Liputan6.com, Jakarta - Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar yang digelar pada 30 November 2014 di Denpasar, Bali. Sesuai hasil Rapimnas, salah satu agenda Munas ialah memilih ketua umum Partai Golkar.
Peneliti Indonesian Institute for Development and Democracy Arif Susanto menilai, peluang terciptanya partai baru usai Munas Golkar masih terbuka. Meski hal ini masih jauh dilakukan oleh para kader Golkar.
"Ini kan orang-orang yang bukan tanpa kue (tanpa kekuasaan). Paling dari Priyo (Priyo Budi Santoso), tapi dia juga tidak cukup kuat. Golkar itu yang diperhitungkan adaptasinya, lihat saja partai di rezim orde baru yang masih bisa bertahan sampai sekarang," ujar Arif di Jakarta, Minggu (23/11/2014).
Arif menilai Partai Golkar di bawah kepemimpinan Aburizal Bakrie atau Ical membuat partai berlambang beringin ini semakin stagnan pergerakannya.
"Lihat saja sampai dua sampai tiga pemilu kemarin, suara Golkar stagnan. Karena Golkar masih mendapat dukungan dari pemilih tradisionalnya. Hal inilah yang masih dilakukan Ical," jelasnya.
Menurutnya, sifat Ical yang masih menganut sistem Bossism (sistem politik dimana hanya dikontrol oleh satu tokoh) membuat Partai Golkar semakin kecil. Pasalnya dengan sistem tersebut, hanya nama Ical yang semakin besar, tetapi secara organisasi, partainya menjadi kecil.
"Ical mencoba maju lagi, ini jelas blunder. Partai manapun kalo bergantung dan menganut sistem Bossism, hanya figurnya saja yang besar tetapi partainya kecil. Lihat saja Amien Rais di PAN, Amiennya besar (suaranya) tapi partainya kecil, Gus Dur namanya besar tapi partainya kecil," jelasnya.
Karena itu, dirinya menegaskan agar Ical membuat suasana persaingan menjadi kompetitif. Karena dengan begitu, lanjut dia, justru membuat internal Golkar menjadi bersatu.
"Suara Golkar sekarang kecil karena masih ada faksi-faksi di dalamnya. Contohnya, jika dibuat kompetitif maka semua (calon) akan turut serta membangun Golkar bersama-sama bukan terpecah," tukas Arif.
Maju Jadi Caketum, Ical Dinilai Buat Blunder Partai Golkar
Sifat Ical yang masih menganut sistem Bossism dinilai membuat Partai Golkar semakin kecil.
diperbarui 24 Nov 2014, 01:17 WIBDiterbitkan 24 Nov 2014, 01:17 WIB
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Tidak Ada Ganjil Genap Jakarta saat Akhir Pekan Hari Ini, Minggu 17 November 2024
Penusukan di Luar Sekolah Kejuruan China, 8 Orang Tewas dan 17 Lainnya Terluka
Makassar Catat Pertumbuhan Harga Rumah Tertinggi, Apa Penyebabnya?
Jadwal dan Link Live Streaming MotoGP Solidaritas 2024, Minggu 17 November di Vidio: Penentuan Juara Dunia
6 Potret Uang Digambar Aneh Ini Bikin Tepuk Jidat, Netizen Sebut Kerjaan Orang Gabut
Kendalikan Hipertensi, Segera Cek Tensi Anda
Bolehkah Makan Sugar Cube dan Minum Minuman Manis untuk Menambah Tenaga Selama Lari?
6 Potret Raffi Ahmad dan Nagita Slavina Buka Restoran, Sebut Makanan Indonesia Wajah Sejati Bangsa
Cuaca Hari Ini Minggu 17 November 2024: Hujan Diprediksi Guyur Jabodetabek Siang hingga Malam
Strategi Hadapi Tantangan Manajemen Aset di Era Industri 5.0
Top 3 Islami: Kiat dari Habib Novel agar Doa Cepat Dikabulkan, Lokasi Kapal Nabi Nuh Terdampar Menurut Prasasti Babilonia
Prabowo di KTT APEC: Persaingan di Dunia Selalu Ada, Pemimpin Negara Perlu Lebih Bijaksana