuntungan," kata PETA, dikutip dari The Thaiger, Selasa (25/2/2025).
Menurut Peta, kuda nil kerdil yang terancam punah di alam liar secara alami adalah hewan yang tertutup dan nokturnal alias aktif di malam hari. Mereka biasanya menghabiskan hari-hari dengan bersembunyi di sungai dan hanya keluar pada malam hari untuk mencari makan.
Namun di kebun binatang itu, pengunjung bisa menyaksikan Moo Deng beraktivitas di siang hari. Sejumlah pengunjung bahkan melempar benda atau membuat suara keras untuk memprovokasi hewan tersebut. Pihak kebun binatang sampai memasang CCTV dan membatasi pengunjung untuk melindungi Moo Deng dari mereka, tapi hal itu dinilai organisasi kesejahteraan hewan tak cukup.
Dinilai Tak Berdampak pada Konservasi Kuda Nil Kerdil di Alam Bebas
Selain PETA, organisasi Born Free juga melontarkan kritik pedas. Chris Lewis, Manajer Riset dan Kebijakan Penangkaran Born Free, mengkritik peran Moo Deng dalam meningkatkan pendapatan kebun binatang.
"Sungguh menyedihkan bahwa Moo Deng terus digunakan sebagai alat untuk meningkatkan profil dan pendapatan kebun binatang tempat dia ditahan. Popularitas hewan 'selebriti' baik secara online maupun langsung sangat memprihatinkan bagi Born Free, terutama karena dampak negatifnya pada kesejahteraan hewan liar ini," katanya
Terlepas dari kehebohannya, para konservasionis melaporkan bahwa ketenaran Moo Deng hampir tidak memberikan dukungan finansial bagi kuda nil kerdil liar. Keadaan pygmy hippo sangat memprihatinkan, dengan hanya 2.000-2.500 ekor yang tersisa di alam liar akibat perburuan dan hilangnya habitat.Â
PETA berpendapat bahwa program pembiakan sama sekali tidak berdampak apapun untuk pelestarian spesies, dan mengusulkan agar Moo Deng dipindahkan ke suaka yang bereputasi baik. Sementara, Born Free mendesak orang-orang untuk menahan diri dari mengunjungi atau membagikan unggahan tentang hewan yang dikurung seperti Moo Deng, menganjurkan untuk mempelajari dan mendukung konservasi habitat, menurut laporan The Daily Mirror.
Advertisement
Reaksi Pengelola Kebun Binatang Habitat Moo Deng
Jennifer White, Manajer Media dan Komunikasi Senior PETA, menekankan hal tersebut. "Tidak ada yang lucu tentang bayi yang dilahirkan dalam penangkaran. Bagi hewan seperti Moo Deng, yang secara alami akan menghindari kontak manusia dan menghabiskan sebagian besar waktunya di air, kehidupan dalam kandang beton bukanlah kehidupan sama sekali," katanya.
Sebagai tanggapan, direktur kebun binatang Narongwit Chodchoi menyatakan bahwa kebun binatang memprioritaskan kesejahteraan dan kualitas hidup bagi 2.000 penghuni hewannya. Khao Kheow Open Zoo telah dihubungi untuk memberikan komentar tentang kontroversi yang sedang berlangsung.
Kontroversi ini meluas di luar Thailand, dengan kasus serupa seperti Pesto, seekor penguin raja di Sea Life Melbourne Aquarium di Australia, yang menjadi terkenal setelah kunjungan penyanyi Katy Perry. Born Free menyoroti kekhawatiran tentang kandang Pesto yang kecil dan tidak memadai, jauh berbeda dengan habitat Antartika-nya yang luas.
Sementara, keberadaan Moo Deng diyakini meningkatkan pamor Thailand hingga dinobatkan sebagai "Destination of The Year" 2025 oleh majalah perjalanan AS, Travel + Leisure. Penghargaan ini diberikan berkat daya tarik budaya yang kaya, kuliner dinamis, dan perpaduan tradisi dengan inovasi modern yang memikat para wisatawan dari seluruh dunia.
Efek Moo Deng pada Sektor Pariwisata Thailand
Mengutip New York Post, Jumat, 8 November 2024, penghargaan ini datang setelah Negeri Gajah Putih secara tidak resmi mengubah namanya jadi "Negeri Moo Deng." Ini terinspirasi bayi kuda nil kerdil yang menggemaskan di Kebun Binatang Terbuka Khao Kheow, Si Racha.
Keberadaan Moo Deng telah menarik perhatian global dan meningkatkan profil Thailand sebagai destinasi wisata unggulan. Jacqui Gifford, Pemimpin Redaksi Travel + Leisure, menyatakan kegembiraannya dalam mengakui Thailand sebagai destinasi terbaik tahun 2025.
"Thailand menawarkan petualangan unik untuk setiap wisatawan," ujarnya, yang juga menyoroti keindahan kuliner Bangkok, pesona pulau-pulau eksotis, dan keramahtamahan yang terkenal.
Thailand jadi negara ke-10 yang menerima penghargaan tahunan ini, mengikuti jejak negara-negara, seperti Italia, Jepang, dan Kosta Rika. Jeninne Lee-St. John, Pemimpin Redaksi Travel + Leisure Asia Tenggara, menyebut bahwa kontras mencolok jadi salah satu alasan utama penghargaan ini.
"Thailand adalah negara dengan mayoritas masyarakat beragama Buddha dan tradisional, namun telah melegalkan ganja dan pernikahan sesama jenis," tulis Lee-St. John. Ia menyambung, keberagaman ini merupakan mencerminkan kemajuan dan keterbukaan Thailand terhadap perubahan zaman.
Advertisement
