Buaya Langka Hebohkan Warga Ketapang

Hingga kini, belum ada penanganan khusus dari instansi terkait, untuk menangani buaya Sepit atau Tomistoma schlegelii itu.

oleh Aceng Mukaram diperbarui 01 Okt 2014, 21:11 WIB
Diterbitkan 01 Okt 2014, 21:11 WIB
Buaya Langka Hebohkan Warga Ketapang, Akibat Terdampar di Parit
Hingga kini, belum ada penanganan khusus dari instansi terkait, untuk menangani buaya Sepit atau Tomistoma schlegelii itu.

Liputan6.com, Ketapang - Seekor buaya Senyulong atau buaya sepit (Tomistoma schlegelii) ditemukan warga di sebuah parit di Dusun Kali Buntu, Desa Tempurukan, Kecamatan Muara Pawan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.

Buaya ganas yang nyaris terancam punah ini ditemukan pertama kali warga setempat bernama Imin. Buaya dengan panjang sekitar 2,5 meter dan berat 60 kilogram itu berdiam di sebuah parit yang sudah mulai mengering.

Asmara (46), kakak kandung Imin menuturkan, sang adik terkejut saat mendengar suara empasan keras dari sebuah parit kering. Ketika itu adiknya hendak mencari burung di Dusun Kali Buntu, Desa Tempurukan, Kecamatan Muara Pawan.

"Imin yang menemukan buya ini. Terus dia balik ninggalkan peralatan menangkap burungnya. lalu mengajak saya bersama saudara lainnya ke sana untuk nangkap buaya," tutur Asmara, Ketapang, Kalimantan Barat, Rabu (1/10/ 2014).

"Imin waktu berada di lokasi sumber suara itu mengaku terkejut. Dia kebingungan saat melihat seekor buaya," sambung dia.

Takut bercampur cemas. Untuk memastikan apakah buaya tersebut dalam keadaan hidup, lanjut Asmara, sang adik pun segera pulang untuk memberitahukan saudaranya.

"Dia mengajak kedua saudaranya menangkap buaya untuk ditolong. Awalnya kita tidak tahu masih hidup apa mati. Pas kita cek dan mendekat buayanya langsung mengempas bergerak lagi buayanya," kata dia.

Pada saat melihat buaya itu masih hidup, ujar Asmara, menggunakan peralatan seadanya, yakni seutas tali akhirnya ia bersama 3 saudaranya langsung menangkap buaya itu, lalu dibawa pulang dan diselamatkan dari kekeringan.

"Jam 5 sore kita ke sana. Kita bawa tali dan alat yang ada aja. Kita menangkap buanya. Setelah itu kita bawa ke rumah buayanya dengan menggunakan motor dimasukkan ke dalam keranjang,” jelas dia.

Asmara bersama 3 saudaranya merasa prihatin melihat kondisi buaya yang tersesat ke permukiman warga. "Makanya kita menangkap dan membawanya pulang ke rumah."

"Sekarang diletakkan di sebuah parit kecil. Kondisi mulutnya ditutup supaya nggak membahayakan bagi warga yang melihat," ujar dia.

Asmara menduga, buaya langka itu berasal dari sungai Sentap, akibat air sungai pasang, lalu masuk ke sungai Tempurukan. "Nah saat itu air kering tidak bisa keluar lagi," kata dia.

Penjualan Buaya

Ketika sampai di rumah Asmara, warga di kampungnya sudah menunggu kedatangan buaya langka ini. "Puluhan warga sudah berkumpul mau melihat langsung buaya yang ditangkap. Nantinya buaya ini akan kita lepas."

"Pelepasannya kita akan gunakan tradisi. Bapak saya juga biasa melepas buaya. Kata bapak saya itu buaya sifatnya dendam. Makanya nanti kita lepas dengan mengalungkan lehernya dengan kain hitam," sambung dia.

Namun Asmara mengaku ada pilihan lain menjual buaya tersebut. "Buaya ini mau dijual saja seharga Rp 1 juta saja. Itu ada buayanya di sini," ungkap dia.

Sementara berdasarkan informasi yang dihimpun, di Kabupaten Ketapang banyak penjualan anak buaya. Umumnya harga berkisar Rp 500 ribu per ekor. Hingga kini, belum ada penanganan khusus dari instansi terkait, terhadap satwa langka itu.

Senyulong atau buaya sepit (Tomistoma schlegelii) adalah spesies buaya, namun bukan merupakan anggota genus buaya sejati (Crocodylus) yang ukuran tubuhnya lebih kecil dan pendek.

Panjang buaya ini maksimal 3,5 meter. Bentuk moncongnya panjang dan runcing. Habitat aslinya banyak ditemukan di sungai-sungai di pedalaman Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera. (Ans)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya