Liputan6.com, Jakarta - PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) berhasil mencatat pendapatan dan EBITDA masing-masing sebesar Rp6,8 triliun dan Rp5,8 triliun untuk periode satu tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2024. Marjin EBITDA Perseroan berada pada 85,5% untuk tahun 2024.
Per 31 Desember 2024, TBIG memiliki 42.722 penyewaan dan 23.892 site telekomunikasi. Site telekomunikasi milik Perseroan terdiri dari 23.778 menara telekomunikasi dan 114 jaringan DAS. Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 42.608, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) Perseroan menjadi 1,79.
Baca Juga
CEO Tower Bersama Infrastructure Hardi Wijaya Liong mengatakan pada 2024 Perseroan menambahkan 2.333 penyewaan kotor yang terdiri dari 1.551 sites telekomunikasi dan 782 kolokasi ke portofolio Perseroan.
Advertisement
“Kami terus bekerja sama dengan para pelanggan kami untuk mengoptimalkan jaringan mereka dan memperluas cakupan mereka di seluruh Indonesia,” kata Hardi dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (10/4/2025).
Per 31 Desember 2024, total pinjaman (debt) Perseroan, jika pinjaman dalam mata uang US Dollar yang telah dilindung nilai diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya, adalah sebesar Rp30.197 miliar dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp627 miliar.
Dengan saldo kas yang mencapai Rp1.482 miliar, maka total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp28.716 miliar. Menggunakan EBITDA triwulan keempat 2024 yang disetahunkan, maka total pinjaman bersih terhadap EBITDA adalah 4,9x.
Adapun CFO TBIG, Helmy Yusman Santoso menjelaskan Perseroan terus meningkatkan eksposur di pasar pinjaman Rupiah dan obligasi Rupiah lokal, yang mencakup setengah dari total utang Perseroan pada akhir 2024.
“Kami terus meningkatkan eksposur kami di pasar pinjaman Rupiah dan obligasi Rupiah lokal, yang mencakup setengah dari total utang kami pada akhir 2024,” ujar Helmy.
Adapun untuk utang dalam mata uang USD, strategi lindung nilai yang kami terapkan dengan hati-hati telah terbukti sangat efektif, melindungi Perseroan dari tekanan yang dihadapi Rupiah belakangan ini.
Tower Bersama Infrastructure Cetak Laba Rp 730,8 Miliar pada Semester I 2024
Sebelumnya, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) mengumumkan laporan keuangan interim enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2024.
Pada periode tersebut, Tower Bersama Infrastructure berhasil mencatat pendapatan dan EBITDA masing-masing sebesar Rp 3,41 triliun dan Rp 2,94 triliun. Seiring naiknya pendapatan, beban pokok pendapatan pada semester I 2024 naik menjadi Rp 948,77 miliar dari Rp 773,26 miliar yang dikatakan pada semester I 2024.
Alhasil, laba kotor turun menjadi Rp 2,47 triliun dibandingkan laba kotor semester I 2023 yang sebesar Rp 2,5 triliun. Meski begitu, perseroan berhasil menekan beban usaha pada semester I 2024 menjadi Rp 291,15 miliar dibanding beban usaha semester I 2024 sebesar Rp 343,79 miliar. Sehingga perseroan membukukan laba dari operasi sebesar Rp 2,17 triliun, naik dari laba operasi semester I 2023 yang tercatat sebesar Rp 2,16 triliun.
Beban lain-lain pada periode ini relatif sama dibandingkan semester I tahun lalu, yakni sekitar Rp 1,7. Setelah dikurangi beban pajak final dan beban pajak penghasilan, perseroan membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 730,8 miliar.
Laba itu naik 6,10% dibandingkan semester I 2023 yang tercatat sebesar Rp 688,8 miliar. TBIG memiliki 42.177 penyewaan dan 23.327 sites telekomunikasi per 30 Juni 2024. Sites telekomunikasi milik perseroan terdiri dari 23.211 menara telekomunikasi dan 116 jaringan DAS. Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 42.061, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) perseroan menjadi 1,81x.
"Kami memprioritaskan eksekusi pesanan tepat waktu untuk memenuhi kebutuhan pelanggan telekomunikasi kami. Untuk semester pertama, kami menambahkan 1.325 penyewaan kotor yang terdiri dari 902 sites telekomunikasi dan 423 kolokasi,” kata CEO TBIG, Hardi Wijaya Liong dikutip Kamis (1/7/2024).
Per 30 Juni 2024, total pinjaman kotor (gross debt) perseroan, jika bagian pinjaman dalam mata uang US Dollar yang telah dilindung nilai diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya, adalah sebesar Rp 27,96 triliun dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp 628 miliar. Dengan saldo kas yang mencapai Rp 775 miliar, total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp 27,18 triliun.
Advertisement
Likuiditas yang Kuat
Menggunakan EBITDA kuartal kedua 2024 yang disetahunkan, rasio pinjaman bersih terhadap EBITDA adalah 4,6x. CFO Tower Bersama Infrastructure, Helmy Yusman Santoso mengatakan, perseroan terus memperdalam hubungan dengan bank dalam mata uang Rupiah dan pasar obligasi, dengan 44% dari total pinjaman berbentuk pinjaman dalam mata uang Rupiah.
Pada akhir kuartal kedua, perseroan memiliki posisi likuiditas yang kuat dengan fasilitas pinjaman yang belum ditarik sebesar lebih dari Rp 10 triliun baik dalam mata uang Rupiah maupun USD.
"Likuiditas tersebut, ditambah dengan arus kas yang kuat dan sumber pendanaan yang terdiversifikasi, menempatkan TBIG dengan keyakinan dalam mengelola utang yang akan jatuh tempo,” imbuh Helmy.
Secara umum, total aset perseroan sampai dengan 30 Juni 2024 naik menjadi RP 47,9 triliun dari posisikahir tahun lalu sebesar Rp 46,97 triliun. Liabilitas naik menjadi RP 36,03 triliun dari Rp 34,6 triliun pada akhir tahun lalu. Sementara ekuitas yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sampai dengan 30 Juni 2024 turun menjadi Rp 11,26 triliun dibandingkan posisi akhir tahun lalu yang tercatat sebesar Rp 11,71 triliun.
