Liputan6.com, London - Seorang putri Inggris yang di masa depan menjadi ratu Inggris terlahir hari ini 99 tahun lalu. Ratu Elizabeth II lahir pada 21 April 1926 pukul 02.40 dini hari waktu setempat, bertempat di kediaman orang tua dari pihak ibunya, Earl dan Countess of Strathmore yang terletak di 17 Bruton Street, Mayfair, London.
Ratu Elizabeth II merupakan anak pertama dari pasangan Duke and Duchess of York, yang kemudian naik takhta sebagai Raja George VI dan Ratu Elizabeth.
Putri Elizabeth muda dan keluarganya tidak menyangka bahwa suatu hari ia akan menjadi pemimpin monarki Inggris. Namun semuanya berubah pada bulan Desember 1936 ketika pamannya – Raja Edward VIII – turun takhta, menjadikan ayahnya sebagai raja, dan penerus takhta berikutnya.
Advertisement
Saat itu, Putri Elizabeth muda berada di urutan ketiga dalam garis suksesi takhta, setelah Edward, Pangeran Wales Edward Albert Christian George Andrew Patrick David atau yang dikenal dengan nama pangeran Edward (yang kelak menjadi Raja Edward VIII), serta ayahnya sendiri, Duke of York.
Dalam laporan yang dikutip dari royal.uk pada Senin (21/4/2025), disebutkan bahwa Putri Elizabeth II muda dibaptis dengan nama lengkap Elizabeth Alexandra Mary di Istana Buckingham pada 29 Mei 1926.
Nama lengkapnya diambil dari nama ibunya (Elizabeth), serta dua nama tengah yang diambil dari buyut pihak ayah, Ratu Alexandra, dan neneknya, Ratu Mary. Prosesi pembaptisan berlangsung secara privat di kapel Istana Buckingham.
Masa kecil Putri Elizabeth banyak dihabiskan di rumah orang tua nya di 145 Piccadilly, London, dan di White Lodge, Richmond Park. Ia juga sering mengunjungi kediaman kakek-nenek dari pihak ayah, Raja George V dan Ratu Mary seperti Kastil Windsor, Kastil Balmoral, dan Sandringham House. Selain itu, ia juga kerap tinggal di rumah keluarga ibunya, termasuk Kastil Glamis di Angus, Skotlandia, serta St Paul’s Walden Bury di Hertfordshire.
Tahun 1930, adik perempuannya, Putri Margaret Rose, lahir. Keluarga kecil itu dikenal sangat dekat dan akrab.
Ketika Putri Elizabeth berusia enam tahun, kedua orang tuanya mulai menempati Royal Lodge di Windsor Great Park sebagai rumah pedesaan mereka. Di halaman Royal Lodge, ia mendapat hadiah rumah mungil bernama Y Bwthyn Bach (Pondok Kecil) dari masyarakat Wales untuk ulang tahunnya yang keenam pada 1932.
Pewaris Takhta dan Masa Perang: Perubahan Besar dalam Hidup Sang Putri
Kehidupan keluarga yang tenang itu berubah pada 1936. Kakeknya, Raja George V, meninggal dunia. Anak tertuanya naik takhta sebagai Raja Edward VIII. Namun sebelum tahun itu berakhir, Raja Edward VIII memilih turun takhta demi menikahi Wallis Simpson.
Setelah pengunduran diri Raja Edward VIII, ayah Putri Elizabeth naik takhta menjadi Raja George VI. Pada Mei 1937, kedua putri menghadiri acara Penobatan orangtua mereka di Westminster Abbey.
Sejak saat itu, Putri Elizabeth menjadi pewaris pertama takhta dan mulai menjadi sorotan publik yang lebih luas.
Tahun 1940, ketika serangan udara (Blitz) mencapai puncaknya, Putri Elizabeth dan Putri Margaret dipindahkan ke Kastel Windsor demi keselamatan. Mereka menghabiskan sebagian besar masa Perang Dunia II di sana. Di Kastel Windsor, keduanya tetap melanjutkan pendidikan, mengikuti latihan menghadapi serangan udara, serta mengalami pembatasan makanan dan kesulitan lain seperti rakyat Inggris lainnya.
Orang tuanya sesekali menemani mereka di Windsor, meski tetap tinggal di London dan aktif mengunjungi masyarakat yang terdampak serangan bom sebagai bentuk dukungan terhadap upaya perang. Masa itu menjadi periode penuh kesulitan dan kekhawatiran, bahkan bagi keluarga kerajaan. Meski begitu, suasana sempat mencair setiap akhir tahun, ketika kedua Putri menampilkan pertunjukan drama panggung bersama anak-anak staf kerajaan untuk menghibur keluarga dan para pegawai Istana.
Sama seperti banyak anak perempuan dari keluarga bangsawan saat itu, Elizabeth dan Margaret mendapatkan pendidikan di rumah.
Setelah ayahnya naik takhta pada 1936 dan Elizabeth muda menjadi pewaris takhta (heir presumptive), ia mulai mempelajari sejarah konstitusi dan hukum sebagai bekal untuk masa depannya sebagai pemimpin monarki.
Ia belajar langsung dari ayahnya dan mengikuti sesi bersama Henry Marten, Wakil Kepala Sekolah Eton. Pendidikan agama ia dapatkan dari Uskup Agung Canterbury.
Kemampuan berbahasa Prancis ia pelajari dari sejumlah pengasuh asal Prancis dan Belgia. Keahlian ini sangat berguna, terutama saat berkunjung ke wilayah berbahasa Prancis seperti Kanada dan negara-negara lain.
Selain itu, Putri Elizabeth juga belajar seni dan musik, serta mahir menunggang kuda dan berenang. Di usia sebelas tahun, ia bergabung dengan kelompok Pramuka Putri dan kemudian menjadi Sea Ranger. Saat berusia tiga belas tahun, ia memenangkan Children's Challenge Shield di Bath Club, London.
Selama tinggal di Windsor saat Perang Dunia II, Putri Elizabeth juga ikut serta dalam ajang Royal Windsor Horse Show pertama pada 1944. Dalam lomba mengendarai kereta kuda yang ditarik oleh kuda poni Norwegia bernama Hans, dengan Putri Margaret sebagai penumpang, Elizabeth berhasil menjadi juara kelas Single Private Driving.
Advertisement
