Penyelam AirAsia yang Tak Sempat Menolong Tunangan

Di antara para penyelam misi pencarian AirAsia QZ8501, salah satunya adalah seorang perempuan bermental baja bernama Yusniar Amara.

oleh Rizki Gunawan diperbarui 06 Jan 2015, 07:55 WIB
Diterbitkan 06 Jan 2015, 07:55 WIB
Penyelam Basarnas Yusniar Amara
Penyelam Basarnas Yusniar Amara (BBC)

Liputan6.com, Jakarta - Puluhan penyelam diterjun ke dalam perairan Selat Karimata untuk mencari dan mengevakuasi jasad penumpang dan puing pesawat AirAsia QZ 8501. Di antara para penyelam, salah satunya adalah seorang perempuan bermental baja bernama Yusniar Amara.

Perempuan yang disapa Yus oleh keluarga dan teman-temannya ini mengaku tugas mencari korban jatuhnya AirAsia dan serpihan pesawat bukanlah perkara mudah. Terlebih, cuaca buruk kerap menghadang. Tapi tekad dan mental yang kuat tak menyurutkan niatnya. Dia menganggap para jenazah sebagai keluarganya sendiri.

"Awalnya berat ya, karena kita kan lihat muka jenazah tapi kita berdoa saja, kita bilang dalam hati ke mereka kalau kita ingin menolong mereka, membawa mereka bertemu keluarga, memang kuncinya kesiapan dan kekuatan mental. kami sudah anggap korban seperti keluarga sendiri," ungkap Yus, seperti dimuat dari BBC, Selasa (6/1/2015).

"Kalau mental sudah mantap, sudah kuat, mau situasi apa pun kita tetap tenang," imbuh dia.

Yus juga menceritakan soal pengalaman pribadinya tentang orang yang ia cintai saat tsunami Aceh 2004. Yus yang berkali-kali terlibat operasi penyelamatan dan pertolongan bencana mengaku saat itu, ia tak sempat menyelamatkan tunangannya lantaran sedang berada di rumah orangtua.

"Tahun 2004, itu tugas saya menjaga Pantai Ule Leueu, tapi hari Kamis dua hari sebelum tsunami (26 Desember 2004), tunangan saya di Ule Leueu suruh saya pulang tengok orang tua dan balik lagi hari Minggunya. Tapi ternyata Sabtunya ada tsunami dan tunangan saya hilang," kata Yus pelan.

Yus awalnya adalah atlet selam untuk Nanggroe Aceh Darusalam dan sejak 2002 rutin membantu operasi penyelamatan Basarnas baik di laut, sungai bahkan di gunung. Sejak kecil ia bercita-cita menjadi guru, karenanya selepas bangku kuliah pada 2006, ia melamar pekerjaan untuk menjadi guru dan juga seleksi pegawai negeri sipil untuk Basarnas.

"Dua-duanya diterima dan karena sudah cinta sekali dengan Basarnas dan menyelam, saya memilih Basarnas," kata Yus.

Cita-cita menjadi guru pun tidak sepenuhnya musnah karena ia kini juga sudah menjadi instruktur selam. "Berbagi ilmu dengan adik-adik, mengawasi adik-adik, saya sangat menikmati," kata Yus yang juga merupakan satu-satunya penyelam wanita yang rutin diterjunkan untuk operasi SAR.

Ia tergabung dalam tim rescue (penyelamatan) Basarnas dan sudah sangat sering dilibatkan dalam berbagai operasi penyelamatan. Operasi pencarian kecelakaan AirAsia QZ8501 ini menjadi misi internasional pertamanya.

"Saya dipanggil dari Banda (Aceh) untuk ke Kalimantan hari Selasa dan kami masuk lewat Pontianak kemudian jalan darat naik mobil 16 jam," tandas Yus. (Riz)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya