Black Box yang Penuh Misteri

Black box atau kotak hitam pesawat selalu menjadi misteri bagi investigator, termasuk black box AirAsia QZ8501.

oleh Oscar Ferri diperbarui 17 Jan 2015, 09:00 WIB
Diterbitkan 17 Jan 2015, 09:00 WIB
Penampakan Black Box AirAsia QZ8501
Black Box AirAsia QZ8501 ditemukan pada posisi 03.37.21 S/109.42.42 E dengan kedalaman sekitar 30 sampai 32 meter, Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalteng, Senin (12/01/2015). (Liputan6.com/Andrian M Tunay)

Liputan6.com, Jakarta - Black box atau kotak hitam Pesawat AirAsia QZ8501 telah ditemukan. Kotak itu punya 2 perekam, yakni Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (CVR). Kini pihak KNKT tengah menginvestigasinya.

Kotak hitam itu sejatinya tak berwarna hitam, melainkan berwarna oranye. Invesitgator KNKT Ony Soeryo Wibowo‎ membeberkan sejarah dari si kotak hitam yang biasanya ditempatkan pada bagian ekor sebuah pesawat itu.

Warna oranye sengaja dipilih setidaknya karena 2 alasan. Pertama, untuk membedakan dengan semua komponen elektronik ‎di pesawat. Karena, semua komponen elektronik, baik yang besar sampai yang kecil, dinamai dengan black box.

"Semua komponen elektronik di pesawat disebut black box dan berwarna hitam. Nah untuk membedakan mana FDR dan CVR, maka kotak itu berwarna oranye," kata Ony di Posko Utama Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, beberapa waktu lalu.

Ony mengatakan, dunia penerbangan internasional baru menyepakati FDR dan CVR berwarna oranye sekitar tahun 1980-an. Sebelumnya, semua komponen elektronik pada pesawat, termasuk FDR dan CVR, memang berwarna hitam. Tujuannya untuk menyerap hawa panas dan mengeluarkannya ke luar pesawat.

FDR dan CVR disebut juga sebagai kotak hitam lantaran punya filosofi tersendiri. Bahwa hitam identik dengan gelap dan diasosiasikan pada misteri.‎ Itu sebabnya, FDR dan CVR disebut sebagai kotak hitam karena merepresentasikan 'misteri' di balik kecelakaan sebuah pesawat.

"Disebut hitam, karena hitam merepresentasikan misteri. Dia merekam misteri dari sebuah peristiwa kecelakaan pesawat," kata Ony.

Kotak hitam sejak 1980-an diwarnai oranye juga karena alasan agar mudah ditemukan, selain juga supaya berbeda dengan kotak hitam lainnya yang ada di pesawat. Mengingat, kecelakaan sebuah pesawat tak dapat ditentukan terjadi di mana. Bisa di laut atau bisa juga di daratan. Sehingga, dengan warna khasnya itu, FDR dan CVR dapat 'menyala' di dalam gelap.

Lebih jauh Ony menjelaskan, bahwa pada pesawat umumnya juga memiliki lebih dari 2 alat perekam. Namun, semua aktivitas perekaman terpusat pada FDR dan CVR. Dan peletakan kedua perekam itu diletakan di bagian ekor juga karena maksud tertentu.

"Ditaruh di ekor itu untuk menghindarkan kerusakan parah saat terjadi benturan. Kalau diekor kan kemungkinan terkena benturannya paling kecil," ujar Ony.

Menyingkap Tabir

Menyingkap Tabir


Sudah barang tentu FDR dan CVR Pesawat AirAsia QZ8501 menjadi pekerjaan rumah bagi KNKT. Bagi Ony dan rekan-rekannya di KNKT, menyingkap tabir misteri si kotak hitam harus dilakukan. Meski tentunya, menyimpulkan hasil akhir dari investigasi kecelakaan pesawat bukan perkara mudah dan perlu waktu yang tak sebentar.

"Membaca black box, cepat atau lamanya itu tergantung kerusakan," kata Investigator KNKT, Nurcahyo Utomo.

Rekan seperjuangan Ony itu menuturkan, bahwa jika kotak hitam itu rusak, misal terbakar kabel-kabel di dalamnya,‎ maka KNKT harus membawa kotak tersebut ke negara pembuat. Di sana kabel-kabel atau komponen listrik yang sudah rusak akan diganti dengan yang baru. Baru setelah itu, rekaman pada FDR dan CVR bisa diunduh.

FDR dan CVR sendiri memiliki kemampuan rekaman yang terbatas dan overwrite atau menimpa rekaman sebelumnya. Maksudnya, FDR dan CVR akan merekam segala aktivitas dan pembicaraan selama 30 menit. Kemudian rekaman 30 menit berikutnya akan menimpa dan otomatis menghapus rekaman 30 menit sebelumnya.

"Jadi rekaman menit ke-31 akan menghapus rekaman menit ke-1, menit ke-32 akan menggantikan menit ke-2 begitu seterusnya sampai menit ke-60 menimpa menit ke-30. Dan itu berlaku terus sampai black box itu berhenti merekam karena terputusnya aliran listrik," ujar Nurcahyo.

"Untuk AirAsia QZ8501 ini katanya merekam selama 2 jam sekali. Jadi menit ke-121 menggantikan menit ke-1 dan seterusnya. Tapi saya belum tahu berapa lama rekamannya," kata dia.

Pilot pesawat Boeing ini menambahkan, membaca rekaman juga tak sekadar mendengarkan. Selain harus mendegarkan setiap kata yang keluar tiap detiknya, para investigator KNKT ini juga harus mengerti makna dan maksud pembicaraan di dalam rekaman itu. Dia mencontohkan kecelakaan Sukhoi Super‎jet 100 di Gunung Salak pada 2012 silam. Kata Nurcahyo, kedua pilot merupakan warga Negara Rusia.

"Ada satu pembicaraan si pilot ngomong 'apa ini'. Apa ini dan kenapa ini berbeda pada Bahasa Indonesia. Kita panggil pilot Rusia lain yang sudah lama tinggal di Indonesia, ternyata apa ini dan kenapa ini pada Bahasa Rusia sama maksudnya," ucap Nurcahyo.

‎Kini pengungkapan misteri penyebab kecelakaan Pesawat AirAsia QZ8501 yang membawa 162 orang itu ada di tangan KNKT. Khususnya para investigatornya. Mereka memastikan akan bekerja keras mengungkap, kenapa pesawat jenis Airbus A320-200 dengan register PK-AXC itu jatuh ke Laut Jawa dekat Selat Karimata. (Riz)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya