Liputan6.com, Jakarta - Tim Disaster Victim Investigation (DVI) Polri tengah berupaya mengambil data antemortem 2 WNI yang tewas terbunuh secara sadis di Hong Kong, Sumarti Ningsih dan Seneng Mujiasih. Rencananya data itu bakal diambil dari keluarga Sumarti di Cilacap, Jawa Tengah dan Mujiasih di Muna, Sulawesi Tenggara.
Rencananya, pengumpulan sampel DNA keluarga korban rampung lusa, Jumat 7 November 2014.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan, saat ini, petugas sedang menuju ke kediaman keluarga kedua korban. Keluarga Sumarti di Cilacap, dan Seneng Mujiasih di Muna.
"Tim Jateng sedang menuju Cilacap untuk mengambil sampel pihak keluarga untuk DNA dan untuk yang berasal dari Muna, tim forensik sedang berupaya ke sana. Diupayakan Jumat (7 November 2014), sampel dari Muna dan Cilacap sudah tiba di Jakarta," kata Boy di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (5/11/2014).
Setelah sampel DNA keluarga korban didapat tim forensik, selanjutnya Polri akan mengirimkannya ke Hongkong. Diharapkan DNA itu dapat berguna untuk membantu proses identifikasi atau penentuan jati diri korban.
"Kita ingin pastikan apakah benar yang meninggal adalah WNI yang bekerja di sana atas nama Sumartiningsih dan Seneng," ujar dia.
Saat ini, kata Boy, Polri masih berkoordinasi dengan tim yang ada di Hong Kong. Koordinasi tersebut dalam bentuk bantuan identifikasi melalui data antemortem.
"Untuk proses investigasi, Polri bekerja sama dengan negara setempat, Hong Kong," ujar Boy.
Sumarti dan Mujiasih diduga dibunuh oleh seorang bankir asal Inggris berusia 29 tahun, Rurik Jutting. Jenazah Sumarti Ningsih ditemukan dalam koper di balkon lantai 31 apartemen milik Jutting di Distrik Wan Chai, Hong Kong pada Sabtu 1 November lalu.
Sementara WNI lainnya, Jesse awalnya ditemukan hidup di apartemen Jutting dengan luka tikaman parah di leher dan bokong. Namun wanita malang itu meninggal tak lama kemudian di lokasi kejadian menyusul Sumarti. (Yus)