Alasan Jalur Pendakian di Gunung Merapi Ditutup

Ada sejumlah hal yang menjadi alasan ditutupnya pendakian di Gunung Merapi.

oleh Yanuar H diperbarui 13 Jan 2015, 09:11 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2015, 09:11 WIB
Sambut HUT RI ke-69, Pendaki Dilarang Naik ke Puncak Merapi
Gunung Merapi. (Liputan6.com/Reza Kuncoro)

Liputan6.com, Yogyakarta - Bagian Pengendalian Ekosistem Hutan Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM) Wahid Hadi Wibowo menyebutkan alasan penutupan jalur pendakian ke puncak Gunung Merapi di Jawa Tengah.

Dia mengatakan selain tingginya potensi kecelakaan saat mendaki di musim hujan tujuan ditutupnya jalur pendakian ini juga untuk menjaga ekosistem hutan di Gunung Merapi. Wahid menyebutkan jika struktur tanah di jalur pendakian semakin padat, akan membahayakan bagi para pendaki dan juga ekosistem hutan.

"Kalau sering dilewatin orang kan jalur akan semakin padat. Kalau padat, tanah kan susah tanaman akan tumbuh. Saat musim hujan seperti ini, tanah yang padat yang tidak ada tumbuhan itu ya sudah semakin tergerus, sehingga semakin lama semakin dalam dan akan timbul longsoran kecil. Tanah tidak stabil jika untuk pendakian akan tidak aman," jelas Wahid kepada Liputan6.com di Yogyakarta, Senin 12 Januari 2015.

Wahid mengaku penutupan pendakian di Merapi ini memang membuat para pendaki kecewa. Namun dengan begitu akan kesempatan bagi ekosistem hutan untuk recovery. Langkah ini diambil juga demi keselamatan para pendaki.

"Sementara pendaki down dulu ini untuk keselamatan pendaki juga. Kita lebih baik mencegah daripada mengobati daripada ada kecelakaan di atas maka lebih baik kita perbaiki sekarang," ujar dia.

Wahid mengatakan selain memberikan kesempatan alam tumbuh, pihak BTNGM juga akan menggunakan penutupan sementara ini untuk memperbaiki pos-pos pendakian dengan membersihkan sampah yang ada. Perbaikan jalur pendakian dilakukan di beberapa titik yang berpotensi menimbulkan bahaya bagi pendaki.

"Kita akan perbaiki maka kita akan lakukan peralihan jalur. Jika pendakian itu semakin banyak, maka sebagian besar kita akan memilih jalur pendakian yang enak. Mereka memilih jalur yang lain. Nah ini bisa berbahaya, karena belum tentu tahu karakterisktik Merapi, dan lebih berbahaya lagi bagi ekologi. Bikin jalur itu kan merusak tanaman makanya kita perbaiki jalur sehingga pendaki akan nyaman," beber dia.

Wahid menyebut pada hari besar jumlah pengunjung Merapi semakin tinggi dari hari biasa. Pada 17 Agustus lalu ada sekitar 3 ribu pendaki di pasar bubar. Sementara pada hari biasa dan akhir pekan jumlah pendaki bisa mencapai seratus pendaki.

Banyaknya pendaki ini, Wahid berharap ekosistem di BTNGM dapat kembali seperti semula selama 3 bulan ditutup untuk pendakian.

"Kita manfaatkan musim hujan harapannya tumbuhan bisa tumbuh selam musim hujan ini dan kesempatan kita menanam dan peluangnya tanam itu lebih tinggi sehingga pas dibuka jalur pendakian lebih enak dan hijau," pungkas Wahid.

BTNGM sebelumnya menutup jalur pendakian sesuai dengan surat edaran no S.15/ btngm/kons/2015 mengenai pemberitahuan penutupan jalur pendakian mulai 16 Januari hingga 16 Maret 2015. Penutupan jalur pendakian via selo ke pasar bubar jalur merupakan satu satunya jalur resmi pendakian di merapi.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya