BNPB dan UGM Pasang Pendeteksi Longsor di Banjarnegara

Dari 10 unit LEWS atau pendeteksi dini tanah longsor yang akan dipasang UGM terdistribusi di Banjarnegara sebanyak 5 unit.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 20 Des 2014, 15:16 WIB
Diterbitkan 20 Des 2014, 15:16 WIB
Proses Evakuasi Korban Longsor Banjarnegara
Proses pencarian dan evakuasi korban terhalang kondisi medan yang dipenuhi tanah liat di Banjarnegara, Jateng, Sabtu (13/12/2014). (Antara Foto/Idhad Zakaria)

Liputan6.com, Banjarnegara - Bencana longsor di Banjarnegara, Jawa Tengah, menimbulkan korban jiwa sekitar 100 orang. Lantaran itulah, kewaspadaan terhadap bahaya tanah longsor sangat penting.

Terkait itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama tim Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta memasang 5 unit pendeteksi dini tanah longsor atau Landslide Early Warning System (LEWS) di Kabupaten Banjarnegara.

"Hari ini, UGM akan memasang peralatan di Banjarnegara. Dari 10 unit LEWS yang akan dipasang UGM terdistribusi di Banjarnegara sebanyak 5 unit serta Kulonprogo, Bandung Barat, Pekalongan, Banyumas, dan Magelang masing-masing 1 unit," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho melalui keterangan tertulis, Sabtu (20/12/2014).

Selain dari UGM, Sutopo menjelaskan, sebanyak 10 unit LEWS dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) Badan Geologi juga akan dipasang di sejumlah daerah. Yakni Wonosobo sebanyak 5 unit, Jawa Tengah bagian selatan sebanyak 4 unit, serta Magelang 1 unit.

Sutopo menuturkan, UGM bekerja sama dengan BNPB dan Pertamina telah memasang 14 unit LEWS di beberapa tempat. Yaitu Karanganyar sebanyak 2 unit serta Banjarnegara, Situbondo, Sulawesi Utara, Tasikmalaya, Garut, Tanggamus, Argomakmur Bengkulu, Baturaja, Sungai Penuh, Sumatera Utara, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan masing-masing 1 unit.

"Sedangkan PVMBG telah memasang 5 unit di Karanganyar 1 unit, Purworejo 1 unit, Cilacap 1 unit, dan Magelang 2 unit. Sementara BPPT telah memasang 2 unit di Agam dan Balikpapan, dan LIPI memasang di Garut," imbuh Sutopo.

Menurut Sutopo, semua LEWS tersebut adalah karya anak bangsa Indonesia sehingga perlu diapresiasi dan digunakan. Bahkan pemerintah Myanmar pernah membeli LEWS produk UGM untuk dipasang di Myanmar pada tahun 2012.

"Hendaknya pemda yang memiliki daerah rawan longsor memanfaatkan peralatan ini karena sangat diperlukan masyarakat. Begitu juga dengan dunia usaha melalui program CSR (Corporate Social Reponsibility) dapat juga membangun sistem peringatan dini longsor atau bencana lainnya. Jika selama ini bantuan diberikan saat tanggap darurat maka dapat dialihkan dalam bentuk pencegahan bencana dengan peringatan dini," pungkas Sutopo. (Ans/Sss)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya