Liputan6.com, Jakarta - Sebuah gambar dan audio yang diposting secara online, Sabtu 24 Januari 2015, menunjukkan bahwa salah satu dari 2 sandera warga Jepang telah tewas di tangan kelompok ISIS. Eksekusi dilakukan setelah batas waktu untuk membayar tebusan berlalu.
Gambar statis yang diposting oleh pendukung ISIS itu menunjukkan salah satu sandera yang masih hidup, Kenji Goto, diborgol dan mengenakan pakaian berwarna oranye. Dia memegang foto yang terlihat seperti sosok rekan senegaranya, Haruna Yukawa telah dipenggal.
Postingan itu datang 4 hari setelah sebuah video ISIS menuntut agar pemerintah Jepang membayar US$ 200 juta dalam 72 jam untuk membebaskan para sandera.
Menteri Pertahanan Jepang Gen Nakatani mengatakan bahwa pemerintahnya telah memeriksa keaslian postingan itu.
Sementara Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menanggapi dengan keras. "Itu keterlaluan, kekerasan yang tak bisa dimaafkan," kata Abe seperti dikutip CNN, Minggu (25/1/2015), menambahkan bahwa ia menuntut Goto segera dibebaskan.
Permintaan Baru ISIS
Tak hanya memuat soal eksekusi Yukawa, pada postingan itu juga disampaikan permintaan baru ISIS untuk pertukaran tahanan. Suara itu meminta pembebasan Sajida Rishawi, seorang wanita yang ditangkap di Yordania pada 2005 karena dicurigai berusaha untuk mengambil bagian dalam serangan yang menewaskan 57 orang di sebuah hotel di Yordania.
"Mereka tidak lagi menginginkan uang, sehingga Anda tidak perlu khawatir tentang pendanaan teroris," kata suara itu. "Mereka hanya menuntut pembebasan kakak mereka yang dipenjarakan, Sajida Rishawi.
"Ini sederhana. Anda memberi mereka Sajida, dan aku akan dilepaskan. ... Sekali lagi, saya ingin menekankan betapa mudahnya untuk menyelamatkan hidup saya. Anda membawa mereka kakak mereka dari rezim Yordania, dan aku akan segera dibebaskan," ujar suara itu.
Jepang sendiri bukan bagian dari koalisi militer internasional yang selama berbulan-bulan telah melakukan serangan udara terhadap lokasi ISIS di Irak dan Suriah. Konstitusi Jepang pasca-Perang Dunia II melarang penggunaan kekuatan militer Jepang untuk tujuan apa pun selain untuk mempertahankan diri.
Tapi, Tokyo bersekutu dengan Amerika Serikat dan negara lainnya memimpin kampanye militer ini. Dan pejabat Jepang menawarkan bantuan terkait dengan penyerangan yang sedang berlangsung, meskipun mereka bersikeras jutaan dolar yang mereka berikan dilakukan untuk hal lain seperti membantu pengungsi dan tidak untuk membunuh militan ISIS. (Ado)
Tebusan Tak Dibayar, Salah Satu WN Jepang Dieksekusi ISIS
Tak hanya memuat soal eksekusi Yukawa, pada postingan itu juga disampaikan permintaan baru ISIS untuk pertukaran tahanan.
Diperbarui 25 Jan 2015, 01:17 WIBDiterbitkan 25 Jan 2015, 01:17 WIB
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Produksi Liputan6.com
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Cak Imin: Seluruh Dunia Sedang Perang Ekonomi, Kita Tidak Usah Panik
Pramono Kaget dalam Dua Hari Sudah Ada 7.000 Pendaftar PPSU
5 Misi Pembangunan Jakarta dari Pramono, Bidang Ini Jadi Prioritas Utamanya
Pemkot Tangerang Sebut 22 Ribu Warga Terserap Lapangan Pekerjaan dari Gelaran Job Fair Sejak 2020
Prabowo Yakin Indonesia Jadi Lumbung Pangan Dunia
Soeharto Diusulkan Lagi Jadi Pahlawan Nasional, Bagaimana Mekanismenya?
Pramono Naikkan Gaji PJLP Damkar Jakarta Jadi Rp6,4 Juta
Wamenkop Tegaskan Koperasi Desa Merah Putih Tak Bebani APBN, Jadi Solusi Ekonomi Pedesaan
3 Orang Tewas Tersengat Listrik di Cibinong Saat Pasang Tiang Wifi
Tewas karena Kecelakaan Kerja, 3 Jenazah Pekerja Migran Indonesia Tiba di Indonesia
Gempa Hari Ini Rabu 23 April 2025: Dua Kali Getarkan Indonesia
Komnas HAM Sebut Sirkus OCI Pernah Dimiliki TNI AU