Jakarta - Salah satu fasilitas pengolahan sampah terbaru, Refuse Derived Fuel (RDF) Plant di Rorotan, Jakarta Utara, sudah beroperasi mulai bulan lalu. Namun, warga yang tinggal di perumahan Jakarta Garden City (JGC) Cakung Jakarta Timur mengaku terdampak bau busuk dari proses pemusnahan sampah RDF Rorotan.
"Kami terdiri atas 18 RT dan ada 20 klaster atau sekitar 25 ribu kartu keluarga (KK) sangat terdampak bau busuk dari proses yang ada di bangunan tersebut," ucap pengurus RT 18, RW 14 di Klaster Shinano Perumahan JGC Wahyu Andre Maryono di Jakarta, Senin, 17 Maret 205, dikutip dari Antara.
Advertisement
Menurut Wahyu, dari 20 klaster, ada sembilan klaster paling terdampak dari bau busuk, mulai dari kluster Shinano, Mahakam, Savoy, La Seine, Yarra, South Thames, North Thames, South Mississippi, dan North Mississippi. "Sisanya kadang tercium baunya, kadang enggak, tergantung arah mata angin," kata dia
Advertisement
Selain mencium bau busuk sampah, warga di sembilan klaster itu kerap melihat asap hitam pekat dan menemukan serpihan kertas hasil pembakaran dari RDF Rorotan.
"Jarak Perumahan JGC ke RDF Rorotan hanya sekitar 800 meter. Bukan hanya JGC, perkampungan di belakang perumahan juga terdampak," terang Wahyu.
Selain itu, ia juga mendapatkan surat dari anak bernama Kefas (5) yang memprotes bau sampah dari RDF di Rorotan. Bocah itu menulis menggunakan pensil di secarik kertas buku tulis yang berisikan keluhan terhadap aroma sampah yang menyengat hingga masuk ke dalam rumahnya. Kondisi ini membuat Kefas jadi tidak doyan makan.
Anak-Anak Mengeluh Jadi Tak Doyan Makan
"Bapak, hari ini bau sampah sampai Kefas enggak doyan makan," tulisnya di surat tersebut. Ia juga meminta agar tempat sampah RDF Rorotan tidak berada di dekat rumahnya lagi. "Tempat sampah jangan di situ, buang jauh-jauh. Terima kasih, dari Kefas," sambung surat itu.
Surat itu difoto orangtua Kefas dan dikirim ke Wahyu sebagai ketua RT setempat. Sejauh ini, belum ada tanggapan dari pengelola RDF Rorotan maupun Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengenai komplain warga tersebut.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyempurnakan cerobong asap di fasilitas pengolahan sampah RDF Plant di Rorotan agar tidak mengeluarkan bau tidak sedap yang mengganggu permukiman. "Ini ada improvement (penyempurnaan) di bagian cerobong supaya asap yang keluar tidak banyak lagi dan tidak berwarna hitam, dan sudah dijamin tidak berbau," ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Asep Kuswanto di Jakarta, Selasa, 25 Februari 2025.
Dia juga memastikan alat penghilang bau telah berfungsi secara sempurna, begitu juga dengan cairan penghilang bau, instalasi pengolahan air limbah yang beroperasi sesuai standar, serta pengaktifan filter karbon untuk menyerap partikel bau yang tersisa.
"Kami juga memasang alat pemantau kualitas udara. Jadi nanti kami memang akan sangat transparan atau dapat dilihat laporan kualitas udaranya oleh masyarakat," ujarnya. Adapun terkait kompensasi bagi warga terdampak bau, Asep menegaskan tak ada pemberian dana.
Advertisement
RDF Hasilkan Bahan Bakar Alternatif
Di awal tahun ini, Penjabat (Pj) Gubernur Jakarta Teguh Setyabudi mengatakan, RDF Plant di Rorotan, Jakarta Utara, mulai beroperasi pada 15 Februari 2025. Menurut Teguh, RDF Plant Rorotan mempunyai kapasitas pengolahan sampah hingga 2.500 ton sampah per hari. RDF Plant Rorotan disebut mampu menghasilkan bahan bakar alternatif sebanyak 875 ton per hari.
Produk bahan bakar serpihan sampah dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif pengganti batu bara pada industri semen. Adapun residu dari hasil pengolahan sampah yang berbentuk kepingan-kepingan kaleng, kayu, dan lain sebagainya bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
Teguh menyebut, "Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta akan melapor soal perkembangan pembangunan RDF Plant Rorotan ke pemerintah pusat agar nantinya bisa diresmikan secara nasional. Sebab, RDF Plant Rorotan punya peran vital sebagai solusi permasalahan sampah di Jakarta."
"Pembangunan RDF Plant Jakarta ini memiliki arti yang sangat penting bagi Pemprov DKI dan warga Jakarta. Karena ini salah satu bagian penanganan sampah yang cukup besar di Jakarta," ucap Teguh, melansir kanal News Liputan6.com, 16 Januari 2025.
Fasilitas Pengolahan Sampah Terbesar
Lebih lanjut, RDF Plant Rorotan disebut akan menjadi salah satu fasilitas pengolahan sampah terbesar di dunia dan diharapkan bisa bermanfaat bagi pemerintah dan seluruh warga Jakarta. RDF Plant Rorotan dibangun di atas tanah milik Pemprov Jakarta seluas 7,87 hektare.
Pembangunan RDF Plant di Rorotan memprioritaskan pengelolaan sampah dalam kota agar beban Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang berkurang. Terpisah, Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito, mengatakan, RDF Rorotan bukan sekadar proyek pengolahan sampah, melainkan kontribusi strategis mereka dalam menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan sesuai misi Asta Cita Pemerintah.
"Pembangunan fasilitas pengolahan sampah RDF terbesar dan tercepat di dunia tersebut sekaligus menunjukan kapasitas kuat WIKA sebagai perusahaan konstruksi terbaik Indonesia di bidang EPC," kata Agung BW dalam keterangannya di Jakarta, dikutip kanal Bisnis Liputan6.com, Kamis, 9 Januari 2025.
WIKA membeberkan, latar belakang pembangunan RDF Rorotan didasari peningkatan volume sampah Jakarta yang mencapai lebih dari 7.500 ton per hari, sementara TPST Bantargebang saat ini sudah mendekati kapasitas maksimal dengan ketinggian landfill hampir 60 meter.
Advertisement
