Rumah Pintar Al Barokah, Warisan Een Sukaesih Bagi Pendidikan

Tangis dan doa mengiringi prosesi pemakaman jenazah Een Sukaesih, guru yang mengabdikan diri mengajar anak-anak dari tempat tidurnya.

oleh Liputan6 diperbarui 13 Des 2014, 18:50 WIB
Diterbitkan 13 Des 2014, 18:50 WIB
(lip6 Petang) Een Sukaesih
(Liputan 6 TV)

Liputan6.com, Sumedang - Ratusan warga anak didik dan keluarga berjalan kaki sekitar 1 kilometer mengantarkan jenazah Een Sukaesih ke tempat peristirahatannya yang terakhir di tempat pemakaman umum (TPU) Lio, Batu Karut, Cibeureum Wetan, Sumedang, Jawa Barat.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Sabtu (13/12/2014), lantunan doa terus mewarnai proses pemakaman sang guru penuh inspiratif dan teladan tersebut. Penyakit Rheumatoid arthritis yang diderita ibu guru Een yang akrab dipanggil Wak Een ini tak menghalangi pengabdiannya bagi dunia pendidikan.

Simpati masyarakat Indonesia pun terus berdatangan setelah ia meraih penghargaan Liputan 6 Awards, yang diwujudkan dengan pembangunan Rumah Pintar Al Barokah yang kini menjadi warisan almarhumah bagi dunia pendidikan.

Di Tegal, Jawa Tengah, puluhan pelajar menggelar doa bersama untuk mendiang Ibu Guru Een. Pengabdiannya bagi dunia pendidikan membuat para pelajar ini memanjatkan doa agar arwah almarhumah diterima di sisi Tuhan.

Een Sukaesih meninggal dunia dalam usia 51 tahun pada Jumat 12 Desember petang setelah sempat dirawat selama 4 hari di ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sumedang. (Mar/Ans)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya