Sulit Dapat Solar Subsidi, Ratusan Nelayan di Serang Tak Melaut

Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) cenderung hanya melayani nelayan dari kapal besar.

oleh Yandhi Deslatama diperbarui 29 Jun 2014, 20:15 WIB
Diterbitkan 29 Jun 2014, 20:15 WIB
Ratusan Nelayan Demo Pihak Leasing
Ratusan nelayan Cipatujah, Tasikmalaya berunjuk rasa ke kantor salah satu jasa keuangan, mereka mendesak agar perusahaan ini mengembalikan mobil yang disita.

Liputan6.com, Serang - Gara-gara kesulitan mendapatkan pasokan solar bersubsidi, ratusan nelayan terpaksa menyandarkan perahu kecil mereka di dermaga Pelabuhan Karangantu, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten.

“Sudah beberapa bulan terakhir ini kami (nelayan) tidak melaut, lihat saja kapal semua bersandar.  Susah dapat solarnya sih,” ujar Ahmad Udin, nelayan Karangantu, saat ditemui di atas perahunya.

Udin mengaku, dia beserta ratusan nelayan lainnya terpaksa jarang melaut bahkan tidak melaut sama sekali karena bahan bakar solar yang biasa diperoleh dari Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) sulit diperoleh.

“Setiap nelayan yang beli solar dibatasi minimal 200 liter. Terpaksa nelayan kecil harus beli di pengecer,” lanjut Udin.

Nelayan lainnya, Nanang, mengaku nelayan kecil tidak membeli solar di SPBN karena saat ini SPBN cenderung hanya melayani nelayan dari kapal besar. Penyebabnya, jumlah pembelian mereka lebih banyak.

"Makanya kami lebih memilih tak melaut, dan mengisi waktu dengan memperbaiki kapal perahu yang rusak," katanya.

Nanang menambahkan, kesulitan ini membuat banyak nelayan kecil harus beralih profesi menjadi kuli bangunan atau lainnya agar asap di dapur mereka tetap ngebul. Umumnya mereka mencari pekerjaan lain sambil menunggu uang terkumpul untuk membeli solar.

“Banyak yang beralih profesi untuk bisa menutupi kebutuhan sehari-hari selama tak melaut,” tutur Nanang. (Ans)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya